Mohon tunggu...
Widodo Judarwanto
Widodo Judarwanto Mohon Tunggu... Dokter - Penulis Kesehatan

Dr Widodo Judarwanto, pediatrician. Telemedicine 085-77777-2765. Focus Of Interest : Asma, Alergi, Anak Mudah Sakit, Kesulitan Makan, Gangguan Makan, Gangguan Berat Badan, Gangguan Belajar, Gangguan Bicara, Gangguan Konsentrasi, Gangguan Emosi, Hiperaktif, Autisme, ADHD dan gangguan perilaku lainnya yang berkaitan dengan alergi makanan.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Ganasnya Wabah E Coli di Eropa, Indonesia Harus Waspada

6 Juni 2011   10:14 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:48 874
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Serangan wabah penyakit infeksi bakteri Escherichia coli atau E
Coli saat ini sedang mengganas di Eropa, khususnya di awali di Jerman.
Dilaporkan 22 tewas dan 1.600 orang terinfeksi oleh bakteri ini, 470
kasus terjadi komplikasi parah sindrom uremik hemolitik, atau HUS. Jumlah itu 10
kali lebih banyak dari wabah terbesar di negara ini. Ini merupakan wabah yang
paling mematikan di dunia. Sumber wabah sejauh ini tidak diketahui, tetapi para
ilmuwan mengatakan sangat mungkin berasal dalam sayuran atau salad yang
terkontaminasi di Jerman. Sayuran tersebut diperkirakan berasal dari timun yang
diimpor dari Spanyol. Mewabahnya bakteri E. Coli ini adalah yang paling
mematikan dalam sejarah modern, dan merupakan salah satu yang terbesar dalam
jumlah orang yang sakit karena terinfeksi. Akankah wabah ganas ini akan
menyerang Indonesia ?

Sekitar 1.624 warga saat ini terinfeksi oleh bakteri tersebar di Eropa dan
Amerika Serikat (AS). Segera setelah pengumuman adanya ancaman wabah ini,
kepanikanpun muncul di daratan Eropa dan AS. Wabah bakteri E. Coli kemungkinan
berasal dari tauge yang dihasilkan pengusaha setempat. Menteri pertanian negara
bagian Saxony Bawah, Gert Lindeman menganjurkan penduduk di Jerman utara supaya
jangan makan tauge
Sementara korban tewas dilaporkan terus bertambah saat Jerman. Para ahli pun
memperkirakan jumlah korban akan terus bertambah di Jerman. Wabah ini terus
menyebar seluruhnegara di daratan Eropa seperti di Austria, Denmark, Prancis,
Belanda, Norwegia, Spanyol, Swedia, dan Swiss, termasuk pula di Inggris dan
Amerika Serikat. Semua korban tewas umumnya berasal dari warga yang mengunjungi
Jerman utara atau berhubungan dengan warga di wilayah tersebut.
Menurut CDC (Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit) Amerika Serikat,
melihat jumlah korban dan cepatnya penularan, wabah ini merupakan yang paling
mematikan yang akan dialami manusia.
Sebuah penelitian patofisiologi atau proses terjadinya penyakit E. coli
menunjukkan bakteri itu melekat ke usus manusia dengan menggabungkan racun
dengan semacam lem yang jarang terlihat. Padahal pada umumnya Escherichia
coli
adalah bakteri tidak berbahaya. Mungkin butuh waktu yang tidak
sebentar bagai para ahli untuk untuk mengetahui karakteristik bakteri yang cukup
ganas itu. Strain yang membuat sakit orang di Jerman dan bagian lain Eropa, yang
dikenal sebagai 0104: H4, adalah bagian dari kelas bakteri Escherichia coli yang
dikenal sebagai penghasil toksin Shiga atau STEC. Jenis Strain diklaim memiliki
kemampuan menempel pada dinding usus. Strain ini akan memompa keluar racun.
WHO menyatakan ganasnya wabah bakteri E.coli di Eeropa itu merupakan jenis
baru. PBB menyatakan tes genetika pendahuluan menunjukkan jenis ini merupakan
mutan dari dua bakteri E.coli dengan gen-gen mematikan. Jenis itu memiliki
karakteristik beragam yang membuatnya lebih ganas dan lebih banyak memproduksi
racun.
Jenis strain bakteri tersebut belum pernah ditemukan sebelumnya. Bakteri
kemungkinan mengakuisisi beberapa gen ekstra yang mungkin membuatnya sangat
mematikan. Strain Jerman muncul untuk menggabungkan toksin yang ditemukan dalam
jenis bakteri STEC yang paling umum di Amerika Serikat, yang dikenal sebagai E.
coli O157: H7, dengan bahan pengikat yang tidak biasa. Biasanya "lem" itu hanya
ditemukan pada anak-anak di negara berkembang. Lem yang digunakan kuman tersebut
tidak sama pada E. coli 0157 atau sebagian besar bakteri STEC. Kombinasi perekat
dari E. Coli jenis lain dan toksin Shiga yang membuat strain bakteri menjadi
ganas.
Hemolytic uremic syndrome (HUS) merupakan suatu sindrom klinis yang ditandai
oleh gagal ginjal progresif disertai anemia hemolitik mikroangiopati dan
trombositopenia, seperti thrombotic thrombocytopenia purpura (TTP). HUS adalah
bagian dari thrombotic microangiopathy yaitu penyakit terbuntunya (oklusi)
pembuluh darah kecil yang ditandai adanya gangguan pada ginjal atau,
trombositopenia, dan trauma mekanis pada sel darah merah. Gangguan mikrovaskuler
sistemik mengakibatkan gangguan aliran darah atau iskemia pada otak dan organ
lainnya. Sementara pada HUS thrombus yang terdiri dari platelet dan fibrin
terutama menyumbat sirkulasi pada ginjal. Sampai tahun 1980-an kedua penyakit
ini tetap misterius. Kemudian ditemukan hubungan antara HUS dengan infeksi usus
oleh Escherichia coli yang menghasilkan verositotoksin atau shiga toxins
(Stx).
HUS terutama menyerang anak-anak, dengan perjalanan klinis yang bervariasi
dari sub klinis sampai mengancam nyawa. Merupakan penyebab tersering gagal
ginjal akut pada anak-anak. Pada orang dewasa HUS jarang dijumpai dan biasanya
dikaitkan dengan gagal ginjal yang irreversible . Akhir-akhir ini dilaporkan
peningkatan insiden HUS pada orang dewasa yang diawali oleh diare disertai
perbaikan fungsi ginjal.
Masa inkubasi penyakit akibat E.coli berkisar antara tiga sampai delapan
hari, rata-rata empat hari. Tanda dan hgejala infeksi bakteri ini pada tubuh
manusia adalah diawali dengan gejala diare, berak disertai darah, nyeri perut,
muntah dan demam. Pada keadaan daya tahan tubuh yang buruk khususnya pada anak,
lansia atau beberapa penyakit tertentu seperti AIDS dapat menyebabkan komplikasi
yang berbahaya seperti sindrom uremik hemolitik, atau HUS, menyerang ginjal
(gagal ginjal akut), menyebabkan kesdaran menurun, koma, kejang dan stroke.
Meski para ahli masih belum mengetahui dengan baik jenis bakteri E. coli,
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan agar jangan menggunakan
antibiotik dan obat lain dalam menangani infeksi bakteri itu.
E. coli
E. coli, adalah salah satu jenis spesies utama bakteri gram negatif.
Pada umumnya, bakteri yang ditemukan oleh Theodor Escherich ini dapat ditemukan
dalam usus besar manusia. Kebanyakan E. Coli tidak berbahaya, tetapi
beberapa, seperti E. Coli tipe O157:H7, dapat mengakibatkan keracunan
makanan yang serius pada manusia. E. Coli yang tidak berbahaya dapat
menguntungkan manusia dengan memproduksi vitamin K2, atau dengan
mencegah baketi lain di dalam usus. E. coli banyak digunakan dalam
teknologi rekayasa genetika. Biasa digunakan sebagai vektor untuk menyisipkan
gen-gen tertentu yang diinginkan untuk dikembangkan. E. coli dipilih
karena pertumbuhannya sangat cepat dan mudah dalam penanganannya.
Globalisasi dan mobilisasi masyarakat dunia yang demikian cepat, bukannya
tidak mungkin wabah bakteri ini akan menyebar ke seluruh belahan dunia termasuk
Indonesia. Melihat ganasnya bakteri strain baru itu, tampaknya tidak berlebihan
bila masyarakat dan pemerintah Indonesia harus terus waspada. Pemerintah
tampaknya harus segera memutuskan perlu tidaknya travel waning pada warga negara
Indonesia yang berkunjung ke Eropa. Dalam situasi seperti ini tampaknya
Indonesia termasuk yang paling lambat menunggu dan tidak secepat negara lain
dalam mengeluarkan travel warning dengan prinsip kehati-hatian melindungi
warganya.
Bila wabah tersebut masuk ke Indonesia maka diperkirakan akan lebih cepat
menyebar, lebih parah dan ganas. Mengingat keadaan geografis Indonesia,
kebiasaan perilaku kesehatan masyarakat yang masih rendah, status gizi
masyarakat yang kurang dan kepadatan penduduk lebih besar akan membuat penyakit
tersebut berkembang biak lebih cepat dan lebih ganas.
Penularan infeksi bakteri E Coli dicegah dengan berperilaku hidup bersih dan
sehat seperti mencuci tangan setelah buang air besar dan sebelum makan. Cara
mencuci tangan yang baik dan benar adalah dengan sabun secara baik dan benar
menggunakan air bersih mengalir. Cuci tangan memakai sabun dapat mengurangi
angka diare hingga 47%.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Hantu Pocong Lembang, Hiburan Siang di Jalan Macet!

4 bulan yang lalu
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun