Selain mengidentifikasi penyebab alergi makanan, penderita harus mengenali pemicu alergi. Faktor pencetus sebetulnya bukan penyebab serangan alergi, tetapi menyulut terjadinya serangan alergi. Â Pencetus alergi tidak akan berarti bila penyebab alergi makanan dikendalikan. Penanganan terbaik pada penderita alergi makanan adalah dengan menghindari makanan penyebabnya. Pemberian obat-obatan anti alergi dalam jangka panjang adalah bukti kegagalan dalam mengidentifikasi makanan penyebab alergi. Mengenali secara cermat gejala alergi dan mengidentifikasi secara tepat penyebabnya, maka gejala alergi dapat dihindarkan.
Cara melakukan Oral Food Challenge terbuka dan sederhana adalah dengan menghindari semua makanan sekitar 30 makanan yang dicurigai penyebab alergi. Penghindaran makanan ini juga harus dilakukan ibu saat memberi ASI, karena protein makanan penyebab alergi bisa ditranfer melalui ASI. Makanan yang dihindari banyak tetapi terdapat 100 makanan lebih pengganti alergi yang jumlah dan variasinya banyak, Â gizi, protein dan kandungan gizinya juga tinggi. Eliminasi tersebut dilakukan dlaam 3 minggu. Saat hal itu dilakukan dengan disiplin dan ketat maka berbagai gangguan dan gejala alergi membaik. Pada gejala alergi yang ringan, setelah 3 minggu bisa dilakukan provokasi pemberin susu sapi sambil diamati gejalanya dalam beberapa hari berikutnya. Semua perlakuan ini tidak bisa dilakukan sendiri, tetapi harus dilakukan atas rekomendasi dan dibawah pengawasan dokter yang berpengalaman di bidangnya. Kesalahan mencari penyebab biasanya hanya menghindari beberapa makanan saja. Selain itu kesalahan yang terjadi meski menghindari banyak makanan tetapi masih sekali-sekali melakukan cheating atau hidden (tersembuyi) ada makanan yang terkandung tetapi dikonsumsi dalam kandungan makanan lainnya
Selain itu tidak mudah untuk menentukan pemilihan susu yang terbaik untuk anak tersebut. Seringkali sulit memastikan apakah seseorang alergi susu sapi atau intoleransi atau bereaksi terhadap kandungan tertentu dari kandungan yang ada di dalam formula. Dalam menghadapi kasus seperti ini beberapa klinik alergi melakukan Oral Food Challenge seperti di atas. Secara awal penderita diberikan susu ekstensif hidrolisat. Bila gejala alergi membaik selanjutnya dilakukan provokasi formula berturut turut yang lebih beresiko seperti soya, parsial hidrolisat, dan susu formula yang minimal kandungan AA, DHA, minyak kelapa sawit dan sebagainya. Formula yang paling tepat adalah yang tidak menimbulkan gangguan. Bila timbul gejala pada salah satu formula tersebut kita harus pilih formula satu tingkat lebih aman di atasnya. Bila susu parsial hidrolisa dan soya timbul gangguan dilakukan provokasi terhadap susu laktosa dan lemah rantai tunggal (Monochain Trigliceride/MCT).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H