Mohon tunggu...
Samuel HasudunganTampubolon
Samuel HasudunganTampubolon Mohon Tunggu... Buruh - Seseorang yang senang belajar dan mengajar

Boleh berganti buah, tapi jangan lupa akar

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Halte Awal

18 Agustus 2020   22:02 Diperbarui: 18 Agustus 2020   21:56 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Mulai berangkat dengan harap
Sungguh ingin berpindah
Roda mulai berputar
Membawa angan entah ke mana
Menuju tujuan tanpa tuju

Ada halte yang hanya lewat
Memang bisa lihat
Tapi itu bukan tuju
Memang bisa tatap
Tapi bukan untuk berharap

Ada halte betul ada berhenti
Belum tentu untuk turun
Berhenti teruntuk yang lain
Diam saja tak mengapa
Rapikan posisi duduk pula

Ada halte betul ada berhenti
Mungkin itu yang dituju
Aahh..!! Seolah punya tujuan
Dan tak jarang kadang
Malah kembali ke awal

___
Tulisan puisi ini terpikir ketika aku lagi bus. Sering ku perhatikan ketika bus sedang mendekati halte, para penumpang menghentikan aktifitasnya, yang mendengar musik, yang memejamkan mata, yang ngobrol. Padahal mungkin sudah hapal jalur, atau ada aplikasi di HP. Tapi tetap saja grasak grusuk entah karena alasan apa pun itu.

Terkadang dalam kehidupan, aku sering menatap pada momen atau event yang sepertinya adalah batu loncatan bagi karir ku, atau titik akhir penderitaan masalah keluarga ku, atau momen yang tepat untuk cari pacar baru setelah putus. Padahal itu momennya orang lain, dan tentu aku tidak mengambil langkah perhentian itu.

Tapi aku juga pernah dengar kisah tentang orang yang naik bus hanya untuk muter-muter di sela-sela kesibukan Work From Home. Tentunya tidak pada waktu pulang kantor yang sibuk padat. 

Intinya, hanya untuk membakar waktu dan sengaja membuat diri nyasar. Pastinya, dalam setengah jam atau satu jam, dia sudah kembali lagi ke daerah dekat rumahnya. Aku juga baru tahu ada orang yang begitu.

Terkadang dalam kehidupan karir, cinta, keluarga, kita mungkin ada kalanya kita dengan sengaja membuat diri nyasar. Padahal ujung-ujungnya, ya kembali ke awal.

Tulisan puisi ini menggabungkan kedua fenomena itu. Semoga dapat meresap.
---

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun