Penyakit Sindrom Lupa adalah penyakit aneh yang menjangkiti banyak pemimpin negeri ini dan para elit politik bangsa ini. Gara-gara penyakit itu para elit negeri lupa yang pernah dikatakan beberapa waktu sebelumnya. Lain hulu lain parang, lain dulu lain sekarang. Itulah peribahasa yang menjadi inspirasi banyak pemimpin yang selalu berubah-ubah prinsip hidup dan pola pikirnya. Seringkali rakyat dibuat bingung takkala pemimpinnya mengatakan yang berbeda dalam jangka waktu yang berbeda.
Tampaknya pelaku politik negeri ini tidak terlepas penyakit "Sindrom Lupa" karena demi kepentingan politik pribadi kelompok atau kepentingan sesaat tanpa memperdulikan dampaknya bagi rakyat. Bahkan lebih aneh lagi semua perbedaan yang diyakini itu semua selalu dikatakan demi rakyat. Banyak orang terutama pendukung fanatik para pemimpin idolanya adalah menganggap biasa ulah para politisi tersebut. Hal ini terjadi karena setiap kebohongan atau ketidakonsistenan para pelaku Sindrom Lupa pasti para pendukung fanatik tersebut melakukan pembelaan diri dengan mengatakan tidak penting asal membela rakyat dan tidak korupsi. Mungkin saja penyakit sindrom lupa tersebut bila demi kepentingan rakyat tidak masalah. Tetapi penyakit sindrom lupa tersebut terjadi hanya demi kepentingan individu dan kelompok partainya.
Inilah Para Pemimpin Terjangkit Sindrom Lupa
- Joko Widodo Ternyata penyakit “Sindrom Lupa” mewabah di dunia politik Indonesia dan menjadi kejadian Luar Biasa yang menulari banyak elit politik dan pejabat Indonesia. Jokowi saat menjabat Walikota Solo beberapa tahun yang lalu dengan semangat kerakyatan PDIP dengan gagah berani membela rakyat menentang pemerintah membela rakyat menolak kenaikkan harga BBM yang direncanakan pemerintah. Tetapi saat ini Jokowi terjangkit penyakit ”Sindrom Lupa” dengan semangat kerakyatannya pergi ke Bali menemui SBY untuk menekan pemerintah agar menaikkan harga BBM. Saat dulu Jokowi mengatakan kepada wartawan:”Coba tanyakan pada rakyat, pasti semua rakyat tidak setuju BBM naik. Tetapi saat ini dengan penyakit “Sindrom Lupa” yang masih menghinggapinya mengatakan: “Saya senang ada petani yang mengusulkan BBM naik?”
- Para Elit Partai Demokrat Pada pemilu 2009 lalu, partai demokrat sangat genjar mengkampanyekan slogan anti korupsi. sampai-sampai slogan tersebut diiklankan di semua stasiun televisi. pasti kita semua tidak akan pernah lupa slogan partai demokrat pada saat itu yaitu: “katakan tidak! pada korupsi”. sampai anak-anak kecil hafal slogan yang mereka buat pada waktu itu. tentu kita tidak lupa juga siapa-siapa saja yang menjadi bintang utama dalam iklan partai demokrat saat itu. Setidaknya tiga bintang yang tampil dalam iklan tersebut, yaitu: andi alfian malaranggeng, angelina sondakh, anas urbaningrum saat ini justru menjadi pesakitan di tahanan KPK. Sindrom Lupa tersebut menulari elit politik demokrat sehingga saat korupsi uang rakyat mereka lupa bahwa iklan yang sering ditonton dan dibuatnya sendiri.
- Ahok Demikian juga Wakil Gubernur Jakarta Basuki Tjahya Purnama saat ini hengkang dari Gerindra saat dihinggap penyakit “Sindrom Lupa”. Alasan Ahok mundur dari Gerindra saat ini demi memperjuangkan demokrasi dan memperjuangkan hak rakyat dengan melakukan penolakan terhadap RUU Pilkada DPRD. Padahal beberapa bulan sebelumnya justru Ahok mengusulkan Gubernur dipilih langsung oleh Presiden yang tentunya lebih tidak demokratis lagi. Sindrom lupa yang menjakiti Ahok sama dengan Jokowi dan Surya Paloh Ahok saat ini tak sepakat soal pemilihan kepala daerah oleh DPRD yang didukung Gerindra. Pemilihan ala orde baru itu dinilai menihilkan peran demokrasi di mana rakyat memilih langsung pemimpinnya,” kata Ahok di balai kota DKI, Jakarta, Rabu (10/9/2014) seperti dilansir detik.com. Tampaknya penyakit “Sindrom Lupa” pasti menjangkiti Ahok karena beberapa bulan sebelumnya (22/7/14) seperti yang dilansir liputam6.com Ahok mengusulkan, agar Undang-Undang (UU) Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) direvisi. Salah satu poin yang diusulkan yaitu terkait pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur di DKI Jakarta. Basuki alias Ahok meminta agar kepala daerah khusus di ibukota negara, yakni Jakarta, tidak lagi dipilih oleh rakyat, melainkan dipilih presiden dan setingkat menteri. “Sebagai ibukota harus dibuat khusus dari kota lainnya. Lebih khusus lagi, Gubernur dan Wagub DKI tidak dipilih rakyat, dipilih Presiden saja. Biar nggak ada yang berantem-berantem lagi,” ujarnya ketika membuka rapat revisi Undang-Undang (UU) Nomor 29 Tahun 2007 di Balaikota Jakarta, Selasa (22/7/2014). Menurut Ahok, apabila pemilihan kepala daerah di Jakarta dilakukan presiden, maka dapat menghemat anggaran daerah. Karena tidak perlu lagi menyelenggarakan Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pilkada).
- Para Elit Partai PDIP. Bukan hanya Jokowi tetapi Megawati dan para elit politik PDIP juga mendadak terkena sindrom lupa saat sekarang getol mendesak pemerintah untuk naikkan harga BBM. Padahal sebelumnya mereka adalah barisan terdepan untuk menolak kenaikkan BBM yang diusulkan pemerintah SBY. Bahkan dulu Megawati dan Sekjen PDIP beberapa kali menyeruka kepada semua kader PDIP di seluruh Indonesia untuk bergerak menolak kenaikkan harga BBM yanh direncanakan pemerintahan SBY.
- Para Elit Politik Koalisi Merah Putih Para elit politik koalisi merah putih tampaknya hampir semuanya terkena penyakit "Sindrom Lupa". Beberapa waktu yang lalu saat pemerintah mengajukan RUU Pilkada DPRD semua partai menolaknya. Tetapi saat ini mereka beramai-ramai mendukung Pilkada DPRD.
- Surya Paloh. Pendiri parta Nasdem ini dulu tidak setuju Pilkada Langsung dan menyerukan Nasdem untuk mendukung Pilkada DPRD tetapi sekarang berbeda. Ternyata Surya Paloh tidak akan membubarkan Nasdem atau keluar dari Nasdem. Yang pasti Paloh tidak akan masuk koalisi merah putih atau keluar dari koalisi JK yang menggiurkan dan sangat menjajikan karier politik kelompoknya. aloh ekarang berubah arah mendukung Pilkada langsung. Tampaknya Paloh seperti Ahok atau elit partai merah putih saat ini terkena penyakit Sindrom Lupa. Tetapi Paloh tidak akan meniru Ahok gara-gara tidak setuju Pilkada DPRD langsung keluar Gerindra. Yang dulu setuju Pilkada DPRD, saat ini tidak akan keluar dari Nasdem atau membubarkan Nasdem karena sekarang terkena penyakit lupa dan kembali mendukung Pilkada langsung. Penyakit kronis “Sindrom Lupa” bukan hanya diderita Paloh tetapi ternyata sedang mewabah menjakiti para elit politik dan politikus Indonesia. Karena adanya kasus korupsi Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Akil Mochtar Ketua Umum DPP Partai Nasdem Surya Paloh, menyatakan bahwa bangsa ini tengah mengalami demoralisasi yang sangat memprihatinkan. “Indonesia mengalami demoralisasi yang signifikan dan hal ini harus dihentikan.” kata Paloh kepada wartawan lewat pernyataan tertulis, Senin (7/10/2013) seperti yang dilansir replubika.com. Paloh menambahkan, merosotnya moralitas bangsa merupakan salah satu faktor pendorong berdirinya Partai Nasdem. Indonesia memerlukan terobosan baru dalam memperbaiki sistem kebangsaan dan kenegaraan, termasuk mengevaluasi kembali proses pemilihan kepala daerah (Pilkada) secara langsung oleh masyarakat. “Nasdem mendukung penghapusan Pilkada dan mengembalikannya ke tangan DPRD. Terlalu banyak waktu, energi, dan biaya yang terbuang tanpa adanya hasil yang optimal dari penyelenggaraan Pilkada” tambah dia. Masih seperti yang dikutip dari replubika.com Paloh mengatkan, kepala-kepala daerah yang dipilih rakyat secara langsung tidak serta-merta membuktikan kualitas dan integritas orang yang terpilih. Hal itu terbukti dengan begitu banyaknya kepala daerah yang terjerat kasus. korupsi dan pelanggaran hukum lainnya. Data Kemendagri menyebutkan, hingga Juli 2013 sebanyak 298 kepala daerah yang terdiri dari gubernur, bupati, maupun walikota tersangkut kasus korupsi. “Belum lagi ekses pilkada langsung yang acapkali menimbulkan konflik horisontal, hingga puluhan orang tercatat meninggal dunia, dan ratusan lainnya. Bahasa politik dan alasan politik yang dikatakan Paloh persis sama yang dikatakan oleh para elit politik koalisi merah putih yang sedang getol mendukung Pilkada dipilih DPRD. Tetapi penyakit sindrom lupa juga ternyata telah menulari Paloh dengan hebat. Saat ini dengan kesadaran penuh Partai Nasdem berbalik arah dan memandang pembahasan RUU Pilkada terlalu dipaksakan untuk diselesaikan DPR RI periode 2009-2014 yang akan habis masa jabatannya. Ketua Umum Partai Nasdem, Surya Paloh, yang dulu menyerukan penghapusan Pilkada langsung, kini putar haluan 180 derajat. Penyakit sindrom lupa membuat Paloh berpendapat sebaliknya, pengesahan RUU Pilkada jangan dilakukan secara terburu-terburu atau dipaksakan. “Kita perlu duduk bersama, merenungkan serta mengevaluasi kembali apakah proses Pilkada selama ini sudah berjalan seperti yang diharapkan atau belum. Jika semua itu telah dilakukan maka pengesahan RUU akan membawa perubahan positif,” ujar Surya dalam siaran persnya, Jumat (12/9). Dengan melakukan perenungan dan evaluasi, sambung Surya, setidaknya ada data yang bisa dipersandingkan dan diujicoba. “Kalau belum ada maka kita sedang meraba. Dan dalam kondisi ini sebaiknya kita mengelaborasinya lebih jauh. Kalau dipaksakan tentu akan menjadi polemik berkepanjangan, yang bakal menguras energi dan waktu kita sebagai bangsa,” terang Surya. Pendiri Ormas dan Partai Nasdem ini mengimbau agar DPR saat ini tidak memaksakan kelahiran RUU Pilkada. “Sikap Nasdem menyayangkan kalau saja ini dipaksakan kelahirannya,” tandas Surya Paloh.
Penyakit Sindrom Lupa
Penyakit “Sindrom Lupa” tampaknya adalah penyakit yang membuat penderita lupa dengan yang dikatakan sebelumnya. Sindrom Lupa adalah kumpulan gejala diantaranya sering lupa, tidak konsisten, mudah berbohong, beropini tidak sesuai hati nuraninya. Penyakit ini ternyata membuat komplikasi menjadikan seseorang politisi menjadi hilang konsistensi dan prinsip berpolitiknya. Pada umumnya penyakit ini membuat penderita selalu mengatasnamakan rakyat dan tampaknya rakyat hanya sebagai sebagai komoditas politik untuk mementingkan kepentingan pilitik pribadi dan kelompoknya. Sebenarnya penyakit ini tidak pernah dikenal dalam dunia medis. Sehingga sampai sekarangpun dokter atau dunia medis tidak akan bisa menyembuhkannya. Mungkin saja penyakit ini bisa sembuh saat penderita tersadar bahwa penyakit itu kambuh karena kepentingan politik sesaat atau karena hati nurani tergadaikan kepentingan politik.
Mudah-mudahan para pemimpin negeri ini segera sembuh dari penyakit “Sindrom Lupa” ini. Bila terhindari penyakit ini maka seorang pemimpin akan konsisten dengan prinsip hidup, prinsip politik dan perilaku politiknya. Begitu penyakit kronis ini datang maka sifat bohong dan pembohongan publik mulai terasa. Para politikus pasti mengingkari semua yang pernah dikatakannya. Tetapi hal itu secara pelan pasti akan terbongkar dan akan diketahui rakyat. Politikus yang terucap hanyalah demi kepentingan diri dan kelompoknya bukan karena kata hatinya. Kebohongan demi kebohongan hati nuraninya akan terus terjadi. Satu kebohongan hati nurani akan membuat kebohongan lainnya lagi. Abraham Lincolnpun mengatakan bahwa “Anda dapat membohongi semua orang dalam satu waktu, dan beberapa orang dalam setiap waktu, tetapi anda tidak dapat membohongi semua orang sepanjang waktu”. Mungkin anda masih banyak lagi menemukan para pejabat jang terjangkit penyakit aneh ini.
Artikel Terkait:
Inilah Pemimpin yang Terjangkit Sindrom Lupa
Karena RUU Pilkada, Paloh Bubarkan Nasdem Masuk Merah Putih
Ahok Tidak Salah Keluar Gerindra, Tetapi Salah Cari Alasan
Harga Elpiji dan Penjual Nasi Goreng