Mitos dan kesalahan terbesar yang sering dipahami dan dikampanyekan bahwa susu kambing lebih aman dan digunakan sebagai  pengganti susu bila dinyatakan alergi atau  Alergi Susu Sapi. Padahal susu kambing tidak berbeda jauh dengan susu sapi. Anak yang alergi susu sapi pasti alergi susu kambing juga, sebaliknya bila tidak alergi susu kambing pasti atidak lergi susu sapi juga. Faktanya susu sapi dan susu kambing tidak jauh berbeda. protein susu kambing mirip dengan struktur protein susu sapi. Lebih dari 90 persen sistem imun menyebabkan reaksi terhadap susu kambing atau keju kambing pada seseorang dengan alergi susu sapi.Â
Saat ini masih banyak opini atau artikel di media cetak dan media maya yang dikatakan orang awam, penjual susu kambing  bahkan klinisj yang mengganggap bahwa pemberian susu kambing dianggap dapat sebagai pengganti alergi susu sapi. Bahkan sebagian besar masyarakat yang bergelut dalam bisnis Multi Level Marketing atau penjual susu kambing mengklaim bahwa susu kambing dapat menyembuhkan alergi susu sapi.Â
Tenyata opini yang terbangun selama itu salah dan tidak ilmiah sehingga dapat beresiko cenderung menyesatkan dan membahayakan pasien penderita alergi susu sapi. Bila penderita alergi susu sapi diberi susu kambing juga akan menganggu karena susu sapi dan susu kambing sama. Bahkan sebuah penelitian menyebutkan pemberian susu kambing pada penderita alergi dapat mengancam jiwa. Berbagai penelitian menunjukkan protein susu kambing mirip dengan struktur protein susu sapi. Kalaupun selama ini penderita alergi susu sapi mengggunakan susu kambing aman. Sangat mungkin diagnosis alergi susu sapi yang diberikan sebelumnya salah. Karena selama ini seringkali terjadi kesalahan overdiagnosis alergi susu sapi, tidak mengalami alergi susu sapi tetapi divonis alergi susu sapi. Â Sebaliknya bila pemberian susu kambing tidak bermasalah artinya penderita tidak alergi susu sapi atau susu sapi bisa dikonsumsi.Â
Dalam beberapa dekade belakangan ini prevalensi dan perhatian terhadap alergi susu sapi semakin meningkat. Susu sapi sering dianggap sebagai penyebab alergi makanan pada anak yang paling sering Beberapa penelitian di beberapa negara di dunia prevalensi alergi susu sapi pada anak dalam tahun pertama kehidupan sekitar 2%. Sekitar 1-7% bayi pada umumnya menderita alergi terhadap protein yang terdapat dalam susu sapi. Sedangkan sekitar 80% susu formula bayi yang beredar di pasaran ternyata menggunakan bahan dasar susu sapi.
Saat gejala alergi muncul seringkali susu sapi dianggap sebagai penyebab.  Padahal menurut banyak penelitian di beberapa negara di dunia prevalensi alergi susu sapi pada anak dalam tahun pertama kehidupan sekitar 3% atau dari 100 anak hanya 3 anak yang mengalami alergi susu sapi. Tetapi faktanya penderita alergi yang divonis alergi susu sapi atau overdiagnosis susu sapi sangatlah besar dan banyak. Dalam penelitian penulis sekitar 80-90% anak  mengalami overdiagnosis alergi sapi hanya dengan dugaan atau kecurigaan dan dengan cara yang salah dalam mendiagnosis. Dampak yang terjadi bila mengalami overdiagnosis alergi susu sapi tidak berbahaya kesehatan. Kesalahan diagnosis tersebut hanya berdampak pada masalah ekonomi. Pengeluran biaya pembelian susu menjadi mubazir karena  susu formula khusus hipoalergenik jauh lebih mahal dibandingkan susu biasa
Sering terjadi overdiagnosis dalam menentukan anak menderita alergi susu sapi. Sebaiknya jangan terlalu cepat memvonis alergi susu sapi pada bayi. Reaksi alergi yang timbul bukan saja terjadi karena susu formula. Dalam pemberian ASI, diet yang dikonsumsi ibu atau bayi da anak terkena infeksi virus juga dapat mengakibatkan gangguan manifestasi alergi.
Penderita alergi seringkali mengalami overdiagnosis alergi susu sapi, yang seharusnya tidak alergi susu sapi divonis alergi susu sapi. Paling sering terjadi saat keadaan bayi mengalami infeksi batuk, panas dan pilek sering mengalami gangguan seperti reaksi alergi khususnya pada alergi kulit, saluran cerna dan hipersekresi bronkus (lendir yang berlebihan). Tetapi saat itu langsung divonis alergi susu sapi. Padahal sebelumnya sudah beberapa bulan mengkonsumsi susu sapi tidak menimbulkan gangguan.
Secara klinis dan laboratoris seringkali sulit untuk memastikan anak menderita alergi susu sapi. Karena dalam keadaan tertentu tes alergi khusus tes kulit dan tes darah masih belum bisa memastikan adanya alergi susu sapi atau tidak. Hal inilah yang sering menjadikan perbedaan pendapat dan kontroversi tentang vonis alergi susu sapi apada bayi dan anak
Selain itu tidak mudah untuk menentukan pemilihan susu yang terbaik untuk anak tersebut. Seringkali sulit memastikan apakah seseorang alergi susu sapi atau intoleransi atau bereaksi terhadap kandungan tertentu dari kandungan yang ada di dalam formula. Dalam menghadapi kasus seperti ini beberapa klinik alergi anak melakukan Oral Food Challenge atau eliminasi provokasi terbuka sederhana. Secara awal penderita diberikan susu ekstensif hidrolisat. Bila gejala alergi membaik selanjutnya dilakukan provokasi formula berturut turut yang lebih beresiko seperti soya, parsial hidrolisat, dan susu formula yang minimal kandungan AA, DHA, minyak kelapa sawit dan sebagainya. Formula yang paling tepat adalah yang tidak menimbulkan gangguan. Bila timbul gejala pada salah satu formula tersebut kita harus pilih formula satu tingkat lebih aman di atasnya. Bila susu parsial hidrolisa dan soya timbul gangguan dilakukan provokasi terhadap susu laktosa dan lemah rantai tunggal (Monochain Trigliceride/MCT).
Beberapa alternatif pilihan untuk pengganti susu sapi sangat bervariasi tergantung kondisi setiap anak. Susu pengganti tersebut meliputi ASI, susu soya, susu ektensif hidrolisa, susu parsial hidrolisat, sintesi asam amino dan sebagainya.