Mohon tunggu...
Chai Ting Ting
Chai Ting Ting Mohon Tunggu... -

Apa adanya saya... :D

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hadiah Fiksi untuk Prof. Siti Husna

29 November 2011   17:21 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:02 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Selepas menamatkan pendidikan nya di sekolah tingkat atas, Maeroh berencana untuk melanjutkan pendidikan nya di sebuah Universitas di Kota dan ini tentu saja memerlukan biaya yang tidak sedikit, disamping biaya pendaftaran kuliah, Maeroh juga harus menyiapkan tabungan untuk bekalnya di kota nanti, Sedang ia tak mau merepotkan Ibunya dengan biaya-biaya yang tidak terduga nantinya.

Dan untuk kepentingan inilah akhirnya Maeroh memutuskan untuk berdagang Mie di sebuah Sekolah Pendidikan Pertama yang berjarak 200 km dari rumahnya. Walaupun baru pertama kalinya, tapi Maeroh tidak menemukan kendala berarti pada saat berdagang, namun sayang selama ia berdagang, selama itu pula ia sering mengeluh kepada neneknya sekembalinya ia ke rumah.
****
“ih… aku ga ngerti deh Nek, ada orang kayak gitu banget, sudah aku kasih tau begini begitu, masiihh aja dia dagang kayak gitu…” kesal Maeroh seketika sambil membanting tas nya.
Neneknya Nyi Yabi mendengus kesal… “Siapa?… siapa lagi yang mau kamu protes heh… baru juga pulang udah ngeluh, madi dulu, ganti baju trus makan baru protes lagi”
“itu loh nek… tukang Bakso di sebelah lapak aku, udah aku bilangin dengan segala cara Baksonya itu mengandung Borax, sedangkan Borax itu ga baik untuk anak-anak, tapi masih aja dagang pake itu Bakso, kan kasian sama kesehatan anak-anak yang beli nanti terganggu…” Jelas Maeroh panjang lebar.

Nyi Yabi geleng-geleng kepala… “Huh… kemarin tukang Es Doger yang kamu protes pakai pewarna buatan untuk es nya, kemarin nya lagi Ibu kantin yang kamu protes terlalu banyak jual Snack ga sehat, besok mau protes siapa lagi cucuku??…masa perkembangan kamu jualan di sekolah hasilnya Cuma protes-protes dan protes… mbok yo.. sekali kali nenek pengen denger manisnya anak-anak disana, atau gimana guru-guru disana sama kamu, kasih berita yang baik-baik kek ke nenek…” Nyi Yabi rupanya sudah tak bisa menyimpan kesabaran lagi atas unek-unek yang sering diceritakan cucunya

“Habisnya, aku ga terima aja nek dengan ulah pedagang di sekitar lapak aku itu yang jualan makanan ga sehat dan berbahaya buat kesehatan anak, udah aku bilangin mereka malah ngeyel, masa mereka bilang gini.. urus saja lapakmu sendiri!…”

“ya bener itu, mereka bener… ngapain kamu repot-repot ngurusin mereka yang udah pada tua bangka, toh mereka bukan pedagang baru kan disana, mereka pasti tau apa yang mereka jual, kalau kamu mau.. jangan protes sama mereka, adukan saja ke kepala sekolah atau guru yang berwenang mengatur mereka, buang-buang energy aja kamu. Lagian yah… anak-anak itu langkahnya luas, kalau sewaktu-waktu mereka bosan dengan jajanan yang ada disekolah, toh di luar sekolah masih banyak penjual makanan yang lebih bervariasi tapi lebih berbahaya dan lebih tidak sehat lagi, kamu masih bisa menjamin kesehatan mereka?!.. hmm.. atau… nenek curiga nih… kamu merasa Tersaingi yah sama pedagang yang lain? Merasa anak-anak lebih suka dengan Bakso Borax dan Es Doger pewarna buatan itu, iya kan...”

“ih.. enggak lah ya… mie telor yang aku jual kan sehat, dari bahan-bahan alami, ada juga koq anak-anak yang suka beli … mm… tapi jumlahnya sedikit sih…” jelas Maeroh sambil menunduk

“nah.. tuh kan ketauan, makanya kalau mau bersaing itu yang sehat, mending kamu perbaiki lapakmu sendiri, kasih inovasi di setiap makanan yang kamu jual, kalau bisa kamu juga jualan minuman yang ga pake pewarna buatan, supaya anak-anak ga tertarik lagi sama bakso borax itu… buat yang jauh lebih bagus dan lebih menarik buat anak-anak… anak-anak itu memang sifatnya selalu ingin tau hal yang baru dan mudah bosan, tapi kalau kamu pintar inovasi dalam setiap makanan yang kamu jual, pasti anak-anak ga akan berpaling ke pedagang yang kamu bilang intelektualitas rendah itu…” (aduh angkuhnya cucuku ini) pikir Nyi Yabi sejenak.

“ah… nenek koq jadi ceramahin aku, jadi males ah… mo nonton tivi aja”
“koq nonton tivi sih, mandi dulu ganti baju”
“ga mau ah nek, aku mo liat lanjutan sinetron yang kemarin, yang judulnya ‘Gerombolan Orang Gila Ke Korea’…”
“Hmm…” Nyi Yabi hanya mengusap dada melihat kelakuan cucunya yang sudah banyak berubah ini, mungkin karena dulu kebanyakan belajar makanya jadi seperti ini pikirnya
****
Maeroh mengambil remote tivi dan memencet sebuah saluran tivi, ternyata sinetron yang di nantinya sudah mulai.
Dalam sinetron tersebut dikisahkan seorang gadis sedang meninggalkan teman-teman nya dan berjalan menuju kamar kecil atau toilet, namun alangkah terkejutnya ketika gadis tersebut berpapasan dengan gadis lain yang keluar tergesa dari toilet pria, karena merasa mengenali wajahnya, tak segan ia menegur.
Sanchai : loh… mba yang tadi kan? Koq masuk toilet cowok mba, ngapain disana?
Mba : tadi saya salah masuk, kirain itu toilet cewe
Sanchai : loh… kan di pintu nya ada tulisan ‘Male’ , emang ga baca ya mba ?
Mba : maaf saya tak sudi membacanya
(copas salah satu komen mba Siti Husna di lapaknya)
Sanchai : ??!!^%#&*+#@_@
.
.
*****
Salam Fiksianthir ^_^
*****
Kompasianer ini sudah Terverifikasi di :
ROK MINI [Rombongan Orang Kenthir Manis, Imut, Nyentrik iihh luthuunaa..]
PLANET KENTHIR
Sekali kenthir tetap kenthir
Biar miskin asal kenthir
Kekenthiran ini janganlah lekas berlalu
Sudahkah anda kenthir hari ini?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun