Mohon tunggu...
Widodo Judarwanto
Widodo Judarwanto Mohon Tunggu... Dokter - Penulis Kesehatan

Dr Widodo Judarwanto, pediatrician. Telemedicine 085-77777-2765. Focus Of Interest : Asma, Alergi, Anak Mudah Sakit, Kesulitan Makan, Gangguan Makan, Gangguan Berat Badan, Gangguan Belajar, Gangguan Bicara, Gangguan Konsentrasi, Gangguan Emosi, Hiperaktif, Autisme, ADHD dan gangguan perilaku lainnya yang berkaitan dengan alergi makanan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Teror Terhadap Polisi Lagi: Provost Ditembak Mati di Depan KPK

10 September 2013   23:46 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:04 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13788362211109962772

[caption id="attachment_287245" align="aligncenter" width="500" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption] Belum sempat kasus teror terhadap polisi dengan beberapa penembakan anggotanya terpecahkan. Kembali polisi mendapat teror maut. Seorang anggota provost Polri bernama Sukardi, Selasa (10/9/2013) 22.30 malam, ditembak orang tak dikenal. Polisi itu ditembak setidaknya tiga kali kali dengan berseragam institusinya mengendarai sepeda motor melintas Jl H.R. Rasuna Said, tepat di depan Gedung KPK, Jakarta. Pihak kepolisian dengan cepat segera menutup jalur lambat Jl H.R. Rasuna Said. Warga juga memenuhi tempat kejadian peristiwa ingin mengetahui peritiwa yang terjadi. Polisi sedang memeriksa 11 saksi yang melihat teror maut itu di sekitar tempat kejadian. Sampai saat ini belum jelas motif pembunuhan polisi tersebut. Petugas polisi yang berkendara sepeda motor tersebut ditembak mati dengan tiga kali tembakan oleh pengendara sepeda motor lainnya. Korban meninggal seketika di tempat. Dilaporkan luka tembak mengenai tempat mematikan di sekitar dada dan perut. Petugas polisi yang sedang berkendaraan motor Honda Supra tersebut didekati 2 sepeda motor yang dengan cepat begitu mendekat korban langsung menghabisi nyawa sang Provost. Sebelumnya dua pengendara sepeda motor sempat menyalip sebuah truk pengangkut pasir dan langsung mendekat sepeda motor korban. Sempat terdengar tembakan sebanyak 3 kali yang langsung menghabisi nyawa korban. Polisi sempat menemuklan 3 selongsong peluru di sekitarnya. Melihat kejadian peristiwa tersebut tampaknya pelaku adalah seorang yang terlatih karena dalam kendaraan yang sedang melaju dapat melakukan tembakan mematikan hanya dengan 3 kali tembakan ditempat yang mematikan di leher, dada dan perut secara tepat sasaran. Belum jelas diketahui apakah petugas provost tersebut sedang mengawal iring-iringan pengangkut pasir. Ataukah petugas polisi itu menghentikan iring-iringan truk itu. Polisi juga belum bisa memastikan apakah kejadian ini berkaitan dengan tindakan teroro polisi sebelumnya mengingat modus yang dilakukan hampir sama. Polisi sedang mendalami kasus penembakan polisi tersebut dan berupaya untuk memeriksa CCTV yang ada di depan KPK apakah dapat memonitor kejadian dalam peristiwa tersebut. Sampai sekarang masih belum diketahui pasti motif penembakan tersebut. Pola Teror Berubah Meski belum dipastikan siapa pelakunya, tetapi banyak spekulasi mulai dibicarakan banyak pihak. Tampaknya teroris atau pelaku teror saat ini tampaknya merubah misi dan strateginya dalam melakukan gerakan di bawah tanahnya. Awal sasaran para pelaku teror tersebut adalah orang asing dan berbagai kepentingan asing khususnya Amerika Serikat tetapi secara ektrim saat ini sasarannya adalah polisi. Bila disimak tampaknya pengalihan sasaran tersebut karena tindakan balas dendam karena polisi dalam hal ini Tim Densus 88 yang telah aktif dan tegas mematikan dan menghabisi para teroris sampai ke akar-akarnya. Hal ini ternyata mengusik para pelaku teror dan melakukan balas dendam terhadap tindakan polisi tersebut. Saat ini kelompok Abu Roban masih dicurigai sebagai kelompok pelaku teror terhadap polisi. Selama ini gerakan mereka tertutup, dan dilakukan di daerah pinggiran Jakarta. Tetapi bisa saja pelaku teror adalah kelompok lain yang ingin meniru kelompok Abu roban dalam melakukan aksinya. Tetapi bila pelakunya adalah kelompok yang sama maka polisi harus mengibarkan bendera perang, karena para teroiris dengan beraninya sudah mulai berani mengusik di pusat ibukota Jakarta. Polisi tampaknya juga harus mencari informasi lebih jauh, apakah pelaku berkaitan dengan narapidana teroris yang kabur dari Tanjung Gusta..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun