Tujuh puluh tujuh (77) tahun lebih Indonesia sudah merdeka dari penjajahan. Zaman sudah modern dan perkembangan teknologi yang sangat pesat sangat berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat dari pelosok desa sampai ke kota-kota besar. Namun permasalahan buta huruf belum juga dapat terselesaikan di Indonesia.
Menurut informasi data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), angka buta aksara di Indonesia masih pada angka 1,78 persen dan yang paling tinggi terdapat di propinsi Papua mencapai 21,9 persen.
Faktor-faktor penyebab buta aksara di Indonesia disebabkan berbagai macam faktor, antara lain;
Faktor sosial budaya. Hampir seluruh Indonesia tidaka ada satu daerah pun yang kebiasaan masyarakatnya membaca. Tidak seperti di eropa dan Jepang. Mereka menjadikan membaca sebagai budaya yang dilakukan setiap hari. Kebiasaan ini dapat dilihat saat berada di kendaraan umum, seperti kereta, bus dan di tempat umum lainnya.
Faktor lain, sosial ekonomi masyarakat. Kemiskinan menyebabkan tingginya jumlah anak putus sekolah. Anak usia sekolah terpaksa harus bekerja membantu orang tuanya untuk mencukupi kebutuhan sehar-hari.
Di daerah-daerah terpencil dan letak geografis yang sulit dijangkau serta kurangnya fasilitas pendidikan menjadi salah satu faktor penyebab tingginya tingkat butahuruf. Minimnya sarana infrastruktur dan lemahnya sumber daya manusianya harus menjadi perhatian penting dalam usaha pengentasan masalah buta huruf di Indonesia.
Pemerintah, masyarakat, dan keluarga harus bahu-membahu dan membangun sinergitas untuk membebaskan Indonesia dari permasalahan buta aksara ini. Yang menjadi senjata utamanya adalah PENDIDIKAN.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H