Dear Mas Tukul di Negeri Bekatul,
Apa kabarnya hari ini, lama kita tanpa komunikasi, aku kangen kamu mas, aku rindu saat-saat dulu ketika kita masih hangat saling bertegur sapa walau hanya melalui perantara maya, namun tiba-tiba semua hilang,.Sampai saat ini aku masih bingung kenapa kita saling diam, apa salah mu dan apa salahku semua samar, aku bener-bener ga ngerti. Sudah kucoba menyapamu terlebih dahulu, tapi kau tetap diam, dingin nya sikapmu itu membuatku mundur, aku ga berani lagi mengganggumu.
Sebenernya aku bingung harus menuliskan apa, mengenai perasaan ini, mengenai hati ini, dan mengenai gelisah ini. Sejak perjumpaan kita 10 Juli lalu, kau membuat hari-hariku terasa berbeda. Pesonamu t’lah mengisi hati yang telah lama kosong melompong, ibarat tanah gersang tersiram air hujan atau ibarat gelas kosong terisi air. Dan sejak saat itu pula aku punya rutinitas baru yang membuat konsentrasi kerjaku tergeser yaitu mengintip ‘gerobak’ mu… tak perduli pagi, siang, sore, malam atau saat sahur, walau terkadang hanya ‘gerobak’ kosong yang aku dapatkan (hmm.. kamu jarang bikin status ya..), tapi setidaknya kondisi masih aman, belum ada orang special di gerobakmu sampai saat ini hehe... ;p
Beberapa kali kau merespon tawaranku untuk berkenalan lebih jauh, walaupun setiap jawabanmu hanya singkat, padat, yang kadang bikin aku geregetan (huft.. kamu males ngetik apa jempolnya cantengan seh… ><” ), tapi terus terang aku merasa damai dengan jawaban-jawabanmu itu, perasaan yang aneh dan baru sekali ini kurasakan.
Namun sekarang semuanya hilang, kau tak lagi menjawab setiap pesan dariku, kau diam seribu kata dan tulisan. Entah apa yang ada dibenakmu aku tak mampu menebaknya, karena maaf aku bukan paranormal atau keturunan dukun. Tapi aku tak bisa menghapus namamu dari relung hatiku, kau masih disana, masih yang teraktual, terekomendasi bahkan ter-HL di ruang hatiku. Hatiku seperti “terkerangkeng” oleh dirimu dan semua tentangmu, hal ini telah sangat membebani hatiku, membuat nafsu makanku hilang karena jempolku tak lepas dari tuts hape, jam tidurku pun berkurang karena setia mengintip ‘gerobak’ mu tiap malam, walau sampai tekantuk, tapi aku tahan … sampai-sampai sekarang aku masuk angin dan pilek karena sering tidur larut, bahkan sekarang aku ingin sekali menangis… bukan menangis karena cuek nya sikapmu terhadapku, tapi menangis karena ga ada yang Kerokin L .
Mas Tukul yang jauh di sana, adakah kau sedikit saja mengingatku, walau sekilas seperti angin berlalu, sapa lah aku sekaliii saja, katakan apa yang ada di benakmu tentangku, atau setidaknya sampaikan selamat sahur atau selamat berbuka puasa atau selamet, Dusmin, dan kardiman juga boleh.
Satu hal yang harus kamu pikirkan saat ini (PR ya...) … bahwa kemarin, hari ini ataupun esok hari selalu ada namamu di pikiran dan hatiku, … belum terganti ...
Salam dariku,
Raden Ayu Srikandi Similikiti Weleh Weleh
.
.
Nomor Peserta : 190 - Sanchai
NB : Untuk membaca hasil karya para peserta Fiksi Surat Cinta yang lain maka dipersilahkan berkunjung ke Cinta Fiksi : Inilah Malam Perhelatan & Hasil Karya Fiksi Surat Cinta [FSC] di Kompasiana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H