Mohon tunggu...
Samuel Edward
Samuel Edward Mohon Tunggu... Seniman - Pecinta dunia literatur, pecinta kopi, pecinta satwa khususnya anjing, pecinta alam. Dan semua itu dalam stadium 4 dan grade 4!

Tugas yang kuemban adalah membawa dan membuat mulia nama Bos-ku di mana pun aku hidup, apa pun yang aku lakukan, kepada siapa pun yang aku temui, kapan pun waktu dan kesempatannya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Litani Indonesia

3 April 2019   20:24 Diperbarui: 3 April 2019   20:38 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wahai, rumah indah berkapur tetanaman!
Kuratapi keberadaanmu di ujung zaman
Kala penghunimu terisak lapar
Para penjaga menjarah perabotmu
Kepala keluarga yang melongo
Coba pimpin pembantu moral iblis
Sia-sia, ia pun jadi iblis
Yang akhirnya jadi dedengkot para penjaga
Menjarahi penghunimu

Duhai, pulau permai permadani katulistiwa!
Kusayangi nasibmu kala mentari berurap
Di saat pohon-pohonmu dicukur gundul
Tanah dan airmu dilahap ketamakan
Sawah ladang bercucuran air mata
Dihantam fondasi gedung
Diperkosa lapangan golf

Amboi, negeri para malaikat!
Ke mana masa keemasanmu sembunyi?
Laut kini mendarah
Hutan sekarang dicat bata
Gunung jadi lembah
Embun jadi asap
Menangisi simponi jerit rakyatmu
Diperkosa lapar dan kebodohan
Tangan malaikatmu sendiri
Yang sudah tak ber-Tuhan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun