Mohon tunggu...
samuel purba
samuel purba Mohon Tunggu... Administrasi - PNS, pemerhati sosial

Penikmat alam bebas dan bebek bakar; suka memperhatikan dan sekali-sekali nyeletuk masalah pendidikan, budaya, dan kemasyarakatan; tidak suka kekerasan dalam bentuk apa pun.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tahun 2018 Harus Menjadi "Tahun Menulis"

12 Januari 2018   10:34 Diperbarui: 12 Januari 2018   11:05 519
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian."
Pramoedya Ananta Toer

Tahun 2018 adalah tahun menulis. Itulah salah satu komitmen yang muncul di hati saya menjelang akhir 2017. Bagaimana tidak, hampir tiga tahun terakhir saya sudah jarang sekali membuat tulisan baik berupa opini, cerpen, essay, bahkan puisi. Sudah banyak hal yang saya alami, pengalamanan yang patut dibagikan, buku yang sudah dibaca, pelajaran dan renungan terhadap hidup. Selama ini saya hanya menyimpannya untuk diri sendiri. Bukankah hal tersebut egois?

Keinginan untuk mulai aktif menulis lagi tersebut semakin kuat manalaka muncul kesadaran bahwa semakin saya memendam banyak hal (katakanlah ilmu) membuat saya justru semakin bodoh. Sudah merasa banyak tahu tentang berbagai hal, sehingga menjadi malas untuk belajar hal-hal baru. Padahal dunia ini terus berputar, kehidupan terus berjalan, seiring pengetahuan dan teknologi semakin cepat perkembangannya. Apa yang kita ketahui di hari kemarin sangat mungkin sudah menjadi ketinggalan zaman (old fashion) hari ini.

Menulis sebetulnya membantu diri sendiri untuk terus memperkaya wawasan dan pengetahuan dalam hal apa pun. Saat kita menulis, secara otomatis kita berpikir terhadap susbtansi tulisan kita. Dan tentunya di saat berpikir tersebut kita juga sedang mengevaluasi apa yang kita tulis, kedalaman hubungan kita dan substansi tulisan, siapa yang akan membaca tulisan kita, serta manfaat apa yang kita harapkan dapat diterima oleh para pembaca tulisan kita kelak. Hal itu memacu kita untuk meningkatkan kualitas kita dalam menulis, baik dalam teknis penulisan, maupun materi tulisan itu sendiri. Ujungnya, kita akan semakin banyak membaca, menganalisis, serta merenungkan banyak hal. Dan hal-hal itu pula yang kita tulis kembali.

Saat kita menulis di situ pula kita dapat membaca dan membandingkan tulisan orang lain dengan milik kita, dengan demikian niscaya mendapat pelajaran baru bagaimana menulis yang lebihbaik. Dalam hal inilah saya menganggap bahwa menulis adalah sebuah proses. Tidak ada seorang yang baru pertama kali menulis sudah mampu menulis sebaik para penulis kawakan. 

Para penulis terkenal juga pasti mengawalinya dari nol. Oleh karena itu (berharap tulisan saya semakin hari semakin berkualitas) saya memberanikan diri untuk mulai menulis secara rutin. Tidak bermaksud mengajari siapapun, hanya dengan niat untuk berbagi pengetahuan, pengalaman, dan renungan saya terhadap banyak hal di dalam hidup ini.

Saya pun tidak berpikir untuk menuliskan sesuatu yang rumit, kompleks,  "berat", dan "wah". Hal-hal yang terjadi dalam keseharian sebetulnya justru memberikan banyak pembelajaran. Pengalaman di rumah, tempat kerja, dan masyarakat, adalah bagian dari perjalanan hidup,  buah-buahnya dari pembelajarannya tidak kalah menarik untuk dituliskan. Sekalipun demikian tentu tidak ada salahnya juga membagikan pengetahuan kita dari berbagai bacaan, teori, dan konsep ilmiah yang kita pelajari.

Andar Ismail (dalam salah satu buku Seri Selamat) pernah menyatakan bahwa cara atau tips agar menulis dengan lancar adalah dengan menganggap bahwa ketika kita sedang menulis sama seperti kita sedang bercerita dengan seorang sahabat dekat. Kita menatapnya erat dan mengungkapkan apa yang menjadi isi hati kita, yakni apa yang kita pikirkan dan rasakan. Demikian saya ingin menerapkan tips tersebut dalam tulisan-tulisan saya kelak. 

Terakhir (meskipun saya agak malu mengakuinya) dengan umur yang sekarang ini, saya merasa malu dengan banyak junior saya, yang saya perhatikan sangat produktif dalam menulis. Beberapa malah sudah menulis buku, bahkan lebih dari satu buku. Tapi sudahlah, rasa malu itu lebih baik digunakan sebagai tambahan energi dan pemicu semangat . Toh orang-orang bijak berkata it is better too late than never. 

Intinya menulis adalah sebuah kebutuhan, jika tidak berlebihan disebut sebagai sebuah keharusan. Writing is a must. Kolam yang airnya tidak mengalir akan menjadi keruh dan tidak sehat untuk kehidupan. Demikian juga pikiran yang tidak mengalir (dibagikan) juga merupakan hal yang tidak sehat, warna kehidupan kita juga dapat menjadi keruh. Sekali lagi saya mengingatkan diri saya di tahun 2018 ini untuk rutin menulis[.]     

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun