Teknisnya Byne mengajak kita membuat list (daftar) apa saja yang kita inginkan dalam hidup ini, yang dibagi atas beberapa ketegori: kesehatan dan tubuh, karir dan pekerjaan, uang, relasi, hasrat pribadi, serta benda-benda materi. Selama 28 hari (bagi saya jumlah hari tidak begitu penting) kita menyebutkan hal-hal atau fakta atas kategori-kategori tersebut. Meskipun kondisinya belum baik atau sesuai dengan keingingan kita, dalam doa-doa setiap hari kita harus mengatakan hal-hal yang baik atas hal-hal tersebut. Bersyukur membutuhkan latihan.
Bagi saya pribadi, latihan semacam ini membantu untuk melihat lebih dalam dengan perspektif yang berbeda, lebih arif, dan lebih tenang. Segala yang kita alami dan miliki akhirnya kita sadari bahwa semuanya itu adalah baik dan mendatangkan kebaikan bagi hidup. Namun keegoisan, keserakahan, nafsu, kepicikan, dan kedangkalan nurani lah yang menghasilkan ketidakpuasan bahkan frustrasi.
Akhirnya, baik uang, pekerjaan, keluarga, dan lain sebagainya tersebut adalah anugerah yang layak kita syukuri dan disebutkan setiap hari dalam doa-doa kita. Meskipun anak-anak kadangkala merepotkan, bukankah jauh lebih layak bersyukur atas anugerah Tuhan yang memberikan kita anak-anak sebagai generasi penerus kita?
Karir yang belum baik akan menjadi pemicu semangat untuk lebih fokus, semangat, dan kerja keras demi menghidupi keluarga kita. Bersyukur membuat kita menjadi tenang. Orang yang tenang adalah orang yang telah belajar bagaimana mengendalikan diri sendiri dan bagaimana menyesuaikan diri dengan kondisi di luar dirinya. Orang yang tenang adalah orang yang lebih dekat dengan keberhasilan.
Last but not the least, bersyukur adalah bagian dari iman. Orang yang bersyukur, orang yang tenang, sadar bahwa sekalipun kehidupan bisa berubah menjadi menakutkan, namun dia mengerti bahwa Tuhan selalu merencanakan yang baik bagi hidupnya.
Orang yang tercerahkan tidak akan bereaksi negatif dalam situasi yang bagi manusia normal dianggap sebagai stres. Sebuah karakter yang teduh dan tenang sekalipun di tengah badai, yang mampu memetik buah-buah kehidupan dalam bentuk kearifan, dan tetap mampu berjalan ke depan dengan perasaan tenang dan bahagia[.]Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H