Ahok seperti politisi lainnya yang cerdik membaca arah angin sudah melakukan taktik yang jitu dan cerdas. Seperti hal Ruhut dan politisi kutu loncat lainnya PDIP adalah seperti barang mewah yang harus diikuti.Bahkan usulan Ahok agar gubernur DKI dipilih oleh presiden apakah sesuatu yang dipikirkannya di masa depan agar Jokowi dapat melanggengkan kursi DKI-1 ? Tidak ada yang pernah tahu. Bahkan beberapa saat setelah Ahok mundur langsung para petinggi PDIP yang erat hubungannya dengan Ahok langsung menawari menjadi anggota PDIP.
Sekjen PDIP Tjahyo Kumolo dengan jujur mengakui bahwa PDI Perjuangan menghargai sikap politik Wakil Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) untuk keluar dari Gerindra. Ahok telah dianggap sebagai keluarga besar partai berlambang banteng itu. “Bagi PDI Perjuangan, bagi Bu Mega, bagi Pak Jokowi, Pak Ahok sudah dianggap bagian warga besar karena selama ini komunikasi Pak Ahok dengan Bu Mega, dan Pak Jokowi mulai awal proses pilkada hingga sekarang,” kata Sekjen PDIP Tjahjo Kumolo di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (10/9/2014) seperti yang dilansir tribunnews.com . Tjahjo mengatakan Ahok sering bertemu dengan Megawati dan Jokowi untuk berbicara mengenai berbagai macam persoalan. “Sering saling ketemu, saling curhat, kalau satu saat nanti kalau memang benar, dan Ahok untuk keluar dari partainya atau mungkin ingin bergabung dengan PDIP, kami selaku sekjen selalu terbuka”. Silaturahmi politik antara Ahok dan PDIP yang diketahui publik adalah ketika Gubernur DKI Jakarta Jokowi bersama Megawati Soekarnoputri makan malam bersama Ketua Umum PDIP di kediaman pribadi Ahok Rabu (25/12/2013) malam.
Justru setahun belakangan ini Ahok lebih sering bersilahturahmi dengan Megawati dan petinggi PDIP lainnya. Sebaliknya Prabowo mengaku Ahok dalam setahun tidak pernah bersilaturahmi dengan dirinya. Hal itu menunjukkan bahwa setahun ini sebenarnya hati politik Ahok ada di PDIP bukan di Gerindra.
Meski Ahok menolak dianggap sebagai politisi kutu loncat tetapi fakta perilaku politik di atas tidak bisa membohongi rakyat. Sebenarnya tidak ada yang salah bila Ahok keluar dari Gerindra dan masuk ke PDIP. Yang salah mungkin Ahok keliru memilih alasan bahwa karena tidak setuju Pilkada keluar dari Gerindra. Bahwa dengan alasan yang dibuat-buat demi prinsip menjunjung demokrasi dan demi rakyat mundur dari Gerindra hanyalah kedok karena beberapa bulan sebelumnya Ahok justru mendukung pemilihan Gubernur oleh presiden. Seharusnya Ahok sebagai sosok politikus yang transparan dan gentlemen mengatakan saya sudah tidak nyaman di Gerindra lebih menjanjikan di PDIP. Hanya saja tampaknya Ahok sulit mencari alasan untuk hengkang dari Gerindra. Alasan karena tidak setuju Pilkada oleh DPRD ternyata hanya sebagai akal-akalan karena inkonsisitensinya.
Melihat perilaku politik Ahok dalam setahun terakhir ini tidak bisa dipungkiri bahwa cepat atau lambat pasti Ahok akan merapat ke PDIP. Tidak bisa dibantah lagi dan harus diyakini Ahok paska hengkang dari Gerindra dipastikan akan masuk ke pelukan Megawati atau PDIP. Hanya saja Ahok kesulitan dalam mencari alasan untuk hengkang dari Gerindra. Tidak ada yang salah ketika Ahok keluar dari Gerindra tetapi sayangnya Ahok melakukan blunder salah dalam memilih alasan keluar dari PDIP. Semoga Ahok menjadi pejabat publik yang lebih hebat di bawah bendera PDIP tetapi mudah-budahan ke depan Ahok lebih santun dalam berpolitik. Maju terus Ahok !!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI