Di sebuah warung kopi
seorang bapak memesan semangkuk bubur dan segelas kopi
legam di wajahnya tanda tergerus usia
Nafasnya memanjang bersamaan tetes-tetes peluh
mengalir di antara kelopak matanya
dari jaketnya tercium aroma pekat, asap knalpot motor tua,
yang masih dipaksa membawa penumpang mengitari lika-liku Jakarta
Bubur telah terhidang, si bapak sedang menatap gambar putrinya
pada layar telepon genggam
Bola matanya bergerak-gerak mengikuti jalan pikirannya yang berlarian
sunyi bertahan di sana, membiarkan panas matahari yang ganas
menembus tenda plastik yang sudah tipis,
memanggang punggung orang-orang yang bersembunyi di dalamnya
Warung kopi di sore itu
si bapak masih terpaku, membiarkan buburnya dihembus kipas angin yang sudah berdebu
Tiba-tiba nafasnya semakin cepat, diteguknya tiga kali kopi dari cangkir yang masih hangat
kali ini keringatnya mengucur deras, membasahi kepala sampai dagunya
"Buburnya dibungkus aja Mas. Saya harus ke rumah sakit. Anak saya sedang koma."
seketika matanya memerah,Â
menahan tangis yang hampir pecah di atas meja triplek
Tergesa dia menyalakan motor tua, yang jalannya tersendat
karena ban yang sudah sedikit kempes
Si bapak meninggalkan orang-orang diam yang senang bersembunyi di balik tenda warung kopiÂ
Panas matahari sore itu terasa semakin ganas. Â
(Jakarta, 15 Februari 2019)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI