Mohon tunggu...
Sandi Saputra
Sandi Saputra Mohon Tunggu... Konsultan - Tenang saja, aku hanya belajar.

Mahasiswa S2 yang sedang menjalani mimpinya di Kutub Utara

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Tuan, Mengapa Mereka Takut Kiri?

21 Juli 2019   16:47 Diperbarui: 21 Juli 2019   16:50 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku duduk di bawah tangga, waktu itu sekitar jam 6 sore. Kami berbincang tentang Surat penebus dosa. Seseorang berteriak, liat binatang-binatang yang membawa Mein Kampf itu. Aku sedikit risih dengan cara dia duduk, seperti kumpulan binatang sebelum Thomas Hobbes menulis Kontrak Sosial, namun toh memang benar Homo homini lupus. Aku terkejut.


Kami sudahi pembicaraan itu. Lalu, Lisa Yount yang mucul di gerbang Jalan Lenteng Agung No. 32, Apa yang terjadi di Dignitas? Kemarin kau bicara public ethics? Aku semakin panas. Aku mencoba melarikan diri dari kengerian, aku takut semua akan bersimbah darah. Kukatakan bahwa, pertanyaanmu tidak lain adalah gerombolan tengkorak congkak John Keown yang sudah usang di makam Nihilisme. Diam kau! Sebelum ku seret ke Purgatorium! Inferno! Caci maki, sumpah serapahnya mirip seperti kumandang 95 ayat Indulgensi Martin Luther. Jangan kau bicara moral! Lihat apa yang terjadi dengan Maria Magdalena?! Aku semakin tidak memahami pembicaraan orang gila itu.

Aku terbaring di kamar Kanal 30. No 16 yang dibangun tahun 2004. Mereka sewenang-wenang! Apa setan-setan itu tidak membaca PMK no 20/PUU-VIII tahun 2010?! Samaun datang, Kami tidak pernah menolak TAP MPRS 15 1966. Kami sepakat! Sambungnya menekankan. Namun, tolong jangan rampas harta dan hak kami, tuan!

Aku pergi ke balkon, ku lihat Angels tersenyum senyum. Dia membawa sepucuk surat dari Marx. Aku buka, isinya tidak lain adalah ketidaksukaannya ke pada Adam Smith, si perut buncit yang sekolah di Skotlandia. Aku hanya meringis, ini adalah diialektika antara si pembuat surat dan Hegel. Namun, aku peringatkan si messenjer untuk menemui Fukuyama, lihat the End of History and the last man, buka halaman 45!

Kuhirup lembaran tinta yang masih tersisa yang dibuat tahun 1532 sebelumnya bernama De Principatibus tahun 1513. Terlintas sedikit ucapan si Rousseau tadi siang, apakah negerimu berselimut Machiavellianisme?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun