Apakah penanganan kita lebih baik dari negara-negara yang Kemenkesnya mundur itu? Sehingga banyak desakan publik lewat petisi meminta menkes untuk mundur. Tetapi pertanyaannya, bagaimana menteri kesehatan bisa meyakinkan publik bahwa masih layak menjalankan menduduki posisi yang berat ini. Saat dirinya tidak pernah  diberi wewenang penuh untuk mendominasi penanganan wabah yang menjadi kompetensinya.
Tidak perlu menyalahkan siapa yang paling bertanggung jawab atas kegagalan penanganan wabah pandemi di indonesia ini. Â Kegagalan adalah Guru terbaik. Maka dari itu kita harus berani gagal. Guru terbaik adalah kesalahan terakhir yang kita lakukan.Â
Jangan takut mencoba, kesalahan adalah guru terbaik jika kita jujur mengakuinya dan mau belajar darinya. Pengalaman itu ialah guru terbaik untuk mengajari kita untuk lebih mengerti, memahami, dan selalu hati-hati. Pandemi memang tak mudah, tapi dia guru terbaik untuk bangkit. Dia memberimu masalah, tapi selalu ada pelajaran di setiap peristiwa.
Saat gagal dalam penanganan kasus tidak perlu menyalahkan kedisiplinan masyarakat menjadi penyebab utama. Atau mencari kesalahan dengan memfitnah bahwa semua pasien meninggal dicovidkan RS demi keuntungan finansial.Â
Kegagalan adalah guru terbaik, karena memberi kita sebuah ujian disertai sebuah pelajaran berharga sesudahnya. Â Guru terbaik yang mengajarkan kesabaran pada bangsa ini adalah permasalahan hidup berbangsa dan bernegara.Â
Meski prestasi sekolah kita tidak bagus tetapi hidup adalah sekolah terbaik, pengalaman adalah guru terbaik karena mereka memberikan kita pelajaran yang tidak pernah diajarkan di sekolah manapun. Sangat memprihatinkan saat kita terus melakukan pembelaan diri atas kegagalan kita, maka akan kehilangan pengalaman sebagai guru terbaikÂ
Sangat disayangkan jika pengalaman buruk hanya dijadikan penyesalan atau mencari kesalahan pada masyarakat atau menunjuk dirinya lebih hebat dari pemimpin negara lain, karena kegagalan tu adalah guru terbaik yang mengajarkan indahnya keberhasilan.Â
Mengapa keteladanan merupakan guru terbaik? Karena teladan berbicara lebih daripada kata-kata yang sekedar diucapkan. Guru terbaik kita adalah masa lalu, maka dari itu jangan lupakan masa pandemi beberapa bulan sebelumnya, baik itu sukses, gagal atau kecewa. Waktu kerap menjadi guru terbaik yang dipercayakan pada kita untuk melatih iman kita.
Saat seperti ini bukan berlomba lomba mengakui kehebatan dan keberhasilan ditengah kegagalan. Jangan sibuk menyalahkan ketidakdisiplinan rakyat, tetapi berlomba lombalah menjadi orang bijak. Karena, saat orang kecil akan menyalahkan orang lain, orang sombong akan membenarkan yang salah, maka orang bijak akan instropeksi diri. Saat intropeksi yang tulus maka pemimpin yang hebat dalam penanganan wabah akan datang dengan sendirinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H