Mohon tunggu...
Widodo Judarwanto
Widodo Judarwanto Mohon Tunggu... Dokter - Penulis Kesehatan

Dr Widodo Judarwanto, pediatrician. Telemedicine 085-77777-2765. Focus Of Interest : Asma, Alergi, Anak Mudah Sakit, Kesulitan Makan, Gangguan Makan, Gangguan Berat Badan, Gangguan Belajar, Gangguan Bicara, Gangguan Konsentrasi, Gangguan Emosi, Hiperaktif, Autisme, ADHD dan gangguan perilaku lainnya yang berkaitan dengan alergi makanan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Lebaran Muhammadiah Lebih Afdol Dibanding NU dan Pemerintah?

31 Agustus 2011   11:54 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:20 6032
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tampaknya cerita dalam pertemuan keluarga itu menggambarkan kondisi masyarakat Indonesia. Seorang keluarga dengan bangganya mengatakan pilihannya lebih benar berlebaran Selasa. Maklum keluarga tersebut orang tuanya adalah pengurus Muhammadiah. Sedangkan sepupu keluarga lain, tidak mau kalah bahwa mengikuti penetapan pemerintah pasti benar karena diikuti banyak orang dan didasarkan teknologi canggih. Sedangkan ada keluarga lain yang mengakhiri puasanya hanya gara-gara menonton acara Breaking News sebuah stasiun televisi yang menyiarkan bahwa di Arab Saudi sudah mulai salat idul fitri saat dirinya sedang sahur.  Keponakanku yang selalu apatis dengan pemerintah bahkan dengan gemas menyalahkan pemerintah, kenapa penetapannya selalu terlambat. Dia dengan emosi menuding pemerintah harus menanggung dosa jutaan umat. Bila penentuannya salah karena diharamkan puasa saat lebaran. Tetapi sebenarnya hanya sebagian kecil saja yang bersikap seperti itu. Pada umumnya saudara yang hadir saat itu bertoleransi dan saling menghormati terhadap perbedaan ini. Bahkan saat itu ada beberapa keluarga meski masih tetap berpuasa memberi ucapan selamat kepada keluarga kami yang sudah lebih dulu berlebaran. Itulah riak kecil yang tidak dapat dihindari, di antara kesucian idul fitri dalam keluarga kami. Tetapi tampaknya keadaan itu juga mencerminkan keluarga besar bangsa ini dalam menentukan saat lebaran. Bahkan seorang pakar sekaliber Prof. Thomas mengatakan metode yang digunakan Muhammadiyah adalah metode hisab yag kriterianya harus diperbaiki lagi sesuai perkembangan astronomi modern.  Sebaliknya Prof. Dien Syamsuddin ketua PP Muhammadiah setelah shalat Id mengatakan bahwa Pemerintah seharusnya netral, tidak memihak kepada kelompok lain.

Sebaiknya tidak perlu melakukan dikotomi manakah hari lebaran yang paling afdol. Berlebaran berbeda hari tidak perlu ada orang atau kelompok yang merasa paling benar. Tidak ada satu alat canggihpun yang dapat menengahi perbedaan keyakinan tersebut. Tampaknya sampai kapanpun berlebaran beda waktu akan tetap menjadi riak kecil di tengah kesucian idul fitri dalam tradisi budaya Indonesia. Umat muslim Indonesia yang terdiri dari berbeda kebinekaan tetapi juga berbeda dalam berbagai aliran Islam dan budaya tradisi Indonesia akan selalu menampilkan ciri khas yang berbeda dengan berbagai negara di dunia lainnya. Di negara Arab Saudi, Malaysia, Brunei mungkin saja dapat berlebaran bersama-sama. Tetapi mengapa di Indonesia tidak bisa kompak. Masyarakat Indonesia lebih beragam kemajemukannya, terdiri dari berbagai suku, budaya dan aliran Islam berbeda. Justru kemajemukan pendapat dan aliran inilah pasti akan mencetuskan berbagai perbedaan paham dan pendapat. Justru di sinilah peran pemerintah melakukan upaya untuk mengurangi jurang pemisah perbedaan itu. Memang harus diakui bahwa tidak satupun yang mampu menyatukan perbedaan itu termasuk pemerintah. Jadi pemerintahpun meski menetapkan hari lebaran tanggal 31 Agustus, tetapi tetap menghormati rakyatnya yang berlebaran hari Selasa.

Perbedaan tersebut harus dijadikan introspeksi bagi setiap pihak untuk tidak saling menyalahkan. Introspeksi apakah metode orang lain yang paling benar. Introsepksi dan saling menghormati adalah hikmah terindah dari perbedaan itu. Perbedaan tersebut harus disikapi sebagai kekuatan yang justru malah dapat menyatukan ukuwah Islamiyah kaum muslim di bumi nusantara ini. Hal itu ternyata juga terjadi dalam keluarga besar kami. Meski berbeda sebagian besar akhirnya saling menghormati dan tidak ada yang merasa paling benar.

Perilaku barisan Ansor NU yang tidak berlebaran yang sama tetapi ikut menjaga keamanan salat idul fitri kaum muhammadiah adalah teladan yang bijaksana. Perilaku umat muslim yang masih puasa tetapi bersilaturahmi memberi ucapan lebaran kepada umat musim lainnya yang berlebaran lebih dulu adalah sikap baik yang harus diteladani. Perbedaan ini adalah justru suatu rahmat yang malahan dapat mermpererat kerukunan umat muslim di tengah adanya berbagai perbedaan yang ada. Jadi sebaiknya jangan lagi mempermasalahkan lebaran lebih dulu karena opor ayam. Ibuku dengan santun dan sabar mengatakan :”Berlebaran hari ini dan esok adalah sama saja. Opor ayampun juga sebenarnya tidak akan basi akan disantap esok hari. Tetapi anggaplah hal ini cobaan bagi kerukunan keluarga besar kita”. Sayapun terkesima dengan pemikiran ibu yang sederhana tetapi penuh makna.  Bangsa inipun selama ini selalu mendapatkan cobaan dalam berbangsa dan beragama. Semoga peristiwa perbedaan di lebaran ini dapat dijadikan contoh bagi politikus, penganut berbagai aliran beragama, pengamat politik, media masa dan berbagai kelompok bangsa ini. Bahwa meski berbeda pendapat tetapi bila dilakukan dengan santun dan saling menghormati maka akan damailah negeri ini. Sebaiknya tidak pernah ada kata kapan berlebaran yang paling afdol. Setiap waktu lebaran yang diyakini setiap umat di hari yang fitri ini adalah waktu yang afdol untuk hidup baru yang lebih fitri. Lebaran akan tampak semakin indah bila perbedaan pendapat itu dapat dilakukan dengan saling menghormati bukan saling mencaci. Selamat lebaran saudara muslimku di segala penjuru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun