Apa itu murah? Kita sering ditawari barang-barang yang katanya dibandrol dengan harga terjangkau. Maksudnya mungkin, pertama, lebih murah dibandingkan produk sejenis dari produsen atau merek berbeda. Atau, kedua, secara rasional, nilai nominalnya lebih rendah ketimbang rasio kebutuhannya. Tapi, apakah benar, murah hanya bisa didefinisikan terbatas pada dua hal tersebut saja, yaitu perbandingan relatif nilai nominal suatu produk terhadap produk lain yang serupa dan terhadap derajat kebutuhan produk bersangkutan? Tentu tidak. Ada banyak faktor yang perlu dipertimbangkan.
Murah dan mahal itu standar sebenarnya adalah prinsip ekonomi. Memperoleh hasil atau keuntungan yang sebanyak-banyaknya dengan pengorbanan atau kerugian sesedikit mungkin. Karena itu, semua aspek harus dipertimbangkan. Pasti, kedua faktor di atas pun termasuk. Bahkan, yang pertama-tama menjadi bahan pertimbangan. Namun, seyogyanya pertimbangan kita tidak berhenti pada kedua hal itu semata. Mesti diperhitungkan pula daya tahan pemakaian produk terkait berikut semua komponennya juga, apakah awet atau tidak. Berapa banyak biaya lain lagi yang harus dikeluarkan berkaitan dengan penggunaannya, seperti penggantian dan pengisian ulang komponen vitalnya. Bagaimana proses servisnya, apakah biaya reparasi produknya mahal, apakah ongkos perjalanan ke tempat servis atau service charge untuk mendatangkan teknisinya tinggi. Dan hal-hal lainnya lagi.
Begitu juga dengan printer. Banyak sekali yang perlu menjadi bahan pertimbangan dalam memilih printer agar kita tidak rugi. Semakin besar selisih antara keuntungan yang kita peroleh dengan uang dan kerugian dalam bentuk lain yang kita keluarkan dan alami, berarti makin terjangkau juga harga printer tersebut. Demikian pula, kalau terjadi yang sebaliknya, maka berarti printer tersebut sebetulnya mahal.
Printer yang saya punya adalah Canon Pixma iP1200. Cukup tua. Saya membeli dan mulai menggunakannya pada pertengahan tahun 2005. Harganya pada saat itu sekitar 240 ribu rupiah. Sebagai perbandingan, harga printer Canon bertipe laserjet waktu itu kira-kira 1,2 jutaan. Jadi, dengan harga laserjet Canon hari-hari ini yang berkisar 2,5 jutaan, maka seandainya printer iP1200 saya itu dijual di masa sekarang, harganya kurang-lebih 500 ribu rupiah saja!
Kalau baru-baru menggunakan seperti saya kala itu, printer Canon, termasuk yang bertipe inkjet seperti punya saya, terkesan memakan biaya tinggi. Pasalnya, printer Canon tergolong printer yang amat sangat sulit diakali! Coba saja cari tinta palsu untuk mengisi ulang printer Pixma saya! Hebat kalau bisa dapat! Karena, jangankan yang palsu, yang kompatibel saja tidak ada! Lagipula, kalaupun mau pakai yang palsu atau kompatibel juga, bagaimana cara mengisinya? Tinta hitam printer saya bertipe PG-40, tinta warnanya bertipe CL-41, dan keduanya dimuatkan dan dikeluarkan masing-masing oleh cartridge. Pada head dari cartridge-cartridge tersebut terdapat chip berisi kode unik yang akan dibaca oleh printer. Kalau mau nekad juga, mau coba-coba mengakali dengan mengisi pakai tinta palsu yang dimasukkan dengan metode tetes, chip cartridge-nya akan menjadi rusak, printer pun tidak bisa dipakai sama sekali. Jika mau lebih berani lagi, mau coba-coba dirombak sehingga bisa dimasukkan tabung tinta infusan, siap-siap saja, paling lama dalam waktu tak lebih dari sebulan printer tersebut akan rusak total, sehingga biaya reparasinya jauh lebih besar daripada harga printer baru! Jadi, setiap kali tinta habis, saya mesti membeli tinta baru berikut cartridge-nya, karena memang sudah satu paket. Dan harus yang orisinal! Harga satu tinta PG-40 dulu 110 ribuan rupiah, sedangkan CL-41 170 ribuan. Sekarang, PG-40 itu 170 ribuan, CL-41 210 ribuan. Silakan bandingkan saja dengan tinta orisinal model infus dari printer inkjet merek lain, maka Anda akan mendapati, betapa mahalnya tinta orisinal Canon itu! Apalagi jika dibandingkan dengan tinta yang kompatibel, lebih-lebih yang palsu!
[caption id="attachment_338200" align="alignnone" width="492" caption="Kedua tinta dari Canon Pixma iP1200 (Foto: Koleksi pribadi)"][/caption]
Tapi, setelah makin lama memakainya dalam jumlah yang semakin banyak, saya menemukan pengalaman berbeda! Bila saya memakainya sedikit-sedikit, untuk mencetak paling banyak 10 lembar dokumen berupa teks hitam, atau untuk mencetak paling banyak 5 helai foto atau dokumen berwarna, dalam satu rangkaian pencetakan saja, tinta memang cepat habis. Sudah kosong cartridge-nya setelah pencetakan kelima. Tapi, sekali waktu, saya terkejut. Saat itu, saya hendak mencetak dokumen teks hitam sebanyak lebih dari 100 halaman A4. Berspasi tunggal pula. Saya sudah ragu, apakah tinta hitam saya cukup, mengingat ketika dilihat di indikator, isinya tidak penuh, tinggal tiga-perempatnya. Namun, saya teruskan juga mencetak. Hasilnya, seluruh dokumen bisa komplet tercetak, dan indikator menunjukkan bahwa tinta masih ada setengah cartridge, jadi yang terpakai hanya seperempatnya saja! Hipotesis saya, kalau begitu, isi printer tersebut akan berkurang dalam jumlah yang sama untuk satu kali mencetak, entah volume pencetakan tersebut sedikit ataupun banyak. Dengan kata lain, jika hendak menghemat, saya seyogyanya mencetak banyak saja sekaligus dalam sekali jalan, daripada mencetak sedikit-sedikit tapi berkali-kali. Hipotesis itu ingin saya buktikan. Maka, saya lakukan pengujian berikutnya. Saya kumpulkan file-file tulisan saya, foto-foto yang ingin saya cetak, juga dengan file-file dokumen penting dan gambar-gambar dari beberapa kawan dan kakak saya, dan semua saya gabungkan dalam satu file, kemudian saya cetak sekaligus semuanya bersama-sama, yang totalnya sekira 300 halaman A4. Terdiri dari 200-an halaman dokumen hitam-putih dan 100-an halaman foto dan dokumen full-colour. Dan memang terbukti! Indikator tinta hitam PG-40 hanya turun seperempat, indikator tinta warna CL-41 pun sama, cuma berkurang seperempat juga!
Sejak itu, kalau tidak kepepet deadline, saya tunda dulu mencetak tulisan-tulisan saya apabila naskah tersebut kurang dari 100 halaman. Menunggu tulisan-tulisan berikutnya yang hendak saya kerjakan. Atau, menunggu ada kerjaan kerabat dan teman saya yang juga akan dicetak. Atau, menunggu ada foto saya atau foto orang-orang terdekat. Supaya semua disatukan dalam satu file, lalu dicetak sekalian.
Dan sampai saat ini, dari yang terhitung oleh saya saja, saya sudah mencetak dengan printer tersebut dokumen teks hitam lebih dari 8 rim kertas A4 dan lebih dari 3 rim kertas A4 foto atau dokumen berwarna, dengan menghabiskan hanya 4 cartridge tinta hitam PG-40 dan 2 tinta berwarna CL-41! Jadi, uang yang saya keluarkan untuk tinta total jenderalnya tak sampai satu juta rupiah, jauh di bawah itu!
[caption id="attachment_338201" align="alignnone" width="804" caption="Printer Canon Pixma iP1200: mencetak banyak tanpa rewel! (Foto: Koleksi pribadi)"]
Yang lebih hebatnya, sudah digeber sebegitu rupa berkali-kali selama sembilan tahun hingga sekarang, belum pernah satu kali pun saya melakukan nozzles check dan cleaning! Saya merasa, semua tindakan tersebut belum perlu saya ambil karena memang belum pernah sama sekali ada kendala. Belum pernah tintanya meleber. Atau mampat. Atau apapun. Dan, sebab itu, sudah pasti, belum pernah satu kali juga saya menyervis printer Canon Pixma saya itu!
Serta, tentu saja, keuntungan yang tak kalah penting untuk disebutkan adalah kualitas cetak yang luar biasa! Celah sempit yang diterapkan Canon pada printer-printernya terhadap segala usaha pemalsuan, terbukti telah menjamin keuntungan bagi konsumen. Semua ketahanan dan keawetan, serta keadaan serba lancar, printer saya itu sebagian besar berkat tidak adanya unsur-unsur palsu yang masuk ke dalamnya.
Itulah yang disebut dengan printer murah yang sesungguhnya! Itulah yang sungguh-sungguh dapat disebut sebagai produk yang biayanya terjangkau! Sebab, ada printer yang mengklaim dapat mencetak dalam jumlah banyak dengan biaya tinta yang ringan karena, katanya, irit, tapi banyak sekali mendapat keluhan dan bahkan kritikan tentang kualitas cetakan yang bermasalah dan memburuk, padahal baru dipakai beberapa kali mencetak saja. Harus dilakukan cleaning, dan bahkan mesti direparasi! Padahal, printer tersebut harganya lebih dari satu setengah juta rupiah. Tiga kali harga iP1200, seandainya printer saya itu masih diproduksi sekarang!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H