Tak ada kata yang lebih tepat untuk menggambarkan Australian Open 2017 selain mengejutkan. Bagaimana tidak, banyak prediksi pengamat-pengamat tenis yang terpatahkan bahkan di hari-hari pertama. Mulai dari gugurnya juara bertahan tunggal putra Novak Djokovic di babak kedua, keberhasilan Serena Williams meraih gelar Grand Slam tunggal ke-23 dan memecahkan rekor pemenang Grand Slam tunggal putri terbanyak di Open Era, hingga kesuksesan Roger Federer menjadi juara setelah lima tahun puasa gelar Grand Slam dan absen di paruh terakhir tahun 2016 karena cedera.
Namun, kisah paling inspiratif dan mengguncang dunia bukan muncul dari nama-nama besar tenis seperti yang disebut di atas. Perhatian publik sepanjang turnamen yang digelar di Melbourne tersebut dicuri oleh petenis wanita peringkat 79 dunia asal Kroasia, Mirjana Lucic-Baroni, yang sukses melaju ke semifinal walaupun sama sekali tidak diunggulkan dan berhasil mengalahkan petenis-petenis berperingkat tinggi yang lebih muda seperti Agnieszka Radwanska dan Karolina Pliskova.
Lucic-Baroni bukanlah nama baru di dunia tenis. Pada usia lima belas tahun, ia berhasil menjuarai gelar ganda putri di Australian Open 1998 bersama Martina Hingis. Di nomor tunggal, namanya makin moncer setelah berhasil mencapai semifinal Wimbledon 1999. Walaupun masih belia, ia mampu menaklukkan petenis-petenis unggulan seperti Nathalie Tauziat dan Monica Seles untuk masuk semifinal, sebelum akhirnya kalah dari legenda tenis Steffi Graf. Wajar saja jika setelah Wimbledon di tahun itu banyak orang yang menaruh ekspektasi tinggi kepada Lucic-Baroni dan mengira dirinya akan menjadi salah satu petenis top masa depan.
Tak hanya kekerasan fisik, Lucic-Baroni harus merelakan uang yang dihasilkannya dari bermain tenis diambil alih secara paksa oleh sang ayah dan salah seorang sepupunya, Milan Lucic. Jumlah yang lumayan, mengingat prestasinya di ajang Grand Slam. Tanpa uang yang cukup, Lucic-Baroni kesulitan membiayai kebutuhannya untuk terus bertanding, walaupun ia sudah memutuskan hubungan dengan ayahnya. Hanya beberapa turnamen yang bisa dia ikuti di tahun 2000-an, dan di tahun 2006 ia terpaksa menghentikan karirnya di WTA Tour.
Butuh empat tahun bagi Lucic-Baroni untuk bisa kembali meniti karir profesional di level tertinggi. Di tahun 2010, ia berhasil memasuki main draw beberapa turnamen WTA lewat jalur kualifikasi; bahkan beberapa kali ia lolos ke main draw Grand Slam, walaupun selalu kalah di babak-babak awal. Kehidupan pribadinya pun bisa dibilang mulus, dan ia mengakhiri tahun 2011 dengan manis melalui pernikahannya dengan pengusaha restoran Daniel Baroni.
Di Australian Open 2017, walaupun namanya cukup familiar bagi pengamat dan penggemar tenis—terutama yang sudah mengikuti tenis sejak tahun 1990-an, tak ada yang mengunggulkan Lucic-Baroni untuk bisa meraih hasil spektakuler. Ia baru tiga tahun menikmati peringkat WTA yang lumayan konsisten di Top 100, dan rekornya di Melbourne dapat dibilang kurang bagus. Apalagi tahun ini ia mendapat lawan berat di babak kedua, petenis unggulan ketiga Agnieszka Radwanska. Tak dinyana dan tak disangka, Lucic-Baroni tak mengalami kesulitan berarti melawan Radwanska dan berhasil menang straight sets dengan skor 6 - 3, 6 - 2.
“Saya bahkan tak pernah bermimpi untuk bisa sampai di sini lagi,” ujar Lucic-Baroni sambil berlinangan air mata saat diwawancarai mantan petenis No. 1 ganda putri Rennae Stubbs (yang juga dikalahkan Lucic-Baroni di babak pertama Australian Open 1998) setelah pertandingan perempat finalnya. “Saya tidak akan pernah melupakan momen ini. Segalanya dalam hidup saya kembali terasa baik-baik saja.”
Kita semua tahu akhir cerita Lucic-Baroni di Australian Open tahun ini. Ia terpaksa takluk di tangan Serena Williams di semifinal, dan Serena akhirnya berhasil menjadi juara serta memecahkan rekor jumlah Grand Slam tunggal putri terbanyak. Namun, bagi Lucic-Baroni, semua ini merupakan awal dari cerita yang lebih indah lagi. Awal dari kemapanan dalam berkarir yang seharusnya sudah ia dapatkan hampir dua puluh tahun yang lalu, serta senjata untuk membuktikan kepada dunia bahwa dirinya belum habis, dan masalah-masalah pribadi yang pernah melanda hanya menambah kekuatannya sebagai seorang atlet profesional.
“Saya ingin dikenal sebagai pejuang sejati yang gigih melawan apapun. Dan kualitas itulah yang paling saya banggakan dari diri saya,” kata Lucic-Baroni, seperti dikutip dari wawancara konferensi persnya setelah mengalahkan Pliskova. Dan begitulah, dunia berhasil mengenal dirinya sebagai pejuang sejati yang pantang menyerah di balik masa lalunya yang kelam. Tahun 2017 di dunia tenis diawali dengan kejutan menyenangkan, dan Lucic-Baroni akan memastikan raketnya masih akan terus mengukir cerita-cerita indah tahun ini dengan kebahagiaan dan semangatnya yang baru.