Dalam berbagai kesempatan penggagas dan pendiri Nasional Demokrat (Nasdem) tidak ada yang pernah menyatakan bahwa akan masuk perpolitikan, karena Nasdem hanyalah gerakan Moral. Tetapi benarkah pendapat itu ? Melihat sepak terjang sebagian besar komposisi Nasdem adalah politikus dan berbagai gerakan dan suara organisasi yang dilakukan tampaknya misi utama gerakan moral sangat diragukan. Benarkah seorang Surya Paloh dan beberapa politikus kawakan lainnya mengorbankan uang yang sangat fantastis, jabatan dan kedudukan di partai Golkar hanya sekedar untuk gerakan moral. Melihat dasar pertimbangan itu penulis akan berani bertaruh bahwa Nasdem akan menjadi partai politik dikemudian hari. Bila taruhan itu kalah atau Nasdem tidak akan pernah menjadi gerakan poltik , maka para penggagas dan pendiri Nasdem adalah benar-benar dapat dinobatkan menjadi seorang malaikat moral di dunia. Karena, mereka mengorbankan harta dan jabatan demi moral bangsa ini. Bila nantinya Nasdem memasuki dunia perpolitikan, maka kebohongan besar akan menjadi taruhannya. Siapa berani bertaruh nantinya Nasdem sebagai gerakan Politik atau Moral ?
Tidak akan pernah Berpolitik ?
Nasdem tidak akan mendeklarasikan menjadi partai politik seperti dugaan banyak pihak selama ini. Untuk itu, Nasdem tidak akan mendaftarkan diri sebagai partai politik ke Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia untuk menjadi peserta pemilu pada tahun 2014. ”Nasdem masih merupakan organisasi masyarakat (ormas) yang memperjuangkan gerakan moral,” kata Sekretaris Jenderal Nasional Demokrat (Nasdem) Syamsul Mu’arif dalam jumpa pers terkait rencana Rapat Pimpinan Nasional Nasdem di Jakarta, Kamis (27/1). Sebagai ormas, Nasdem terus melakukan konsolidasi secara internal. Demikian sebuah statement yang ditulis dalam situs resminya. (http://nasionaldemokrat.org/articles/viewColumnWithTitle/kabar/nasdem-takkan-jadi-partai-politik)
Dalam usia setahun, Nasdem sudah memiliki anggota sekitar satu juta anggota. Penyerahan kartu anggota yang ke satu juta itu akan dilakukan pada acara Rapimnas dan HUT Nasdem. Adalah kejanggalan luar biasa sebuah gerakan moral bertujuan target utamanya adalah kartu anggota bukan gerakan nyata atau teladan untuk sebuah restorasi gerakan moral.
Ketua Bidang Organisasi Dewan Pimpinan Pusat Nasional Demokrat Ferry Mursyidan Baldan menyatakan, akhir Januari 2011 ini, kantor Nasional Demokrat sudah ada di 33 provinsi. Sampai hari ini, Nasdem telah membuka cabang di 25 provinsi dan 103 kabupaten/kota. Berdasarkan UU Partai Politik yang baru saja disahkan DPR pada masa sidang lalu, syarat suatu parpol dapat mengikuti Pemilu adalah memiliki cabang di 33 provinsi di Indonesia.
Kementerian Hukum dan HAM Aidir Amin Daud menegaskan pihaknya telah siap menerima pendaftaran partai-partai politik yang akan mengikuti verifikasi mulai Senin (17/1) di Kemenkum dan HAM. Pihaknya telah menyusun prosedur operasi standar (standard operating procedure/SOP) untuk verifikasi. Pendaftaran verifikasi akan dibuka hingga batas akhir 22 Agustus yang akan datang. Pelaksanaan tersebut sesuai dengan Pasal 51 ayat (1) UU Partai Politik yang menyebutkan proses verifikasi dilakukan 2,5 tahun sebelum penyelenggaraan pemilu. Proses verifikasi ini berlaku bagi semua parpol, termasuk parpol yang ada di parlemen.
Pengujian di lapangan nantinya akan dilaksanakan pula di Kantor Kesbangpol di Provinsi, Kabupaten/Kota, dan Kecamatan.Tampaknya semakin dekatnya batas waktu tersebut yang menunjukkan aktifitas Nasdem demikian meningkat pesat di seluruh penjuru Nusantara.
Semua tokoh elit Nasdem adalah bekas tokoh elit politik Golkar yang kalah bertarung dengan kelompok Abu Rizal Bakrie. Bahkan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golkar melarang kader dan pengurus partai bergabung dengan Nasional Demokrat. Sebelumnya DPP Partai Golkar baru mengeluarkan peringatan melalui surat edaran, selanjutnya DPP akan mengeluarkan instruksi agar kader dan pengurus partai tidak bergabung dengan Nasional Demokrat.
Melihat gelagat itu dapat dibayangkan beberapa tokoh politik Golkar harus rela mengorbankan karier politiknya demi gerakan moral. Juga dapat dibayangkan seorang konglomerat seperti Surya Paloh dan para elit Nasdem mengeluarkan uang yang sangat fantastis dan memeras fisiknya keliling Indonesia hanya demi sebuah gerakan moral.
Moral atau Politik
Melihat fakta tersebut tampaknya tidak harus menjadi ahli poltik untuk memprediksi bahwa Nasdem nantinya menjadi cikal bakal partai politik. Arah dan nuansa gerakannya sangat jelas terbaca. Bila memang nantinya Nasdem berubah haluan dari gerakan moral menjadi suatu gerakan politik adalah suatu strategi yang sangat cerdas. Dalam mengumpulkan dukungan dan masa maka pertimbangan politik lebih sulit diterima sebagian besar masyarakat, karena terlanjur timbul konotasi negatif dunia politik Indonesia. Tetapi bila dibungkus dengan gerakan moral maka akan mendapat penuh simpati dan dukungan dari berbagai kalangan. Bila hal itu benar terjadi maka para pendukung yang idealis dan masyarakat yang bermisi moral akan terkecoh dan terbohongi. Tetapi hal itu merupakan tindakan yang sah-sah saja dalam dunia politik yang penuh kamuflase dan kebohongan. Dan kalaupun terkecoh hanyalah sebagian kecil elit karena pada umumnya para politisipun berspekulasi politik saat menggagas Nasdem dan sebagian besar bermotovasi politis. Tetapi yang merasa paling terbohongi adalah para masyarakat partisipan pendukungnya. Karena selama ini rakyat biasa mempunyai niat tulus dalam mengikuti gerakan moral. Tetapi strategi cerdik pendiri Nasdem sudah ada dalam otak organisasi mereka. Saat berubah menjadi partai politik, mereka tidak merasa membohongi masyarakat karena perubahan gerakan moral menjadi gerakan poltik adalah permintaan anggota dan masyarakat bukan kemauan pendirinya.
Melihat berbagai fakta tersebut di atas, tampaknya Nasdem terus tidak tergoda menjadi gerakan politik adalah sangat mustahil. Bila nantinya Nasdem tetap menjadi gerakan moral maka bangsa ini harus menobatkan para penggagasnya menjadi malaikat pejuang Moral. Karena, tampaknya tidak ada sifat seorang manusia di jaman modern ini berani mengeluarkan trilunan rupiah hanya demi membesarkan sebuah konsep gerakan moral tanpa aksi moral. Tampaknya tidak ada manusia super di dunia politik Indonesia yang berani mengorbankan karier politiknya yang cemerlang hanya demi sebuah konsep gerakan moral.