Mohon tunggu...
Samuel Edward
Samuel Edward Mohon Tunggu... Seniman - Pecinta dunia literatur, pecinta kopi, pecinta satwa khususnya anjing, pecinta alam. Dan semua itu dalam stadium 4 dan grade 4!

Tugas yang kuemban adalah membawa dan membuat mulia nama Bos-ku di mana pun aku hidup, apa pun yang aku lakukan, kepada siapa pun yang aku temui, kapan pun waktu dan kesempatannya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Urgensi "Hari Pasar Rakyat Nasional" Demi Menghidupi Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika

22 Januari 2017   09:57 Diperbarui: 22 Januari 2017   10:12 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dan hal itu akibat tidak terurusnya pasar rakyat dengan benar. Sedihnya, salah satu puncak bukti tidak terurusnya pasar rakyat terjadi baru-baru ini. Kamis, 19 Januari 2017, yang lalu, Pasar Senen, salah satu pasar rakyat tertua dan terbesar di Jakarta, bahkan di Indonesia, mengalami kebakaran yang hebat sekali.

Pencanangan “Hari Pasar Rakyat Nasional”

Barangkali, kondisi bobroknya manajemen pasar rakyat semacam itulah yang memotivasi Yayasan Danamon Peduli untuk menggagas adanya Hari Pasar Rakyat Nasional. Diharapkan, hari peringatan khusus pasar rakyat tersebut mendorong pemerintah, para pihak lain yang berkepentingan, serta masyarakat luas sendiri agar memperbaiki keberadaan pasar rakyat di seluruh Tanah-air sesegera mungkin sehingga pasar rakyat menjadi betul-betul manusiawi dan beradab.

Hari Pasar Rakyat Nasional memang dapat dijadikan momentum rutin untuk terus memacu reformasi dan revolusi pasar rakyat. Sebab, sungguh ironis, dalam hal kesetiaan terhadap asas dan hakekat eksistensi pasar dalam sejarah manusia, pasar rakyat justru kalah konsisten ketimbang pasar modern. Pasar modern sekarang tidak lagi terkesan eksklusif untuk kalangan dengan tingkat sosial dan ekonomi kuat, tak terjangkau oleh rakyat Indonesia kebanyakan yang daya belinya masih rendah.

Kita bisa buktikan, harga produk di pasar modern hampir seluruhnya sudah sama saja dengan di pasar rakyat. Sudah begitu, variasi pilihannya pun sering lebih banyak tersedia di pasar modern ketimbang di pasar rakyat yang berdekatan. Dengan tingkat kenyamanan, pelayanan, keamanan, dan akomodasi yang jauh lebih memadai, jelas saja, rakyat kelas ekonomi menengah-ke-bawah pun mulai banyak yang lebih memilih berbelanja di pasar modern, apalagi hitung-hitung bisa sekalian berekreasi bersama keluarga karena suasana pasarnya menyenangkan.

Jadi, adanya Hari Pasar Rakyat Nasional bisa menjadi momen sindiran untuk pemerintah. Pasar rakyat haruslah tetap menjadi pasar rakyat, bukan lantas dijadikan pasar modern. Tetapi, segala-galanya harus dibuat semaju dan seakomodatif pasar modern. Dalam hal manajemen, pengelolaan, penataan, kebersihan, ketersediaan produk, keterjangkauan harga, kemudahan pembeli mencari barang yang diinginkan karena banyaknya papan petunjuk, daya informatif dan komunikatif, pelayanan, keramahan, keamanan, keteraturan, sampai promo-promo dan adanya penghargaan tertentu bagi pelanggan, dan dalam hal-hal lain, pasar rakyat harus belajar dari pasar modern. 

Apalagi, pasar rakyat punya keunggulan di bidang sumber daya karena dikelola oleh pemerintah, secara khusus: pemerintah daerah melalui badan usaha milik daerah. Alasan-alasan, seperti keuangan yang kurang atau sulitnya mencari sumber daya manusia yang memadai, seharusnya tidak lagi menjadi tameng kemalasan pemerintah daerah. Kalau swasta saja bisa membangun pasar, yakni pasar modern (jadi, sebetulnya, pangkal perbedaan pasar rakyat dengan pasar modern itu hanyalah soal pemilik dan pengelolanya saja: pasar rakyat oleh pemerintah, pasar modern oleh swasta), secara sangat keren, maju, beradab, dan manusiawi, masakan pemerintah (yang pasti jauh lebih besar keuangannya dan juga kekuasaannya karena bisa membuat hukum dan aturan) tidak?

Mendesakkah Keberadaan “Hari Pasar Rakyat Nasional” Itu?

Tetapi, sebatas itu sajakah peruntukkan Hari Pasar Rakyat Nasional? Kalau sekadar untuk kepentingan kemajuan pasar rakyat itu sendiri, urgensi penetapan Hari Pasar Rakyat Nasional bisa diperdebatkan dengan mudah. Karena, pasti banyak kalangan yang menilai, lecutan motivasi terhadap pemerintah untuk mereformasi dan merevolusi pasar rakyat dapat dilakukan dengan banyak cara lain selain dengan adanya Hari Pasar Rakyat Nasional, yang bisa jadi sangat mubazir lantaran tidak seimbangnya ongkos yang dikeluarkan setiap tahun untuk seremoni tahunan (apalagi bila diselenggarakan secara mewah dengan mengundang artis, misalnya) dengan hasil dari adanya hari peringatan tersebut yang bisa jadi jauh dari harapan karena kemajuan reformasi pasar rakyat tetap saja berjalan amat lambat, malah terkesan tidak ada perubahan sama-sekali.

“Hari Pasar Rakyat Nasional” Haruslah agar Manusia Indonesia Menghidupi Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika!

Namun, resistensi akan sangat berkurang bilamana tujuan dan motivasi pembentukan Hari Pasar Rakyat Nasional adalah obyek yang lain, yang jauh lebih luhur dan prospektif. Dan apa lagi tujuan dan motivasi yang dapat lebih luhur dan lebih menjangkau ke depan dibandingkan dengan keinginan untuk mendorong supaya Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika terus-menerus semakin dihayati dan diamalkan oleh seluruh rakyat Indonesia? Jadi, Hari Pasar Rakyat bisa menjadi amat sangat urgen untuk diadakan apabila hari peringatan tersebut dimaksudkan untuk mendorong dan mempercepat terealisasinya perikehidupan bangsa kita yang sungguh-sungguh Pancasilais, dengan benar-benar “me-nunggal-ika-kan” kebhinnekaan kita!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun