Mohon tunggu...
Syamsul
Syamsul Mohon Tunggu... Editor - Ungkapan cinta suci itu, hanya di atas sajadah

1 + 1 = 2 Aku + kamu = kita

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Patah

16 April 2020   04:57 Diperbarui: 16 April 2020   04:48 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com


Waktu berdenting tanpa henti...
Menyisakan aku disini,  dan engkau dilain sisi....

Aku patah....
Harapan ku terpecah, terbelah tanpa arah...

Aku sedang patah...
Bersama hujan disudut mata mengalir deras...
Dan nafas ku yang terhempas panas....

Suara ku tenggelam hilang...
Senyum ku menguap terbang...
Otak ku terus menolak ketika aku terisak...
Tapi tangisan adalah nyanyian termerdu untuk patah ku...  

Ketetapan memang tidak lagi berpihak...
Waktu memaksa ku untuk beranjak...
Kita yang dulu saling mendekap...
Kini tidak lagi saling bertatap...  
Bibir ku tersenyum canggung, terkemas hati gemuruh menggunung...

Aku patah...
Benar benar patah...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun