Kolaborasi antara dosen-mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surabaya mengembangkan sebuah media pembelajaran berupa pop-up book berbasis audio visual yang dilengkapi textbraille untuk membantu siswa penyandang disabilitas khususnya tunanetra pada tingkat Sekolah Menengah Pertama
Media yang diberi nama Magical Book Geometry Voice Interaction ini sengaja diciptakan untuk membantu penyandang tunanetra dalam belajar matematika di masa pandemi Covid-19. Atung Yunarto, S,Pd. Guru matematika SMPLB-A YPAB Surabaya menjelaskan bahwa sudah sepatutnya siswa tunanetra memiliki media yang bersifat konkrit dan praktis dalam penggunannya. Bapak Atung juga menyebutkan bahwa selama pembelajaran daring, siswa selalu dan orang tua mengeluh kesulitan saat belajar materi-materi konkrit seperti bangun ruang jika hanya dilaksanakan secara virtual.
Media ini merupakan inovasi hasil kolaborasi Dosen-Mahasiswa yaitu Sandha Soemantri, S.Pd., M.Pd., Junaidi Fery Efendy, S.Pd., M.Pd., selaku dosen pendidikan matematika berkolaborasi dengan 4 mahasiswa yaitu Rizka Firdhayanti dan Alfina Damayanti dari prodi pendidikan matematika, Dimas Sholahudin Khais dari prodi teknik perkapalan, serta Eriawan Ady Wicandra dari prodi teknik elektro.
Eriawan Ady Wicandra yang bertanggungjawab dalam penyusunan rangkaian audio menjelaskan bahwa dirinya sangat antusias untuk membantu siswa penyandang tunanetra agar bisa belajar dengan mudah dimana saja. Senada dengan Eriawan, Rizka Firdhayanti yang bertanggungjawab dalam penyusunan textbraille mengaku sangat bahagia bisa berpartisipasi dalam pengembangan pendidikan bagi siswa tunanetra meskipun harus belajar tentang textbraille bersama Alfina mulai dari nol.
Media Magical Book Geometry Voice Interaction ini fokus pada materi dasar bangun ruang sisi datar yaitu kubus, balok, dan limas. Dengan media ini, siswa penyandang tunanetra dapat meraba bangun secara langsung dalam bentuk 3D serta dapat membaca keterangan melalui textbraille yang tersedia. Selain itu, media ini dilengkapi tombol-tombol yang dapat mengeluarkan suara penjelasan materi bangun ruang yang sedang dipelajari.
Salah satu siswa, Febrian yang merupakan penyandang tunanetra jenis low vision mengaku sangat senang akhirnya bisa belajar dengan perabaan benda nyata secara langsung, bahkan dibantu dengan audio yang keluar saat tombol-tombolnya ditekan. Siswa lain, Rico yang menyandang tunanetra sejak kecil juga menunjukkan antusiasnya mengenai bagaimana cara membuat media ini menjadi sangat banyak. Bahkan dia juga bercita-cita kelak bisa menjadi seorang ahli teknologi agar bisa menciptakan alat-alat bantu untuk semua siswa penyandang disabilitas khususnya tunanetra.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H