Mendengar celoteh tukang nasi goreng kaki lima yang harus menggunakan Elpiji 12 kg karena beromzet cukup besar tersebut tampaknya membuat kita semua tertegun. Ternyata teladan tersebut di atas menunjukkan bahwa rakyat kecil yang jelas terpengaruh ekonominya tetapi tidak menyalahkan siapapun. Tetapi biasanya para politikus dan kumpulan ibu-ibu arisan para isteri orang kaya yang seharusnya tidak terpengaruh ekonominya justru terpicu untuk mengumpat para penyelenggara negara yang dianggapnya tidak becus.
Dari obrolan tersebut tampaknya masyarakat menengah ke bawah justru akan terkena imbasnya. Tetapi tampaknya perjuangan keras hidupnya telah membuat mereka sudah rentan dan terbiasa dengan cobaan hidup yang berat. Tetapi sebagian dari mereka ada yang bijak dan cerdas sehingga tidak mengeluh dan tetap menyiasati hidup dengan melakukan cara tersendiri. Tetapi sebaliknya para politikus dan masyarakat kaya yang merasa paling pintar dalam menyikapi keniscayaan kenaikkan harga justru cenderung menyalahkan pihak tertentu. Tampaknya kalimat bijak si penjual nasi goreng yang bekas guru SMA tersebut dapat menjadi inpirasi masyarakat bangsa ini di saat harga-harga melambung. “Seseorang yang melihat kebaikkan dalam beberapa hal memiliki pikiran baik. Dan yang memiliki pikiran baik akan mendapatkan kenikmatan hidup”. “Kadang masalah ekonomi adalah sahabat terbaik saya. Masalah itu membuat saya lebih kuat dan membuat saya lebih mendekatkan diri kepada Sang Pencipta yang telah mengatur ini semua”.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H