Kota Padang menjadi lebih semarak dengan perayaan Cap Go Meh, festival yang hampir setiap tahun diselenggarakan ini bukan hanya sekadar perayaan tradisi Tionghoa, tetapi juga mencerminkan keharmonisan budaya di tengah keberagaman masyarakat di Sumatera Barat. Di tanah Minangkabau, di mana falsafah adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah menjadi pegangan hidup, Cap Go Meh hadir sebagai pengikat kebersamaan.
Cap Go Meh yang berasal dari tradisi Tionghoa itu telah berkembang selama ribuan tahun. Festival yang menandai hari ke-15 setelah Tahun Baru Imlek serta menjadi puncak dari rangkaian perayaan tersebut. Pada masa Dinasti Han, Cap Go Meh dirayakan dengan menyalakan lentera untuk mengusir kegelapan dan membawa keberuntungan. Tradisi ini kemudian dibawa ke berbagai belahan dunia oleh para perantau Tionghoa, termasuk ke Indonesia sejak abad ke-17.
Di Nusantara sendiri, Cap Go Meh awalnya hanya dirayakan dalam lingkungan komunitas Tionghoa sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur dan dewa-dewa pelindung. Namun, seiring berjalannya waktu, interaksi dengan budaya lokal membuat perayaan ini semakin inklusif. Contohnya  di Sumatera Barat, tradisi ini berkembang dengan memasukkan elemen budaya dari berbagai etnis, menjadikan festival ini  tidak hanya dirayakan oleh etnis Tionghoa tetapi juga dinikmati oleh seluruh kalangan masyarakat yang ada.
Yang membuat Cap Go Meh di Padang begitu unik adalah bagaimana budaya lokal dan Tionghoa saling berpadu dalam satu perayaan. Sepanjang rute parade, barongsai dan naga liong yang meliuk-liuk di jalanan berpadu dengan alunan tambua Minang yang menggema, menciptakan harmoni yang khas dan cukup menarik untuk didengar dan disaksikan. Tidak hanya itu, atraksi silat Minang, pakaian adat khas Sumatera Barat, serta pertunjukan seni tradisional lainnya turut menyemarakkan perayaan ini. Festival ini menjadi bukti bahwa budaya bisa saling melengkapi dan memperkaya satu sama lain, tanpa kehilangan identitas masing-masing.
Festival yang digelar dari Kawasan Destinasi Kota Tua Padang  kemudian membentang dari Jembatan Siti Nurbaya resmi dibuka oleh Gubernur Sumatera Barat, Mahyeldi Ansharullah. Dalam sambutannya, Mahyeldi mengungkapkan bahwa festival ini bukan hanya sekadar hiburan, melainkan juga simbol harmoni budaya dan kolaborasi antaretnis di Kota Padang.
"Festival ini adalah wujud nyata dari akulturasi budaya yang sudah terjalin dengan baik di Kota Padang. Kehadiran Cap Go Meh yang berpadu dengan Festival Siti Nurbaya menunjukkan bahwa Padang adalah contoh keberagaman yang tetap menjunjung tinggi nilai persatuan dan toleransi. Alhamdulillah, event ini terus dilaksanakan setiap tahunnya dan kini telah masuk dalam Karisma Event Nusantara (KEN), yang membuktikan keseriusan Padang dalam mengembangkan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif," ujar Mahyeldi pada Jumat (7/2/2025).
Pada tahun 2025 ini, parade dimulai dari Kelenteng Lama dan melewati Jembatan Siti Nurbaya, menghadirkan berbagai pertunjukan yang sangat menarik untuk disaksikan, seperti Drumband IPDN yang mengawali parade dengan energi yang membakar semangat, Barongsai dan Naga Liong yang melambangkan keberuntungan dan kemakmuran, Talent Biola dan Mobil Lampion yang menambah nuansa magis dalam perayaan, Parade Karnaval Chinese, menampilkan kostum-kostum khas Tionghoa yang memesona, Â kemudian Reog Ponorogo sebagai bukti bahwa berbagai budaya Nusantara dapat bersatu dalam satu perayaan.
Menjaga tradisi ini bukan hanya tugas para pelaku budaya, tetapi juga tanggung jawab seluruh masyarakat. Generasi muda juga harus turut andil dalam melestarikan nilai-nilai kebersamaan yang telah diwariskan agar tradisi ini tetap hidup di masa depan. Cap Go Meh di Padang bukan hanya tentang warisan budaya, tetapi tentang bagaimana sebuah kota bisa menjadi rumah bagi semua orang, terlepas dari latar belakang mereka.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI