[caption caption="Sumber gambar: Churcha-z.com"][/caption]Sampai saat ini kita masih marak melihat postingan hate speech, kata-kata kasar, caci maki di internet diucapkan oleh banyak netizen. Tulisan kali ini mencoba memberikan perspektif kepada anda mengenai dampaknya bagi diri anda di masa depan, terutama untuk karir maupun kredibilitas anda nanti.
Suka Nyinyir dan Bully?
Sepertinya masih banyak netizen yang menggunakan gaya nyinyir dan bully ketika mengeluarkan uneg-unegnya di dunia maya. Saya pribadi tidak terlalu memperhatikan hal tersebut apalagi menghakimi. Tindakan itu akan lebih merugikan si pelaku dan biasanya tidak lama segera akan dilupakan oleh orang-orang yang tadinya bereaksi untuk membully pelakunya itu sendiri. Jadi dianggap aman padahal belum tentu. Pola balas membalas seperti ini sudah marak di internet.
Tanpa sadar, tindakan seperti ini membuat bekas jejak kaki secara digital (digital footprint) si pelaku. Mungkin sebagian besar tidak sadar kalau mereka saat ini sedang dan sudah membangun reputasinya sendiri. Mungkin dianggap biasa saja dan tidak diacuhkan karena tidak berdampak apa-apa. Beberapa kasus memang mencuat, tapi itu kan hanya kasus tertentu, demikian anggapan pelakunya. Masih ingat dengan kasus ucapan Florence soal Jogja?
[caption caption="Sumber gambar: Merdeka.com"]
Reputasi Online
Mengapa reputasi online penting? Bukankah dunia maya bebas digunakan untuk apapun? Lagian saya masih belia kok!
Ya, bagi remaja atau orang muda yang masih belum memahami kekuatan dan pengaruh internet akan mempertanyakan pernyataan itu. Untuk saat ini memang reputasi atau kredibilitas tidaklah terlalu penting menurut mereka. Tapi bagaimana dengan 3, 5 atau 10 tahun kedepan? Ketika mereka mulai mencari pekerjaan? Atau peningkatan karir maupun perluasan bisnis?
Kita mengetahui bahwa pada umumnya semua ingin menampikan sisi terbaik dan positif dari diri masing-masing. Baik offline maupun online. Dan saat ini media online adalah sarana yang paling praktis untuk melakukan hal tersebut, dan ini berlaku untuk semua orang yang mau dan memahami pentingnya internet bagi dirinya.
Kita coba pahami dulu konsep dari digital footprint: Semua yang ditemukan secara online mengenai seseorang. Ada jejak kaki digital yang sengaja anda tinggalkan dan ada yang tidak dengan sengaja anda buat juga. Yang sengaja disebut active digital footprint, disini pelakunya langsung adalah anda. Jadi jika anda memaki, mengkritik, memuji, menentang, membuat pernyataan mempertanyakan, atau apapun postingan anda maka semua itu adalah jejak aktif karena pelakunya adalah anda langsung. Termasuk postingan foto atau video tidak senonoh dengan subjek diri anda atau tokoh lain misalnya. Nah, kalau jejak pasif adalah komentar, balasan, pernyataan, kutipan seseorang tentang diri anda. Baik teks, cuplikan gambar bahkan video dari aktivitas/profil anda.
Perlu anda pahami bahwa setiap jejak ini bisa membuat anda secara sadar maupun tidak sadar sedang membangun personal brand di dunia maya. Cepat atau lambat personal brand inilah yang bisa menjadi penentu bagi anda satu masa nanti. Kita tidak bisa memprediksikan kapan namun anda akan lebih paham dalam pemaparan saya selanjutnya.
Tips Membangun Reputasi & Kredibilitas Online
Cara termudah untuk melihat jejak digital anda adalah dengan mengetikkan nama anda di Google. Coba lakukan sekarang dan lihat hasilnya. Apakah muncul? Kalau ada, dimana saja munculnya? Berapa link atau website online yang memberikan hasil pencarian dan bagaimana isinya? Bagaimana dengan hasil di FB atau Instagram misalnya?
Jika anda merasa tidak puas dengan tampilan pencarian karena tidak menampilkan hal yang positif maka sadarilah kalau hal itu karena perbuatan anda sendiri. Apalagi kalau anda menemukan jejak aktif mapun pasif yang buruk tapi terlupakan. Maksud saya adalah anda baru ingat setelah menemukannya. Yang anda lakukan dan anda katakan secara online memiliki konsekwensi tersendiri. Saat ini sudah umum kalau pihak sekolah dan perusahaan secara berkala melakukan cek rutin di internet (khususnya media sosial) untuk pendaftar baru. Setidaknya cara ini sudah lumrah di luar negeri. Kalau di lokal kita, menurut beberapa teman di bagian rekrutmen atau HRD, sebagian sudah melakukannya terutama ketika kandidat mulai masuk taraf penentuan. Jejak digital mampu membantu memberikan penilaian psikologis diri.