Mohon tunggu...
Samy
Samy Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Samiyem | S1 Fisioterapi | Universitas Muhammadiyah Surakarta| Pembaca yang mencoba menulis:D

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Menilik Sejauh Apa Fisioterapi sebagai Edukator Doping dalam Olahraga

18 Juli 2024   09:19 Diperbarui: 18 Juli 2024   11:34 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dunia olahraga tidak hanya tentang menitikberatkan keringat dan dedikasi, tetapi juga tentang ambisi serta pertarungan yang sengit untuk mencapai puncak kemenangan prestasi. Sayangnya, ambisi tersebut mendorong atlet untuk menempuh jalan pintas yang terlarang yaitu penggunaan doping. Praktik terlarang ini bagaikan pisau bermata dua, meningkatkan performa instan di satu sisi, namun memiliki bahaya kesehatan dan melanggar nilai-nilai sportivitas. Pada tahun 2020 tercatat 1.923 pelanggaran aturan doping di seluruh dunia hingga tahun 2018 (WADA, 2020). Berdasarkan kasus tersebut, dunia olahraga kehilangan esensinya dalam menjembatani sportivitas permainan olahraga. 

Di tengah gejolak isu doping yang tengah meluap, fisioterapi hadir sebagai sekutu penting dalam menjaga integritas dan kesehatan para atlet. Fisioterapi sebagai edukator mengenai isu doping, dengan latar belakang pemahaman yang mendalam tentang doping, fisioterapi seharusnya dapat memainkan peran krusial ini. Dimana fisioterapi dapat ikut serta sebagai figur perantara anti-doping pada atlet.

Namun, realitas berkata lain, fisioterapi memiliki pengetahuan yang minim terhadap permasalahan doping. Hal tersebut dibuktikan dengan menilik sedikitnya pembahasan-pembahasan seperti diskusi, workshop, seminar mengenai doping dalam fisioterapi. Pembuktian yang kedua adalah pada mata kuliah fisioterapi olahraga yang belum menyentuh aspek operasional mengenai doping, kurikulum hanya berfokus pada materi rehabilitasi pasca cedera olahraga. Dampaknya, fisioterapi belum cukup kompeten untuk mengidentifikasi dan menangani potensi doping, edukasi dan pencegahan doping yang terhambat, serta peran fisioterapi dalam isu fisioterapi menjadi kabur. 

Realitas yang ada tidak sesuai dengan peraturan yang sudah ditetapkan oleh World Confederation for Physical Therapy (WCPT) pada pasal 2.1 sampai 2.5 dan Peraturan UUD Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2014 pasal 34 sampai dengan 36. Pertama, pasal 34 tentang olahraga harus diselenggarakan dengan menjunjung tinggi nilai-nilai sportivitas, fair play, dan kemanusiaan. Kedua, pasal 35 Doping dalam olahraga dilarang. Ketiga, pasal 36 tentang Pemerintah, Komite Olimpiade Indonesia, Komite Olahraga Nasional Indonesia, dan organisasi cabang olahraga bertanggung jawab untuk mencegah dan memberantas doping dalam olahraga. Secara garis besar pasal tersebut menjelaskan peranan fisioterapi harus menghindari praktik yang membahayakan kesehatan. Fisioterapi juga dinilai harus memberikan pelayanan yang aman sesuai dengan standar profesi bagi atlet sehingga tetap menjaga etika, nilai-nilai dan kode etik fisioterapi. Dalam pemahaman WCPT tersebut fisioterapi seharusnya menjadi edukator tentang doping pada atlet dan masyarakat luas.

Setiap hukum yang diberlakukan memiliki sanksi apabila tidak ditaati. Sanksi yang didapatkan yaitu atlet yang menggunakan doping dilarang bertanding (Bagaskhara & Untung, 2024). Sanksi tersebut sangat berat bagi atlet, apalagi dengan usaha yang dipersiapkan sebelum pra-pertandingan. Inilah pentingnya fisioterapi sebagai edukator doping dalam olahraga untuk menghindari sanksi yang sangat fatal bagi atlet. Urgensi peran fisioterapi sebagai edukator harus bisa mempertahankan nilai sportivitas di dunia olahraga. Oleh sebab itu, fisioterapi turut andil dalam memberikan preventif dan edukasi di dunia olahraga. Perlunya upaya konkrit dalam mendukung pengetahuan fisioterapi dan generasi selanjutnya seperti mahasiswa fisioterapi dalam menambah kapasitas keilmuan mengenai doping.

Integrasi pembelajaran mata kuliah fisioterapi olahraga mengenai doping menjadi upaya konkrit untuk menambah kapasitas keilmuan mengenai doping, adanya kurikulum ini sebagai wadah untuk membekali pengetahuan doping bagi mahasiswa maupun dosen. Hal tersebut tidak hanya sebagai bekal pengetahuan, tetapi juga dapat menambah khasanah penelitian mengenai doping sehingga menjadi wahana untuk pembaharuan ilmu dalam isu doping. Oleh sebab itu, selama integrasi pembelajaran tetap berjalan, doping tidak akan redup untuk diperbincangkan sehingga terealisasinya dunia olahraga dengan sportivitas tinggi.

Selain fokus pada pendidikan, kegiatan penyuluhan seperti seminar, webinar, dan workshop juga harus mulai membahas isu doping. Hal tersebut dapat memfasilitasi masyarakat untuk mengetahui isu doping dari ahlinya. Tidak hanya berfokus pada masyarakat, fisioterapi juga dapat memperbarui pengetahuan di luar pendidikan formal dan sarana ekslusifitas isu doping secara merata. Fokus yang harus disampaikan pada penyuluhan adalah topik terbaru tentang doping, termasuk metode identifikasi potensi doping pada atlet, edukasi doping pada atlet, dan peran fisioterapi dalam pencegahan doping. Edukasi pada atlet yaitu solusi penggunaan doping dengan latihan endurance VO2 maks. Sejalan dengan penelitian Prananda, Y., & Yanti, N. (2021), salah satu cara untuk meningkatkan stamina atlet khususnya pada endurance adalah peningkatan kemampuan VO2 maks yang berhasil secara signifikan meningkat 23.25% dari kemampuan sebelumnya.

Dalam mencapai masa depan olahraga yang bersih dan sinergis, diperlukan upaya kolektif dan komitmen bersama dari berbagai pihak. Fisioterapi olahraga perlu memperkuat edukasi dan komitmen terhadap kode etik fisioterapi. Pemahaman yang mendalam tentang doping dalam fisioterapi perlu ditanamkan agar terciptanya nilai-nilai yang menjunjung tinggi sportivitas. Sebuah kunci untuk masa depan olahraga dengan menjaga integritas dan sportivitas demi prestasi yang gemilang dan bebas dari bayang-bayang doping. Dengan upaya multiprofesional dan kerjasama dari berbagai pihak, fisioterapi dapat memainkan peran vital dalam memerangi isu doping dan menciptakan era olahraga yang bersih, adil, dan sportif.

Penulis: Samiyem dan Ajeng Selandani 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun