Mohon tunggu...
Widodo Judarwanto
Widodo Judarwanto Mohon Tunggu... Dokter - Penulis Kesehatan

Dr Widodo Judarwanto, pediatrician. Telemedicine 085-77777-2765. Focus Of Interest : Asma, Alergi, Anak Mudah Sakit, Kesulitan Makan, Gangguan Makan, Gangguan Berat Badan, Gangguan Belajar, Gangguan Bicara, Gangguan Konsentrasi, Gangguan Emosi, Hiperaktif, Autisme, ADHD dan gangguan perilaku lainnya yang berkaitan dengan alergi makanan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Bom Teroris, Perang Psikologis pun Mulai Dikibarkan

16 Mei 2018   08:05 Diperbarui: 16 Mei 2018   08:54 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bom Teroris, Perang Psikologispun Mulai Dikibarkan

Orang pintarpun sudah ingatkan terorisme adalah peperangan psikologis. "teroris mencoba memanipulasi kita dan mengubah perilaku kita dengan menciptakan ketakutan, ketidakpastian, kecurigaan dan perpecahan dalam masyarakat" ketika bom mengguncangkan, pertempuran psikologispun mulai dikibarkan memanipulasi otak, aparat dicekam ketidakpastian. Ketidakpastian akibatkan buruknya profesionalitas semua santri bersarung, dikira pembawa bom teror semua muslimah bercadar, dicurigai pelaku teror. Benarkah kita tidak takut?

Ketakutan jangan dijadikan alasan untuk menutupi ketidakprofesionalan kerja padahal sebelumnya ketidakadilan hukum dan keburukan profesionalitas sering dipertontonkan ketika bom menggetarkan, peperangan uratsarafpun mulai disebarkan melemahkan pikiran, umat dirundung ketakutan ketakutan munculkan kecurigaan dan paranoidsme semua pengajian, dicurigai ajaran sesat
semua kuliah subuh, dikira pencucian otak. Benarkah kita tidak takut?

Ketakutan jangan dijadikan alasan untuk menjauhi ajaran agama padahal sebelumnya mendengar kalam ALLAH saja sebuah kemalasan ketika bom menggelegar, pertarungan psikologispun mulai digelar mencemari perilaku, masyarakat larut dalam kebencian kebencian lahirkan fitnah dan umbaran ujar kebencian ulama sufi, difitnah pembawa pesan radikal ustadz putih, dicibir penyebar ajaran kekerasan. Benarkah kita tidak takut?

Ketakutan jangan dijadikan alasan untuk menenggelamkan kebangkitan umat padahal sebelumnya kebencian adalah suara sehari hari dalam akun media sosialnya semua berteriak keras kita tidak takut semua berteriak terorisme musuh semua agama tapi otak telah dicemari ketakutan luar biasa tapi rasio umat sudah dikotori kecurigaan besar besaran ketakutan sedang mengggunakan kesempatan untuk menenggelamkan AGAMA.

Definisi teroris telah dikaburkan definisi radikal telah disamarkan semua ajaran AGAMA yang dimuliakan, divonis radikalisme beberapa pakaian AGAMA yang dimuliakan, dianggap baju teroris banyak ulama AGAMA yang dimuliakan, difitnah pencipta bibit terorisme ketika saling menyalahkan, saling memaki dan saling menyindir sejatinya bom teroris sudah menang selangkah dalam perang psikologis jangan ketakutan, jadikan alasan mengumbar kebencianmu jangan kepanikan, jadikan alat untuk menenggelamkan musuhmu jangan ketidakpastian, jadikan komoditas menjegal lawan politikmu bangkit, dari kekalahan psikologis lawan teroris, dengan kesatuan, ketulusan, kejujuran dan keberanian

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun