Saya pun masih ingat ketika melihat salah seorang teman dalam keadaan panas tinggi dan menggigil sendirian di kamarnya, kami pun serta merta mencari taksi, mengantarkan ke IGD, kemudian menghubungi keluarganya terdekatnya. Pada saat itu komunikasi ke luar daerah belum semudah sekarang dengan telepon seluler dan berbagai aplikasi pada gadget kita.
Tak jarang pada saat itu, meskipun sudah larut malam tiba-tiba kamar saya diketok, dan meminta saya menemani seseorang untuk menjaga teman atau keluarganya di rumah sakit, menyumbangkan darah karena situasi darurat, dan lain sebagainya. Hal tersebut menggugah kesadaran bahwa kita saling membutuhkan dan tidak bisa hidup sendiri tanpa teman-teman kita tersebut. Berteman bukan semata-mata mencari manfaat dari seseorang, melainkan apa yang bisa kita berikan dari hidup kita.
Ketika saya meninggalkan Kota Medan, kesan pertemanan tersebut tetap melekat dan menjadi bagian nilai-nilai saya dalam memulai pertemanan dengan siapa pun. Sering waktu berjalan baik dalam pekerjaan maupun bermasyarakat teman-teman akan semakin banyak. Dan itu adalah anugerah yang Tuhan berikan dalam kehidupan yang patut disyukuri. Ketika melanjutkan pendidikan S-2 di Bandung, saya juga bertemu dengan banyak teman yang baik dan memberi arti besar dalam pembentukan karakter hidup saya.
Bertemu dan menghabiskan waktu bersama teman-teman lama juga begitu bermanfaat. Melihat pengalaman yang dulu dilewati bersama memberi banyak pelajaran hidup. Seorang teman bahkan berkata bahwa ngopi bareng teman lama akan memperpanjang umur. Teman-teman semasa sekolah/kuliah memang sudah banyak berpencar di berbagai kota dan daerah. Namun saya akan selalu berupaya bertemu mereka di saat yang memungkinkan. Â
Pada suatu waktu saya bertemu seorang teman (sahabat) yang dulu sama-sama kuliah di Medan. Kami bertemu di Bandung ketika saya kuliah tahun 2014 dan kebetulan teman saya tersebut sedang dalam urusan pekerjaannya. Yang menarik adalah ketika dia bertanya sesuatu yang tidak saya duga, "Kamu ingat nggak ketika kamu ikut tidur di rumah sakit demi menjaga aku yang dirawat karena terkena deman berdarah?" Tentu saya ingat peristiwa itu meskipun belasan tahun sudah berlalu. Namun saya tidak menyangka begitu berartinya hal tersebut baginya.
Saya tidak bertanya mengapa dia tidak menyinggung momen lain yang masih banyak yang pernah kami alami, yang juga banyak hal-hal yang menyenangkan. Namun saya mengerti bahwa yang paling diingat dari seorang teman adalah kehadiran teman-temannya di dalam kesusahannya. A friend in need is a friend indeed. Indeed it is!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H