Masa muda dianggap sebagai masa labil, yaitu dimana individu tersebut ingin berusaha mecari jati dirnya dan mudah sekali menerima informasi dari luar dirinya tanpa pemikiran yang lebih mendalam. Pada umumnya pemuda dan pemudi tersebut ingin tampil lebih dari yang lainnya; ingin lebih dikenal, ingin penampilan lebih keren, ingin lebih kuat dan lain sebagainya. Hal ini dapat dilakukan baik dengan cara yang benar maupun dengan cara yang salah.
Keadaan seperti diatas pernah juga saya alami, sekitar 35 - 37 tahun yang silam waktu saya masih duduk di bangku SMA. Waktu itu saya ingin lebih kuat, lebih kebal, tahan dibacok atau ditusuk. Singkat cerita saya bertemu dengan seorang dukun yang katanya sakti dan punya "ilmu Putih". Mendengar bahwa dia punya "ilmu putih", saya pun tertarik untuk belajar dari dia. Awalnya saya dikenalkan oleh bibi saya (adik perempuan dari Ayah saya).Perkenalan kami berawal dari keadaan Ayah kami mengalami sakit gatal-gatal dan badannya melepuh dan membusuk. Menurut cerita, pada waktu itu Ayah kami sakit demikian karena kena guna-guna.
Melihat keadaan Ayah kami sakit parah sedemikian, maka bibi saya menawarkan untuk memperkenalkan seorang dukun yang dapat menyembuhkan Ayah kepada keluarga kami. Dalam waktu beberapa hari kemudian datanglah si dukun tersebut dan memeriksa keadaan Ayah kami menurut ilmu si dukun tersebut. Menurut keterangan dukun tersebut, bahwa Ayah kami sakit karena diguna-gunai seseorang. Lalu dukun tersebut memberikan obat tradisional yang diracik oleh dukun itu sendiri yang sudah dimantra-mantrai, untuk keperluan 1 sampai 2 minggu kemudian. Â Setelah itu dalam waktu beberapa minggu kemudian keadaan Ayah kami memang lebih baik. Dan dalam waktu 3 sampai 4 bulan kemudian Ayah kami berangsur-angsur mulai sembuh.
Seiring dengan perjalanan waktu, si dukun tersebut mulai menawarkan ilmu kebalnya kepada saya dan teman saya yang kebetulan masih saudara sepupu. Alasan dukun tersebut menawarkan ilmu kebalnya kepada kami, karena kami masih muda.Dukun tersebut berkata,"kalian kan masih muda, jadi kalian harus ada "baju pelapis" untuk pertahanan diri supaya tidak dijahatin orang". Mendengar hal itu, kami sangat antusias dan senang. Apalagi menurut dukun tersebut bahwa ilmunya itu tidak bertentangan dengan ajaran agama karena ilmunya adalah "ilmu putih" untuk kebaikan bukan untuk tujuanjahat. Lalu kami diberi "jimat" berupa serbuk berbagai macam; logam, serbuk besi, perak, emas, aluminium,kuku macan dan lain sebagainya. Didahului dengan mantra, lalu dimasukkan ke lengan kanan dengan cara disayat terlebih dahulu. Setelah dimasukkan ke lengan kanan kemudian kami diberi mantra untuk berlatih kekebalan selama satu minggu dan harus mengucapkan mantra tersebut setiap bangun pagi, dan kami haruslah orang yang bangun pertama sekali dlam satu rumah di mana pun kami tidur.
Namun setelah menerima ilmu kebal tersebut ada sesuatu yang berubah di dalam diri kami. Emosi dan batin jadi tidak tenang, gelisah, ada perasaan ingin berantam. Mimpi selalu mimpi buruk, mimpi berantam, mimpi dikejar-kejar binatang buas, dan lain-lain. Prestasi belajar pun menurun. Malas belajar, pelajaran yang dipelajari rasanya susah masuk ke otak.
Selama lebih kurang 3 tahun saya berperan sebagai asisten dukun tersebut untuk membantu mengantar jemput apabila dia datang dari kabupaten Dairi ke Samosir. Dan juga menemani dia ke rumah orang-orang yang akan diobati atau mempersiapkan bahan-bahan obat yang akan dipakai.
Selama itu pula, saya tidak menyadari bahwa hal itu bertentangan dengan iman saya. Tanpa sadar saya menduakan Tuhan sebagai pelindung yang sejati. Hingga pada tahun 1999 saya bertobat, mengakui segala dosa dan kesalahan saya yang mendukaka hati Tuhan. Kemudian saya dilayani "doa pelepasan" oleh Bapak Pendeta Kornelius Setiawan di Gereja Bethel Indonesia (GBI),BSD Serpong. Saya membuang semua jimat dan mantra-mantra yang pernah saya terima dari dukun. Saya dilepaskan dari pengaruh mantra dan jimat tersebut. Pada saat didoakan, saya mengalami manifestasi kelepasan dari roh seperti erangan harimau. Dan memang ada sesuatu yang lepas dari diri saya berupa emosi atau tekanan batin yang tidak nyaman dan sepertinya "sesuatu" itu ingin tetap bertahan di dalam diri saya. Sampai pada akhirnya saya mengalami kelepasan, kelegaan dan damai sejahtera yang melimpah di dalam Yesus Kristus. Benar apa yang dikatakan Firman Tuhan, bahwa Tuhan Yesuslah Jalan, kebenaran dan hidup. Dia juga berkata dalam Matius 11 ayat (28): Marilah kepadaKu, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.
Semoga pengalaman saya ini dapat memberi inspirasi kepada orang lain, bahwa menjalani hidup haruslah kita bergantung kepada kehendak dan hikmat dari Tuhan. Sehingga kita dijauhkan dari perbuatan syrik. Janganlah kita terjerumus ke jalan yang sesat walau pun kelihatannya jalan itu baik atau menguntungkan bagi kita.
Semoga Tuhan memberkahi kita semua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H