Mohon tunggu...
Chai Ting Ting
Chai Ting Ting Mohon Tunggu... -

Apa adanya saya... :D

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[MIRROR] .. The Unborn

21 Desember 2011   02:03 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:58 475
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Entah sejak kapan bayi-bayi itu tidur disampingku, aku bergidik melihat kondisi mereka yang mengenaskan, merangkak mendekatiku, matanya merah dan menangis, darah keluar dari pori-pori tubuhnya bau anyir seketika menyeruak di kamarku, lidahku tercekat, suaraku hilang, nafas pun menjadi sesak ketika mereka memanggilku…

..‘ma..ma..’

kriing…kriing’ alarm jam membangunkan ku dari tidur sekaligus membuyarkan mimpi buruk ku.

2 minggu semenjak kehadiran bayi-bayi itu disetiap mimpiku, hidupku tak pernah tenang, aku merasa mereka selalu datang dan menghantuiku setiap saat.

*****

Sebagai seorang Model dan Peragawati 'papan atas', aku harus selalu menjaga relationship dengan orang-orang disekitar pekerjaanku, tentu saja hal ini untuk eksistensi ku di jagat hiburan. Namun tak jarang untuk melancarkan hal itu, kamar hotel adalah tempat akhir dari kesepakatan kami. Kemolekan tubuh adalah investasi buatku, karena itu hal yang aku hindari dari setiap hubungan yang kujalani adalah Kehamilan.

Malam ini aku ditunjuk menjadi salah satu diantara 60 model yang akan memperagakan gaun malam di sebuah Hotel megah di kawasan Sudirman, acara itu berakhir tepat di jam 21.30. Tak ada yang mengantarku pulang malam ini, sejak kepergian Mike kekasih intimku 2 hari lalu ke Sidney, kini aku harus melewati malam sendirian.

Sebelum melangkah ke parkiran kusempatkan ke toilet sebentar, namun baru saja kubuka pintu, tiba-tiba Bayi yang hadir dimimpiku muncul dengan kondisi tubuh yang terkoyak, aku ketakutan, langsung saja ku berlari ke arah sedan silver ku yang teronggok di parkiran, dan cepat-cepat berlalu.

Namun satu jam setelah berkendara aku baru sadar bahwa tidak ada mobil lain disekitarku, aku merasa ada di alam lain, lalu laju mobilku dihadang dua arwah bayi yang mengenaskan, kuhentikan laju mobilku, kemudian bayi itu naik ke atas Kap mobil dan menangis

mama, kenapa bunuh aku

Lalu entah darimana datangnya tiba-tiba ada bayi yang sudah tergolek lemah di pangkuanku, dengan kondisi tangan dan kepala yang terpisah dari badan. Aku mengerang hebat, hanya bisa menangisi diri sendiri dan tak bisa bergerak, pikiranku kacau, peristiwa masa lalu seprti berputar di kepalaku.

Kemudian Bayi di sebelah kanan yang sebelumnya ada di depan kaca, berjalan menembus kaca, hingga berdiri persis di belakang kemudi.

mama, aku kedinginan…”

Sementara bayi yang di sebelah kiri juga melakukan hal yang sama

“mama, temenin aku, disana banyak cacing, aku takut…”

Tangisan keduanya begitu memilukan dan menusuk ulu hati, tiba-tiba aku iba melihatnya, mereka adalah darah dagingku yang pernah kutolak keberadaan nya, ku pandangimereka bergantian, lalu ku rengkuh satu persatu ke atas pangkuanku bersama bayi itu, tak ada lagi ketakutan dan kengerian akan wujud mereka, yang kurasakan saat ini adalah naluri keibuan yang ingin melindungi buah hatinya.

Tak terbayang betapa menderitanya mereka pada saat harus menghadapi mesin penyedot janin atau pada saat tubuh mereka terkoyak karena pengaruh kuat dari obat penggugur kandungan yang ku telan, betapa jahatnya aku yang telah memaksa mereka untuk mati dengan segala cara hanya demi karir dan nama baik ku semata sebagai public figure.

Kini mereka telah damai dalam peluk ku, ku ciumi mereka satu persatu.

“jangan nangis ya Nak.. mama disini bersama kalian selamanya”

Tuas kemudi sudah tak kusentuh, sedang kaki kananku masih menginjak pedal gas, hingga tak sadar mobilku sudah menerobos pembatas jalan, terjun dan melayang bebas menemui dasar jurang.

*****

------------------------------------------------

Karya : Sanchai _ No. : 188

Untuk membaca karya Mirror yang lain silahkn kesini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun