Mohon tunggu...
Widodo Judarwanto
Widodo Judarwanto Mohon Tunggu... Dokter - Penulis Kesehatan

Dr Widodo Judarwanto, pediatrician. Telemedicine 085-77777-2765. Focus Of Interest : Asma, Alergi, Anak Mudah Sakit, Kesulitan Makan, Gangguan Makan, Gangguan Berat Badan, Gangguan Belajar, Gangguan Bicara, Gangguan Konsentrasi, Gangguan Emosi, Hiperaktif, Autisme, ADHD dan gangguan perilaku lainnya yang berkaitan dengan alergi makanan.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Ancaman Makanan Berbahaya di Bulan Puasa

12 Agustus 2011   00:18 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:52 1040
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Ngabuburit dengan berburu makanan, minuman dan jajanan untuk berbuka dan sahur adalah kegiatan rutin umat muslim di bulan ramadan. Saat bulan penuh berkah itu di setiap kota menjamur muncul pasar ramadhan yang menyajikan makanan dan minuman yang sangat menarik dan menantang untuk disantap. Dibalik warna mencolok dan menantang tersebut ternyata tersembunyi pewarna dan pengawet makanan. BPOM hari Kamis (11/8) kemarin menemukan bahan berbahaya saat mengadakan inspeksi dan pemantauan di pasar makanan ramadan di Bendungan Hilir Jakarta Pusat yang terkenal itu.

Berbagai warna menantang itu berupa warna merah mencolok berbentuk kotak dari minuman tersebut beresiko mengandung Rhodamin. Warna kuning mencolok dari mi yang ada dalam pempek palembang, soto mi atau asinan bogor beresiko mengadung boraks. Warna merah, kuning atau putih terang pada kerupuk pada gado-gado, ketoprak atau nasi goreng beresiko mengandung pewarna berbahaya, Begitu juga ikan asin yang ada di dalam berbagai makanan yang sangat lezat bersesiko mengandung bahan kimia berbahaya. Berbagai jajanan, minuman atau makanan untuk berbuka puasa itu saat ini terancam bahan pengawet yang dilarang karena berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan seperti rhodamin, formalin dan borak atau berbagai zat berbahaya lainnya. Bahan-bahan pengawet berbahaya itu masih sering digunakan pada produk-produk bahan makanan seperti tahu, mie, ikan asin, mengawetkan ikan, daging, buah, dan sayuran dengan kadar yang tak terkontrol. Para nelayan misalnya, tidak sedikit memilih menggunakan formalin dari pada es batu karena faktor murah dan praktis. Buah-buahan di supermarket juga rawan formalin.

Boraks tersebut dikemas dengan berbagai macam bentuk dan warna yang dilakukan oknum pedagang maupun distributor untuk mengelabui konsumen. Boraks dijual dalam berbagai kemasan, bentuk, serta nama yang bermacam-macam seperti garam kuning, pijer, dan bleng.

Rhodamin, formalin atau borak dapat menimbulkan gangguan hati, jantung, pencernaan, kanker dan ginjal dan lainnya. Pada dosis cukup tinggi, pengawet ini bisa mengakibatkan, pusing, mual, dan muntah, mencret, kram perut, kejang, depresi susunan saraf dan gangguan peredaran darah. Dalam dosis kecil, pengawet akan diserap tubuh dan efeknya baru akan dirasa setelah akumulasi (jumlah) pengawet dalam tubuh tinggi. Kadar formalin hingga 60% bisa dikurangi dengan cara meredam dengan air, air leri (perasan beras) atau air garam selama 1 jam.

Bahan pengawet yang legal menurut BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) dalam kadar tertentu aman di gunakan sebagai bahan tambahan dalam makanan seperti Benzoat, propionat, nitrit, nitrat, sorbat dan sulfit. Namun, jika dikosumsi dalam waktu yang lama, akumulasi bahan tersebut tetap rawan menimbulkan gangguan kesehatan. Terlebih, ada beberapa pengawet yang statusnya masih syubhat seperti nisin dan potasium nitrat. Hal ini terkait dengan media fermentasi dan asal bahannya.

Berbagai jenis pengawet lainnya adalah BHA, Sulfit atau sodium nitrat sering dipakai sebagai bahan pengawet makanan berbahaya. Butylated hydroxyanisole (BHA) dan butylated hydroxytoluene (BHT) bisa menyebabkan kanker dan tumor. Selain itu, ada bukti yang mendukung kalau kedua pengawet ini menyebabkan gangguan metabolisme pada manusia. Di Amerika, kedua pengawet ini dilarang digunakan pada produk makanan bayi . Sedang di Jepang, Romania, Swedia, dan Australia, kedua pengawet dilarang total untuk digunakan. BHA bisa ditemukan pada lemak. Bisa pada mentega, daging, sereal, makanan yang dipanggang, snack, kentang yang dikeringkan, serta makanan olahan lainnya. Selain itu, bahan ini juga digunakan pada permen karet dan bir.

Sulfit terdiri dari Potasium bisulfit, potassium metabisulfit, sodium sulfit dan sulfur dioksida. Sulfit berfungsi untuk menjaga agar anggur tidak berubah menjadi cuka. Beberapa orang dinyatakan mengalami reaksi alergi akibat sulfites. Karena itu, makanan dan anggur yang mengandung sulfit dilarang beredar di Amerika Serikat. Selain itu, penggunaan sulfit dengan menyemprot pada sayuran dan buah segar untuk mempertahankan warna juga dilarang. Sulfit sering terdapat pada semua anggur. Selain itu, juga ditemukan pada makanan kering dan kentang yang dikeringkan.

Sodium Nitrit bisa membentuk zat-zat kimia penyebab kanker di dalam usus. Sodium nitrit merupakan sejenis garam yang telah digunakan selama beberapa dekade untuk mengawetkan daging dan mencegah pertumbuhan klostridium botulinum, bakteri penyebab keracunan makanan. Zat ini merupakan penyebab warna merah pada ham. Komponen ini bisa bereaksi dengan protein-protein di dalam lambung dan berfungsi sebagai dapur pembuatan N-nitrosamines, penyebab kanker. Pengawet ini sering terdapat dalam Sodium nitrit ditemukan pada daging olahan, termasuk ham, bacon, hot dog, dan beberapa jenis sosis. selain itu, ada juga pada ikan asap.

Mekanisme Tubuh

Dalam menghadapi ancaman zat berbahaya dalam makan itu sebenarnya tubuh manusia memiliki cara untuk melawan atau mencegah segala racun yang masuk di tubuhnya melalui paru-paru, usus, hati, dan ginjal. Mekanisme pertahanan tubuh ini akan semakin buruk bila terjadi pada penderita dengan gangguan saluran, penderita alergi atau hipersensitifitas makanan lainnya. Pada anak-anak juga lebih berbahaya karena ketidakmatangan saluran cerna pada anak belum sempurna di bawah usia 5 tahun. Khususnya pada penderita Atis, ADHD atau gangguan perilaku lainnya.

Proses pertahanan tubuh terhadap bahan berbahaya itu salah satunya dengan sistem detoksifikasi. Detoksifikasi adalah proses penetralan dan pengeluaran untuk meminimalkan bahkan menghilangkan toksin dari dalam tubuh atau lebih dikenal sebagai internal cleansing. Proses ini bermanfaat untuk membuang segala macam zat yang tidak diperlukan oleh tubuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun