Kematian Sokrates
Proses Peradilan Sesat Akibat Penyalahgunaan Kekuasaan Hakim
(Iseng-iseng nulis buat mengobati hati yang gundah gulana)
Tulisan ini diambil dari berbagai sumber
Bagi kaum Sophis, nama Sokrates adalah Filsuf yang sangat terkenal, diingat dan selalu menjadi acuan akademis dalam membangun argumen filosophy. Ia adalah seorang filsuf yang berkeliling diseluruh wilayah Athena untuk mengajarkan nilai-nilai Sophia (kebijaksanaan/kebaikan) kepada masyarakat tidak terpelajar saat itu. Pengajaran Sokrates selalu dihadiri oleh masyarakat Athena, khususnya para anak muda pencari ilmu dan panutan orang yang cerdas serta bijaksana. Ia mengajar semua orang dengan berkeliling disetiap sudut kota untuk membuat masyarakat menjadi cerdas, pintar, jujur dan kritis.
Ia mengajarkan filsafat kepada anak-anak muda pada jaman itu, membuat ia menjadi tokoh sentral kaum intelektual muda, terkenal dan disegani oleh para sophis, terlebih pemerintah dan akademisi. Sokrates memiliki dua murid yang sangat terkenal, yakni Plato dan Xenophon. Plato merupakan murid yang berhasil dididik oleh Sokrates, buku-buku Plato menggambarkan betapa kuat dan mengakarnya pola pikir gurunya yakni Sokrates. Plato pula yang menceritakan melalui berbagai tulisan dan pengajaran bagaimana Gurunya divonis mati oleh pengadilan yang sudah direncanakan untuk membunuh Gurunya.
Xenophone sendiri sebagai salah satu murid Sokrates menggambarkan bagaimana proses peradilan yang dialami gurunya dengan gaya penulisan yang provokatif dan dianggap liberal. Xenophone juga dianggap terlalu berlebihan menggambarkan dan menceritakan kehebatan gurunya, tapi menurut saya itu tidak berlebihan jika dipertimbangkan dari kondisi emosi murid yang melihat gurunya dihukum mati oleh pengadilan sesat yang telah dirancang untuk membunuh guru yang sangat dia hormati.
Sokrates dihukum mati oleh pengadilan karena dianggap terlalu jauh memasuki kajian untuk mengkritisi penyelenggara kekuasaan. Xenophon menceritakan bahwa Sokrates terus menerus mengajarkan kepada para anak muda dan masyarakat tentang bagaimana seseorang yang memiliki kompetensi untuk duduk dan memegang sebuah jabatan untuk mengatur masyarakat. Ia-pun menceritakan bagaimana Sokrates mengajar para anak muda untuk menjadi pemimpin, ia menasehati semua pemuda yang akan berperang dan menang dalam pertempuran dan ketika orang-orang yang dia nasehati berhasil dalam karirnya semakin banyak orang yang mendatanganinya untuk meminta nasehat.
Ia-pun menasehati para pemimpin perang dan para pemimpin saat itu, dia-pun mengkritisi dan mengajari semua pemimpin perang dan pemimpin rakyat, dan menurut Xenophon kekritisan Sokrates dalam mengajar dan mengomentari kepemimpinan saat itu baik dipemerintahan dan militer, menjadi pemicu kebencian orang-orang untuk membunuhnya. Sehingga ia mengatakan pendapat orang-orang pada saat itu bahwa lebih mudah membungkan Sokrates dengan segelas racun daripada mengikis semua kekurangan yang Sokrates keluhkan (kritisi).
Plato sendiri menggambarkan nasib gurunya melalui tulisan-tulisan berdasarkan apa yang ia lihat, rasakan dan pikirkan. Karya Plato untuk menggambarkan kondisi gurunya dalam menghadapi proses peradilan ia tulis secara Apology. Plato menuliskan secara historis dan empiris atas peristiwa persidangan yang dilakukan oleh pengadilan untuk menghukum mati gurunya. Fakta utama yang didakwakan para Hakim kepada Sokrates adalah dakwaan yang memberatkan Sokrates yang dalam proses pengajarannya telah mengancam stabiltas negara pada saat itu. Sokrates dituduh sebagai perusuh oleh berbagai pengajarannya yang telah mengajarkan para anak muda dan masyarakat untuk mengkritisi segala kondisi yang pada saat itu dianggap aman. Terbukti bahwa semua anak didik Sokrates yang memegang kekuasaan saat itu sangat kritis dan membahayakan kondisi politik pemerintahan.
Pengadilanpun menyatakan bahwa Sokrates bersalah, mayoritas hakim memutuskan Sokrates harus diihukum mati oleh karena akibat pengajarannya itu. Seorang hakim terkenal yakni Anytus yang juga seorang politisi democrat, pada saat itu menyindir Sokrates sebagai seorang muda, tidak dikenal, rambut tipis jenggotnya jarang. Para hakimpun sepakat dalam pengadilan dengan menyatakan Sokrates bersalah karena tidak menyembah dewa-dewa yang dimuliakan oleh negara, malah membikin sesembahan baru dan Sokrates telah merusak semua anak muda dengan mengajarkan perbuatan yang membahayakan pemerintah saat itu.