Pada bagian akhir, Idhar mengulas tentang pentingnya (tepatnya kerinduannya) terhadap kritik musik. Pendekatan kritik musik dapat berupa, 1) kritik akademik, 2) kritik jurnalistik, 3) kritik pedagogic, maupun 4) kritik popular. Saat ini lahan musik di Indonesia sangat kering dengan kritik musik, baik yang dilakukan di dunia kampus, kalangan musisi, jurnalis, dan masyarakat pecinta musik pada umumnya.
Dunia jurnalisme musik juga masih belum berkembang. Hal ini salah satunya ditunjukkan dengan belum adanya jurusan khusus jurnalisme musik di kampus-kampus di tanah air.
***
Akhirnya saya berkesimpulan bahwa peran jurnalisme musik sebetulnya sangat krusial dalam mendorong peningkatan kualitas musik dan memberi ruang bagi perkembangan musik non mainstream. Saya pun merindukan adanya bacaan yang berisi ulasan kritis dan mendalam mengenai perkembangan dunia musik dan pelaku/ musisi tanah air yang sudah semakin langka saat ini.
Selama dua dekade terakhir industri musik tanah air memang berkembang cukup pesat. Banyak group band maupun solo yang lahir dengan berbagai jenis genre sesuai dengan selera berbagai kalangan.Â
Namun kehadiran musisi baru juga kerap berbarengan dengan berbagai berita-berita kontroversial kehidupan pribadi artis tanah air yang secara masif disebarluaskan oleh media infotainment, yang lama kelamaan menjadi membosankan. Apakah itu bagian dari selera masyarakat kita dan menjadi modal bagi industri media, saya tidak tahu.Â
Dengan adanya reportase yang mendalam, menarik, dan memberikan wawasan dan sudut pandang baru, diharapkan penikmat musik seperti saya akan mendapatkan kecintaan yang lebih akan musik tersebut. Dan kecintaan masyarakat akan musik juga tentunya akan semakin mendorong perkembangan kualitas musik di tanah air. Â Â
Selain itu, jurnalisme musik juga dapat melirik kepada bibit-bibit musik di berbagai pelosok, yang hadir dalam berbagai identitas dan karakteristik. Mereka belum tentu kalah kualitas dibandingkan dengan musisi kenamaan.Â
Namun masih belum beruntung untuk memiliki akses dengan industri musik. Pemberitaan akan hal tersebut, seharusnya juga menjadi perhatian media mainstream yang sudah mapan di tanah air. Menjadi setitik air untuk menghilangkan kehausan dan kebosanan akan pemberitaan politik yang sering berafiliasi dengan kepentingan kekuasaan tertentu.
Sampai saat ini saya masih melihat energi Idhar yang tanpa lelah wara-wiri ke pertunjukan musik di pelbagai pelosok Kota Bandung, sambil mengajar sebagai dosen di salah satu kampus swasta dan banyak kegiatan penelitian lainnya. Dia seperti benang yang mengikat berbagai fenomena musik jalanan sampai cafe-cafe, merekam berbagai fakta sosial sosial budaya, dan mampu merasakan dan menyuarakan nafas ideologi musik di Kota Bandung.Â