Mohon tunggu...
Samurai Jagoan
Samurai Jagoan Mohon Tunggu... Penulis - Tukang Makan Enak

Seorang Entrepreneur, Tukang Jalan, Tukang Makan Enak, Praktisi & Owner Wenmit Pecel Bento, Penulis Buku, Provokator Entrepreneur, Pembicara Seminar, dan Workshop Tingkat Nasional di bidang Entrepreneurship \r\n\r\n> HP 0818377811\r\n> FB Samurai Jagoan\r\n> Twitter @sa_murai

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mudik ke Jakarta

13 Agustus 2013   09:23 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:22 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kali pertama mudik ke Jakarta memang berkesan, semua yang pertama kali pasti punya kenangan dan kesan yang cukup besar buat saya.

Diawali dengan kepindahan ibunda dari Solo ke Jakarta maka ritual mudik yang sudah dilakukan bertahun-tahun sejak saya kecil ke Solo dan ke Gemolong di kabupaten Sragen Jawa Tengah berakhir pada lebaran tahun ini.

Akibatnya untuk pertama kalinya saya angkut seluruh anggota keluarga yang terdiri dari istri dana anak-anak ke jakarta.

Semua ritual jadinya berubah, yang biasa shalat 'Idul Fitri dilakukan di tanah lapang maka kini di lakukan di masjid, yang tadinya jam 8 pagi bisa kelar salaman dan sungkem serta bagi-bagi uang baru antar ibu, adik-adik dan ponakan kini akibat macet bubaran sholat maka baru bisa dilakukan sekitar jam 10 lebih.

Fenomena baru lebaran, kebetulan ibu tinggal dikawasan bintaro dan kami sholat ied di masjid raya bintaro, yang ternyata lagi dipadati oleh para jamaah sampai meluber ke jalanan. Saat itu saya merasa kalo kabar bahwa Jakarta sedang kosong ditinggal warganya mudik ke Jawa hanya isyu isapan jempol belaka. Sebab yang tampak oleh saya berjubel banget dan akibatnya kemacetan bubaran sholat pun terjadi cukup untuk mengasah kesabaran :)

Saat berlebaran di Solo pada tahun-tahun lalu selesai ritual di keluarga biasanya kami tetap dirumah Solo karena akan banyak kerabat yang unjung-unjung.

Nah saat di rumah Bintaro di Jakarta dan saat menerima kerabat unjung-unjung (1 keluarga aja) dari beredar pesan sponsor yang datang kalo jalanan macet parah jadi kami disarankan nggak usah kemana-mana dulu daripada kejebak ama macet. Kabar itu datang dari kerabat tadi yang saat pulang terjebak macet dan dari adik saya yang selesai ritual keluarga langsung menempuh perjalanan dari rumah ibunda ke rumah mertuanya, yang masih diseputaran Jakarta juga rumahnya.

Kabar ini cukup menggelisahkan saya karena hari ini ibunda punya agenda mengunjungi beberapa kerabatnya dan otomatis kami sebagai anak-anak harus mendampingi. Karena kabar tadi kebayang dalam otak saya harus berpegal-pegal kaki dan menahan kesabaran saat menikmati kemacetan nanti :)

Akhirnya tetap diputuskan oleh ibunda bahwa berangkatnya setelah ashar aja sekitar jam 4 sore. Kami pun berangkat, rupanya mindset masih lom berubah walaupun dah menerima kabar kalo jalanan macet tapi secara bertahun-tahun yang tertanam dalam otak saya adalah masih mindset tentang kota Solo, kota kecil yang paling rame dan paling macet hanya ada di ruas jalan Slamet Riyadi jalan utama yang membelah kota Solo aja. Hahahaa...

Mindset jadul ini harus dirubah karena perjalanan cukup jauh walaupun namanya masih tetep jakarta tapi jakarta ujung yang satu menuju jakarta ujung yang lain. Perjalanan normal dalam keadaan sangat lancar kalo pas menjelang 'subuh' adalah 1 jam apalagi lewat tol. Tapi kali ini walaupun lewat tol dan katanya jakarta sedang kosong ditinggal warganya mudik ke jawa perjalanan di tempuh sekitar 2 jam lebih dengan harus menghadapi kemacetan disana sini termasuk di jalan tolnya, hahahaha...

Yang tadinya kami meng-agendakan akan mengunjungi 5 kerabat akhirnya hanya bisa mengunjungi 2 kerabat saja dimana kebetulan mereka hanya bertetangga komplex saja. Tapi tetep walo bertetangga komplex waktu tempuhnya lebih dari 45 menit karena harus mengarungi kemacetan. Hahaha lagi...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun