Mulai berangkat dengan harap
Sungguh ingin berpindah
Roda mulai berputar
Membawa angan entah ke mana
Menuju tujuan tanpa tuju
Ada halte yang hanya lewat
Memang bisa lihat
Tapi itu bukan tuju
Memang bisa tatap
Tapi bukan untuk berharap
Ada halte betul ada berhenti
Belum tentu untuk turun
Berhenti teruntuk yang lain
Diam saja tak mengapa
Rapikan posisi duduk pula
Ada halte betul ada berhenti
Mungkin itu yang dituju
Aahh..!! Seolah punya tujuan
Dan tak jarang kadang
Malah kembali ke awal
___
Tulisan puisi ini terpikir ketika aku lagi bus. Sering ku perhatikan ketika bus sedang mendekati halte, para penumpang menghentikan aktifitasnya, yang mendengar musik, yang memejamkan mata, yang ngobrol. Padahal mungkin sudah hapal jalur, atau ada aplikasi di HP. Tapi tetap saja grasak grusuk entah karena alasan apa pun itu.
Terkadang dalam kehidupan, aku sering menatap pada momen atau event yang sepertinya adalah batu loncatan bagi karir ku, atau titik akhir penderitaan masalah keluarga ku, atau momen yang tepat untuk cari pacar baru setelah putus. Padahal itu momennya orang lain, dan tentu aku tidak mengambil langkah perhentian itu.
Tapi aku juga pernah dengar kisah tentang orang yang naik bus hanya untuk muter-muter di sela-sela kesibukan Work From Home. Tentunya tidak pada waktu pulang kantor yang sibuk padat.Â
Intinya, hanya untuk membakar waktu dan sengaja membuat diri nyasar. Pastinya, dalam setengah jam atau satu jam, dia sudah kembali lagi ke daerah dekat rumahnya. Aku juga baru tahu ada orang yang begitu.
Terkadang dalam kehidupan karir, cinta, keluarga, kita mungkin ada kalanya kita dengan sengaja membuat diri nyasar. Padahal ujung-ujungnya, ya kembali ke awal.
Tulisan puisi ini menggabungkan kedua fenomena itu. Semoga dapat meresap.
---
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H