Mohon tunggu...
Sandi Saputra
Sandi Saputra Mohon Tunggu... Konsultan - Tenang saja, aku hanya belajar.

Mahasiswa S2 yang sedang menjalani mimpinya di Kutub Utara

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Tuntutan kepada DPR

24 September 2019   14:55 Diperbarui: 24 September 2019   15:37 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada beberapa temen gue liat nyinyir soal gerakan mahasiswa saat ini. Teman-teman yang baik sekalian, mahasiswa adalah motor penggerak demokrasi. Dan di negara yang demokratis ini demonstrasi adalah hak dan diatur oleh UU. Ini adalah gerakan untuk kepentingan rakyat!

Gue pertama kali demo saat kelas 3 SMK! Lalu ketika ngampus, berdemo berkali kali dari Di depan Kampus, ke Kampus lain melalui aksi gabungan hingga ke Kantor KPK. Dari negoisasi, bakar ban sampai ada blokade jalan! Kericuan sulit dihindarkan, gue sangat memahami kondisi kawan-kawan di lapangan. Kami pernah di tangkap, dikejar, di tembak pakai asap, air comberan dan kampus adalah rumah kami. Tempat di mana polisi di larang masuk setelah kejadian Tri Sakti dan Semanggi!

Wahai kawan-kawan, berjuanglah! Berdemolah! Tapi kita tetap di jalur yang ada, jangan merusak fasilitas umum, lindung warga sebagai tridarma mahasiswa!

DPR yang muliah dan mungkin hari ini menjadi bangsat (lihat Joko Anwar), selangkangan bukanlah urusan Negara! Ini adalah rana privasi. Santet, bagaiamana pengadilan bisa membuktikannya? Urusan wanita mau kerja malam atau pagi, siang itu adalah hak! Model pakaian terbuka, mini dan tetutup itulaha hak! Jika terjadi pelecehan seksual, bukan salah baju or perempuannya tpi dasar Laki-lakinya berotak keji, menjijikan yang hanya berisi Dada dan selangkangan! Adalah pengguguran. Gue secara pribadi Mendukung hak untuk menggugurkan dengan berbagai alasan, Misal karena diperkosa dan membahayakaj sang Ibu! Masa iya mau dipidana?! ketika banyak negara mempromosikan kesetaraan gender ini malah mau mendiskriminasi perempuan.

Di sisi lain malah UU KPK merenggut keperkasaan lembaga sebagai ujung tombok menindas para koruptor! Hanya satu kata. Lawan!

Untuk Pak Jokowi yang nikmat di Istana, bapak saya ini pendukung anda yang sejati, ketika bapak di DKI saya sudah terlibat kampanye, ketika bapak 2014 saya salah seorang di lapangan bergeliya membangun citra bapak dan memperjuangkan nilai-nilai yang kita anut. Pada 2019 ini saya Berdada RIBUAN Kilometer dari Indonesia, saya berada di Ujung Dunia, kutub Utara! Tapi bapak, saya dengan gagah, berselimut salju, hujan dan angin mengantarkan surat pilihan saya ke Pos untuk dikirim ke Moscow dan ke Jakarta.

Tapi bapak Jokowi yang tersayang, kali ini saya kecewa dan sedikit muak, anda kurang keras terhadap masalah revisi UU KPK, apapagi RUKHP saat ini! Kepada bang Budiman, bapak pejuang mahasiswa, kami semua segan terhadap anda juga bang Adian Napitupulu, ingat kalian ketika memberikan kami ceramah soal pergerakan? Abang-abang, ayooo kau bilangin ke pak Jokowi untuk lebih ganas. Ini soal kepentingan masyarakat bang! Bapak Jokowi sudah benar melakukan permintaan penundaan, tapi dia kurang ganas bang!

Tapi, kawan-kawan jangan ada tuntutan terhadap penggulingan pemerintah atau pembubaran DPR, ini sudah menyalahi demokrasi, kita hantam dengan pikiran, logika dan nalar yang baik, tidak dengan kekerasan.

Kawan-kawan mahasiswa, Terus berjuang!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun