Mohon tunggu...
Sandi Aprilian
Sandi Aprilian Mohon Tunggu... Wiraswasta - wirausaha

Astrophile

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Belajar Bijak dari Pelanggan Etnis Tionghoa

26 Januari 2023   20:01 Diperbarui: 18 Februari 2023   12:31 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar (Shutterstock.com)

Beberapa hari yang lalu di malam hari, saya membeli Nasi Goreng yang letaknya tak jauh dari rumah saya. Tadinya, saya berniat untuk membeli sate. Karena melihat ada pedagang kaki lima baru berdagang Mie dan Nasi Goreng, saya putuskan untuk membeli Nasi Goreng saja. Penasaran dengan rasanya, karena setiap saya lewat pelanggannya cukup ramai. Kemudian saya memesan satu porsi Nasi Goreng dibungkus tanpa sayuran dengan level sambal pedas. Harganya pun terjangkau, hanya Rp 15.000.

Sesampainya di rumah saya langsung memakan Nasi Goreng tersebut. Ternyata, rasanya jauh dari perkiraan. Nasinya keras, sambalnya tidak pedas, rasanya pun hambar. Kecewa dengan hidangannya, saya berniat untuk melampiaskan di media sosial. Namun, setelah berpikir beberapa saat saya urungkan niat tersebut.

Saya merenung lagi kebelakang. Ketika saya menjalani usaha kuliner, salah satu pelanggan dari etnik tionghoa selalu membantu mempromosikan dagangan ke Instagramnya lewat fitur story. Setiap kali dia memesan, pasti setelahnya dia memposting lalu menyanjung kualitas makanan buatan saya.

Pada suatu ketika, hidangan saya berbeda dari biasanya. Pelanggan asal tionghoa tersebut dengan lembut menyampaikan keluhannya melalui whatsapp. Tetapi, dia tetap memposting dagangan dengan pujian. Kemudian dari kejadian itu saya belajar untuk memperbaiki kesalahan dalam penyajian hidangan. Pelanggan tionghoa tersebut memahami kesalahan yang tidak disengaja, karena dia juga menjalankan usaha namun di bidang lain.  

Pengalaman itulah yang membuat saya membatalkan untuk mengkritik dagangan Nasi Goreng.  

Di malam berikutnya saya kembali mendatangi pedagang kaki lima tersebut lalu memesan Nasi Goreng tapi kali ini saya makan di tempat. Saya sedikit berbincang dengan bapak penjual Nasi Goreng tersebut.

Dalam obrolannya saya bertanya mengenai pengalaman si bapak dalam berjualan. Sebelum menjawab pertanyaannya si bapak bercerita kalau dulu dia bekerja di perusahaan swasta dan akibat covid19 dirinya di PHK. Setelah terkena PHK dia menjadi seorang driver Ojek Online selama satu tahun. Kemudian dengan modal tabungan saat bekerja dia membuka usaha Mie dan Nasi Goreng ini bersama istri. Berbekal pengetahuan di youtube. 

Lalu, saya menyampaikan keluhan hidangan yang sebelumnya. Si bapak juga menyadari jika saat itu dirinya masih belum terbiasa dengan takaran racikannya. Nasi Goreng pun telah siap, kemudian saat mencicipinya. Rasa, kualitas nasi dan sambalnya lebih terasa. Si bapak berniat memberikan Nasi Goreng itu secara gratis sebagai bentuk ganti rugi tapi saya menolaknya.

Lega setelahnya, saat itu saya melakukan hal yang tepat untuk tidak memposting keluhan mengenai hidangannya. Banyak sekali pengalaman yang saya dapatkan ketika menjalani usaha, salah satunya berpikir sebelum bertindak.

Mari kita dukung teman atau keluarga terdekat kita yang sedang menjalankan bisnis UMKM dengan ikut mempromosikan dagangan mereka. Saran dan kritiknya disampaikan secara pribadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun