Presiden , para menteri dan para pejabat tim penangaan Covid19 selama ini selalu rajin menarasikan keadaan Indonesia lebih baik dan berhasil menangani pandemi dengan melihat angka kesebuhan semakin meningkat. Â
Narasi menyesatkan ini banyak dikritisi dan ditentang para pakar epidemiologi bahwa keberhasilan kemampuan penanganan wabah bukan angka kesembuhan tetapi menekan angka penularan kasus dan kematian menjadi indikator keberhasilan dalam menangani Covid-19. Bila narasi komunikasi dan informasi menyesatkan ini terus dihembuskan dalam masyarakat maka dampak buruknya masyarakat semakin abai dalam pencegahan karena Indonesia dianggap baik baik saja.
Ketua Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional Airlangga Hartarto seusai rapat dengan Presiden Jokowi, sebagaimana disiarkan saluran YouTube Sekretariat Presiden, Senin (24/8/2020) Â melaporkan bahwa terkait dengan Covid, dari Indonesia ini suasananya lebih baik, di mana kasus sembuh itu sudah mencapai 70 persen, di mana 70 persen ini lebih tinggi daripada global secara rata-rata yang 68,1 persen.Â
Presiden Joko Widodo atau Jokowi, mengatakan bahwa pemerintah terus bekerja keras dalam rangka pengendalian Covid-19 terus berupaya meningkatkan angka kesembuhan. "Dalam rangka pengendalian Covid, pemerintah terus harus bekerja keras untuk meningkatkan kesembuhan, ini penting sekal," kata Jokowi pada Rapat Terbatas laporan Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional," Senin (14/9).
Praktisi dan peneliti pandemi Griffith University, Australia Dicky Budiman, Ahli epidemiologi Universitas Indonesia (UI), Pandu Riono dan Pengajar di Departemen Biostatistik, Epidemiologi, Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta Riris Andono Ahmad dan banyak pakar kesehatan sepakat bahwa salah bila mengatakan angka kesembuhan dijadikan parameter keberhasilan penanganan wabah dan dijadikan parameter bahwa keadaan Indonesia semakin membaik.Â
WHO juga tidak menempatkan faktor recovery (kesembuhan pasien) sebagai indikator keberhasilan karena memang sebagian besar ini akan sembuh dengan sendirinya. Masyarakat harus paham bahwa sebagian besar pasien covid19 sembuh sendiri bukan karena keberhasilan penanganan pemerintah, bukan karena minum jamu, bukan karena pemberian antibiotika dan bukan karena alat alat terapi kesehatan yang tidak rasional. Covid19 80% akan sembuh sendiri tanpa gejala dan dampak berbahaya.
Pemerintah atau pejabat seharusnya jujur mengatakan bahwa keberhasilan penanganan pandemi bukan mengumumkan angka kesembuhan tetapi mengumumkan angka kematian, Case fatality Rate, menurunkan reproduction number , meningkatkan pemeriksaan tes Covid19 dan memaksimalkan penjejakan riwayat kontak (tracing).Â
Dampak Narasi Salah
Ketika para pejabat terus menginformasikan keadaan Indonesia semakin membaik dengan mengumumkan angka kesembuhan justru data dan fakta banyak menunjukkan perburukan.Â
Ketika Indonesia dianggap membaik justru Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menyatakan, selama tiga pekan terakhir terjadi peningkatan jumlah daerah zona merah (risiko tinggi) dan zona oranye (risiko sedang). Ketika Indonesia disebur berhasil, justru banyak negara sudah bisa lewati gelombang pertama wabah tetapi Indonesia 6 bulan masih berkutat dalam gelombang pertama yang terus menanjak. `
Ketika narasi angka penyembuhan meningkat maka masyarakat mengangap indonesia semakin membaik. Tetapi justru saat ini Pakar epidemiologi menyebut peningkatan angka kematian menunjukkan kecepatan penyebaran virus sudah tak terbendung. Dampak buruk yang terjadi maka rakyat semakin mengabaikan dan tidak percaya kalau Covid19 masih berbahaya.Â