Mohon tunggu...
Widodo Judarwanto
Widodo Judarwanto Mohon Tunggu... Dokter - Penulis Kesehatan

Dr Widodo Judarwanto, pediatrician. Telemedicine 085-77777-2765. Focus Of Interest : Asma, Alergi, Anak Mudah Sakit, Kesulitan Makan, Gangguan Makan, Gangguan Berat Badan, Gangguan Belajar, Gangguan Bicara, Gangguan Konsentrasi, Gangguan Emosi, Hiperaktif, Autisme, ADHD dan gangguan perilaku lainnya yang berkaitan dengan alergi makanan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kesaktian Eyang Guru dan Irasionalitas Muridnya

29 Maret 2013   14:09 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:02 2045
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Fenomena heboh Eyang Guru yang sakti menuai sebuah kontroversi bukan hanya dikalangan artis tetapi juga dalam masyarakat luas. Perseteruan tersebut bila dicermati dari berbagai sudut pandang ternyata tampaknya bukan karena sekedar kesaktian Sang Guru. Mungkin saja memang secara metafisika sang Guru mempunyai kelebihan. Tetapi bila dicermati tampaknya peritiwa itu terjadi karena kejeniusan sang Guru memperdayai otak irasionalitas sang murid yang sudah terlanjur terkontaminasi kesaktian Gurunya


Perseteruan antara pengikut Sang Eyang khususnya antara kelompok selebritis yang merasa dirugikan dengan kelompok pengikut lainnya. Bila dicermati sebenarnya ujung perseteruan itu adalah ada kelompok yang merasa dirugikan sedangkan kelompok lain merasa diuntungkan. Ada kelompok yang sudah mulai tersadar dari impian irasionalitas yang selama ini membelenggu. Tetapi masih ada kelompok yang masih terbuai impian materi dan kemuliaan duniawi.


Kelompok yang merasa diperdayai oleh sang Guru secara sangat emosional mencaci maki bekas gurunya yang sebelumnya diagung-agungkan dan sangat dihormati. Hal ini terjadi karena individu kelompok ini sebelumnya ingin meraih kemuliaan dunia karena melihat karisma dan kesaktian Eyang. Keyakinan ini akan menjadi tidak rasional bila dibungkus oleh pengharapan yang berlebihan dan keyakinan bahwa sosok guru spiritual yang dipercayai membawa kemuliaan duniawi bagi dirinya. Pikiran tidak rasional yang diikuti harapan yang besar itu semakin menjalin ikatan yang kuat ketika sosok sang Guru memberikan impian besar. Apalagi secara psikologis sang Guru bisa mempermainkan kelemahan psikologis pengikutnya dengan memberikan kenikmatan dunia dan kemuliaan sesaat. Modus yang terjadi dan motif yang diyakini bahwa dengan memberikan "sedekah" kepada sang guru akan dapat menjadi berkah yang berlipat bagi pengikutnya. Hal ini pernah dikatakan seorang murid pernah memberikan mobil biasa beberapa bulan berikutnya mendapatkan mobil mewah. Motif kepentingan duniawi tersebut mendominasi ikatan psikologis antara Guru dan murid. Kebetulan kasus antara murid dan guru tersebut selalu dengan modus operandi materi berupa mobil. Hal ini tampak dalam setiap pengakuan para muridnya Eyang selalu mengungkapkan sumbangan mobil dan pihak lain menerima mobil. Dari perseteruan di media terungkap bahwa seorang murid memberi mobil kepada sang Guru kemudian mobil itu diberikan kepada.murid lainnya. Hal ini terungkap saat mobil yang diberikan sang Guru kepada seorang pelawak terkenal adalah mobil yang sama dan waktu yang sama yang pernah disedekahkan murid lainnya kepada Eyang. Modus operandi mobil juga terungkap saat seorang Pengacara terkenal mengaku telah memberikan sedekah mobil kepada Sang Guru. Tampaknya pengacara itu secara spontan menyedekahkan mobilnya, takkala sang Guru mengatakan bahwa di tubuh si pengacara itu terlihat aura istana. Bisa saja saat sanjungan aura istana yang diberikan oleh kesaktian sang Eyang, maka sang pengacara tanpa pikir panjang menyedekahkan mobil kepada sang guru. Namun tidak diketahui setelah itu kemana larinya mobil sedekah pengacara itu dipakai sendiri oleh sang guru atau disedekahkan lagi ke murid lainnya. Demikian juga modus sumbangan mobil itu juga mulai terkuak ketika seorang artis cantik lain mendapat hadiah mobil dari Eyang. Tetapi artis yang satu ini lebih berpikir rasional. Di tersadar dan serta merta membayar dengan cara mencicil kepada sang Guru atas pemberian mobil itu. Hal itu dilakukan agar dia tidak menjadi beban hutang moral kepada orang lain. Kepada media artis cantik itu setelah itu tidak sowan lagi pada sang Guru karena ada merasa yang tidak benar setelah mendapat petuah dari neneknya.


Demikian juga saat murid lainnya memberikan sumbangan uang kepada sang Guru kemudian sebagian diberikan kepada murid lainnya. Hal itu terungkap ketika seorang murid utama yang juga selebritis memberikan sedekah uang jutaan kepada sang Guru dengan waktu yang sama uang itu diberikan kepada seorang selebritis lainnya. Secara spontan selebritis lainnyapun juga mengungkapkan bahwa dia mendapatkan mobil dan sering mendapat uang banyak dari sang Guru. Dengan enteng si selebritis itu mengatakan bahwa "Dikasih duit, gila apa nggak saya terima". Pemberian uang, mobil, perhiasan atau mobil adalah bentuk jeratan hutang budi yang tidak dapat dilepaskan seumur hidupnya. Tanpa disadari saat pemberian materi itu saat dimulainya kontrak batin antara murid dan guru mulai ditanda tangani. Setelah itu maka jiwa sang Murid mulai dapat dikendalikan. Setelah keterikatan batin murid dan guru berjalan maka sang murid harus siap harta atau nyawa untuk dikorbankan kepada sang Guru.


Begitu juga saat impian manis sudah berbuah dan dapat dinikmati meski belum tentu karena kehenatan sang Guru. Maka mulai saat itulah keterikatan emosional yang tidak rasional akan semakin kuat terjadi antara Guru dan muridnya. Apapun sabda sang Guru salah dan benarnya dengan pengorbanan harta dan nyawa akan selalu dikabulkan demi memperoleh kenikmatan duniawi. Bukan hanya harta atau nyawa bahkan isteripun kadang ikut tergadaikan. Pada awalnya si murid tidak tersadar telah dininabobokkan kenikmatan materi awal yang diperolehnya. Setelah itu secara tidak sadar dengan pengorbanan yang sangat besar terus mengharapkan kenikmatan ganda dari yang telah dikorbankan. Pada suatu titik tertentu si murid akan tersadar setelah hartanya, keluarganya atau kepercayaannya kepada agama telah habis tergadaikan saat tidak memperoleh keinginan materi dan kemuliaan yang diharapkan. Saat seluruh harta, keyakinan dan keluarganya habis dikorbankan tetapi tidak mendapatkan imbalan seperti yang dinginkan atau yang pernah yang didapatkan pada awalnya maka rasa hormat dan kepercayaan kepada sang Guru akan berbalik menjadi sakit hati dan dendam luarbiasa yang tidak dapat terobati. Hal ini terlihat saat mengungkapkan keburukan sang Guru para bekas muridnya itu mengungkapkan dengan rasa emosional dan dendam yang luar biasa hebatnya. Inilah titik balik fenomena kehidupan yang wajar. Saat kepercayaan diberikan kepada seseorang tanpa rasionalitas dengan harapan berlebihan maka suatu saat akan berubah menjadi dendam kesumat yang luar biasa hebat.


Kejeniusan sang Guru sebenarnya lebih hebat dari kesaktiannya. Dengan pendekatan psikologis yang sangat canggih disertai strategi marketing yang luar biasa maka membuat sang Guru akan meroket aura kesaktiannya. Bayangkan tenaga marketing yang digunakan adalah para selebritis. Bebarapa murid uatama yang juga selebritis diberi tugas oleh sang Guru untuk menarik selebritis lainnya untuk menjadi pengikut. Multi level marketing ala artis itulah yang membuat "kesaktian" Sang Eyang lebih terkenal. Selebritis adalah jaminan bagi pemasaran industri apapun di dunia. Termasuk industri jasa para normal, maka bila para artis menjadi tenaga marketing atau sebagai konsumen maka bisnis tersebut akan menjadi luar biasa hebat. Maka tidaklah heran bila sang GUru secara cepat dari seorang pengrajin baisa menjadi milyuner. Bila sudah diawali artis maka para pejabat, pengusaha ataupun para penggila jabatan atau pemuja kemewahan dan ketenaran maka akan berduyun-duyun mendatangi jasa metafisika itu. Bahkan bekas murid sang Guru pernah memberi pengakuan bahwa salah seorang Calon Gubernur Ibukota pernah menjadi salah satu konsumennya. Inilah bukti bahwa kejeniusan sang Guru melebihi kesaktiannya. Dengan memanfaatkan pertemanan dan persaudaraan dengan para artis dijadikan komoditas untuk menaikkan pamor "kesaktiannya" di masyarakat. Strategi dan modus operandi dengan melakukan iming-iming materi dengan komoditas materi atau mobil mampu membuat ikatan psikologis kuat antara murid dan Guru yang terikat kuat.


Guru Spiritual


Sebenarnya guru spiritual itu tak ubahnya seperti guru mengaji bagi para santri atau guru agama bagi murid sekolah. Guru spiritual adalah gelar guru moral bagi selebritis atau orang terkenal. Para selebritis karena kesibukkannya maka memakai jalan ekslusif dengan menasbihkan seorang guru spiritual untuk mengajarkan tentang moral dan ajaran kehidupan. Guru spiritual bisa terdiri dari berbagai jenis, bisa dari golongan agama terntu atau dari aliran kepercayaan.


Peristiwa itu seharusnya lebih membuka mata manusia bahwa bimbingan kebutuhan rohani yang melalui mediasi tokoh tertentu akan menjadi hal yang negatif bila diniati tujuan kemuliaan kehidupan duniawi saja tanpa diniati kehidupan akhirat. Hubungan guru spiritual dan murid akan menjadi hal buruk bila dilatarbelakangi oleh niatan bahwa sang Guru akan dapat memberi kenimatan materi, ketenaran, jabatan dan

Kegemerlapan duniawi lainnya. Kepercayaan kepada guru spiritual akan lebih berbahaya bila dilandasi dengan akidah yang menyimpang dari ajaran agama seperti klenik, perdukunan ataupun hal gaib lainnya.


Seharusnya bimbingan guru spiritual tersebut akan menjadi tenaga yang super dahsyat, takkala bertujuan meraih kemuliaan dunia dan akhirat secara bersama sesuai dengan ajaran agama bukan sekedar kemewahan duniawi. Akan lebih bermanfaat bila diberikan oleh ahli agama. Di kasus lain tidak bisa dipungkiri latar belakang agama tertentu kadang disalahgunakan oleh sang Guru Spiritual demi kepentingan jabatan, ketenaran atau materi duniawi sang murid.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun