Seorang ayah sedih dan bingung saat anak yang semata wayang berusia 10 tahun  tidak tertolong nyawanya ketika dinyatakan terinfeksi DBD (Demam Berdarah Dengue). Orangtua bingung, karena dokter menganggap anaknya tidak tertolong karena dianggap terlambat penanganan. Padahal anaknya sudah periksa ke dokter mulai hari pertama awal demam dan dibawa berobat hingga 3 kali berpindah dokter. Â
Saat awal diperiksa  dokter anaknya didiagnosis radang tenggorokan (Faringitis akut), hari berikutnya karena demam masih tinggi berpindah ke dokter lain didiagnosis tifus. Hari ke 4 dibawa ke UGD dinyatakan sudah berat, sehingga esok harinya tak tertolong. Dokter menyatakan anaknya mengalami DBD dan terlambat penanganan. Banyak kasus penyakit DBD awalnya didiagnosis tifus dan radang tenggorokan tetapi akhirnya ternyata alami DBD. Mengapa sering terjadi "underdiagnosis" DBD atau Sakit DBD tetapi awalnya didiagnosis penyakit lainnya ?
"Underdiagnosis" DBD atau kesalahan diagnosis karena penderita awalnya didiagnosis penyakit lain tapi ternyata alami penyakit DBD seringkali terjadi. Hal ini terjadi kerena tanda dan gejala infeksi DBD mirip banyak penyakit lainnya. Penyakit lain yang mirip dan sering salah diagnosis paling sering terjadi adalah radang tenggorok, demam tifus atau alergi obat. Bahkan ada penderita DBD dikira infeksi usus buntu, ternyata setelah operasi dinyatakan alami DBD.
Demam Berdarah DengueÂ
Demam berdarah adalah penyakit virus (arboviral) yang ditularkan melalui arthropoda yang paling umum dan berbahaya dalam masyarakat. Penyakit ini ditularkan oleh nyamuk dari genus Aedes, yang tersebar luas di wilayah subtropis dan tropis di dunia (lihat gambar di bawah). Angka kejadian penyakit demam berdarah telah meningkat secara dramatis dalam beberapa dekade terakhir dan pada bulan-bulan tertentu seperti saat ini, dengan perkiraan 40-50% populasi dunia berisiko terkena penyakit ini di daerah tropis, subtropis, dan, yang terbaru, daerah beriklim sedang.
Demam berdarah biasanya merupakan penyakit yang dapat disembuhkan dengan sendirinya dengan angka kematian kurang dari 1% bila terdeteksi sejak dini dan dengan akses terhadap perawatan medis yang tepat. Bila diobati, angka kematian akibat demam berdarah yang parah adalah 2-5%, namun jika tidak diobati, angka kematiannya bisa mencapai 20%. Rata-rata, demam berdarah menjadi gejala setelah masa inkubasi 4 hingga 10 hari (kisaran 3-14 hari). Gejala demam berdarah biasanya berlangsung 2-7 hari.
Banyak orang yang menderita demam berdarah awalnya mungkin tidak menunjukkan gejala apa pun kecuali demam. Banyak pasien demam berdarah mengalami gejala menggigil (kedinginan); ruam, termasuk bintik-bintik eritematosa pada kulit; dan kemerahan pada wajah, yang bisa berlangsung 2-3 hari.Â
Anak-anak di bawah 15 tahun yang menderita demam berdarah biasanya mengalami sindrom demam nonspesifik, yang mungkin disertai ruam makulopapular. Demam berdarah harus dicurigai pada individu yang mengalami demam tinggi (104F/40C), sakit kepala retro-orbital (di dearah mata), nyeri otot dan sendi, mual, limfadenopati (pembesaran kelenjar), muntah, dan ruam, serta telah melakukan perjalanan dalam waktu 2 minggu sejak timbulnya gejala ke rumah sakit. daerah dimana terdapat vektor yang sesuai dan penularan demam berdarah dapat terjadi.
Gejala yang menyertai pada pasien demam berdarahyang hampir mirip penyakit lainnya  adalah demam, Sakit kepala, Nyeri retro-orbital, Mialgia parah: nyeri terutama pada punggung bagian bawah, lengan, dan kaki, Arthralgia: nyeri iasanya pada lutut dan bahu, Mual dan muntah (diare jarang terjadi), nyeri perut, Kelemahan, malaise, dan kelesuan, Sensasi rasa berubah, Anoreksia, Sakit tenggorokan