Mohon tunggu...
Widodo Judarwanto
Widodo Judarwanto Mohon Tunggu... Dokter - Penulis Kesehatan

Dr Widodo Judarwanto, pediatrician. Telemedicine 085-77777-2765. Focus Of Interest : Asma, Alergi, Anak Mudah Sakit, Kesulitan Makan, Gangguan Makan, Gangguan Berat Badan, Gangguan Belajar, Gangguan Bicara, Gangguan Konsentrasi, Gangguan Emosi, Hiperaktif, Autisme, ADHD dan gangguan perilaku lainnya yang berkaitan dengan alergi makanan.

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Pilihan

Revolusi Teknologi ChatGPT, "Culture Shock" Mahasiswa dan Dosen

4 November 2024   21:22 Diperbarui: 4 November 2024   21:24 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar dokumentasi diasingrafis pribadi

Dalam menyiasati penggunaan chat GPT perlu didakan penguatan etika akademik. Institusi mungkin perlu menekankan pentingnya etika dalam penulisan karya ilmiah dan mengimplementasikan alat deteksi plagiarisme yang lebih ketat untuk mencegah penyalinan jawaban dari AI tanpa verifikasi.

Dampak positif chtGPT adalah terjadi peningkatan kompetensi literasi digital. Mahasiswa diharapkan lebih cerdas dalam menggunakan teknologi, yaitu menggunakan ChatGPT sebagai alat bantu, bukan sebagai pengganti pemahaman. Chat GPT  mengajarkan mahasiswa cara menggunakan alat secara bertanggung jawab dan memanfaatkan teknologi untuk mendukung, bukan mendikte, pekerjaan akademik mereka.

Dampak revolusioner lainnya adalah terjadi pergeseran peran dosen pembimbing. Dosen mungkin perlu mengarahkan lebih banyak waktu pada aspek pengembangan ide dan analisis kritis mahasiswa daripada hanya mengecek struktur atau penulisan teks, karena mahasiswa bisa memperoleh dukungan dasar dari AI.

Secara keseluruhan, ChatGPT dapat menjadi alat yang bermanfaat dalam pendidikan tinggi jika digunakan dengan benar, tetapi potensi kerugiannya menekankan pentingnya tanggung jawab, etika, dan pemahaman mendalam pada diri mahasiswa. Secara keseluruhan, penggunaan ChatGPT dalam pembuatan makalah dan skripsi di perguruan tinggi menawarkan berbagai manfaat, namun juga menghadirkan tantangan yang tidak bisa diabaikan. Teknologi ini bisa menjadi alat pendukung yang kuat jika digunakan secara bijaksana, memberikan akses cepat ke informasi, serta membantu dalam aspek teknis penulisan. Namun, ketergantungan yang berlebihan berisiko menghambat pengembangan kemampuan berpikir kritis dan analitis mahasiswa serta meningkatkan potensi plagiarisme. Untuk mengoptimalkan manfaatnya, mahasiswa perlu dibimbing agar menggunakan ChatGPT dengan bertanggung jawab dan tetap mengedepankan pemahaman serta etika akademik. Dengan pendekatan yang tepat, ChatGPT bisa menjadi bagian dari proses pembelajaran yang memperkaya tanpa mengorbankan integritas dan kualitas akademik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun