Kasus kerusuhan di Penjara Mako Brimob tampaknya akan menjadi setitik sejarah kelam dibalik prestasi kehebatan Polri dalam memberantas Teroris. Justru napi yang divonis tindakan teroris itu melakukan penyanderaan anggota Polisi Pasukan Khusus Polri, yang berujung terbunuhnya 5 anggotanya. Menjadi ironis saat Kapolri membeberkan prestasinya dalam pemberantasan teroris di dunia Internasional. Â
Tetapi justru saat yang sama di markas pasukan andalannya telah kebobolan napi teroris bisa menyandera dan membunuhi anggotanya. Bila dicermati seperti awal disampaikan Polisi kerusuhan itu tampaknya bukan kasus teror tetapi sekedar ketidak puasan napi karena masalah makanan. Karena, bila itu aksi teroris maka pelaku tidak ada kata menyerah.
Bila aksi teror pasti polisi akan menghabisi pelaku seperti tindakan terorisme lainnya. Tetapi saat ini justru isu yang berkembang liar justru ditebarkannya ketakutan terhadap kasus teroris dan kekejaman teroris. Â Sebenarnya mungkin isu pentingnya adalah keterbatasan sarana Lapas atau kegagalan membuat SOP pengamanan yang tepat dan dilakukan dengan disiplin baik.
Isu yang berkembang justru fokusnya berubah menjadi isu kekejaman teroris, keberadaan Ahok dan keterlibatan ISIS. Justru isu itu mungkin lebih menakutkan daripada kerusuhan karena ketidakpuasan para napi itu sendiri. Â Masyarakat harus tahu apakah terdapat penyebab yang lain sehingga para napi bertindak di luar batas ?
Penjara di mako brimob mungkin adalah penjara yang paling aman dan paling ketat di Indonesia. Karena, berada di dalam markas pasukan khusus kepolisian Indonesia. Korps Brigade Mobil atau sering disingkat Brimob adalah kesatuan operasi khusus yang bersifat paramiliter paling dibanggakan milik Kepolisian Negara Republik Indonesia. Â Bahkan Korps Brimob juga dikenal sebagai salah satu unit tertua yang ada di dalam organisasi Polri.Â
Ketika Markas Besarnya dapat dibuat jungkir balik oleh beberapa napi. Tetapi masih saja bisa kebobolan oleh tindakan penyanderaan petugas. Lebih tragis, juga diungkapkannya napi teroris yang berhasil merakit bom di dalam sel penjara. Â Bayangkan bagaimana bila penjara di Mako Brimob yang super ketat masih bisa kecolongan apalagi di penjara lainnya. Maka, masyarakat tidak heran dalam penjara lainnya ternyata napi bisa mengendalikan bisnis narkoba atau bahkan membuat narkoba dalam penjara.
Hal ini ditunjukkan pernyataan presiden, koferensi pers Menko Polkam dan Wakapolri tentang kasus itu tampaknya masih belum menjawab misteri yang ada. Akhirnya, berbagai spekulasi berkembang liar tentang penyebab kehebohan itu baik oleh pemerintah dan masyarakat. Pemerintah melalui Menko Polkam dan Wakapolri menyebutkan teror sudah direncanakan, kekejaman, keganasan dan kesadisan pelaku.Â
Sedangkan masyarakat justru lebih tertarik dengan isu keberadaan Ahok atau pengalihan isu kebangkitan #2019gantipresiden. Sedangkan masyarakat kelompok lain seperti biasa selalu melemparkan isu radikalisme, anti NKRI dan anti Pancasila.
Tudingan faktor penyebab adalah tindakan teror, teror yang direncanakan, keterlibatan ISIS, radikalisme atau anti NKRI mungkin bisa terbantahkan. Tetapi memang tampaknya terjadi banyak kejanggalan dalam kasus ini.Â
Terorisme adalah serangan-serangan terkoordinasi yang bertujuan membangkitkan perasaan teror terhadap sekelompok masyarakat. Berbeda dengan perang, aksi terorisme tidak tunduk pada tatacara peperangan seperti waktu pelaksanaan yang selalu tiba-tiba dan target korban jiwa yang acak serta seringkali merupakan warga sipil.