Tentu kondisi ini diketahui banyak pihak. Dan untuk menemukan talent yang tepat tidaklah mudah karena sekarang mereka berebut mencari talent yang berkualitas mumpuni. Dan wajar saja kalau muncul pasar salary yang berjenjang untuk beberapa kelas startup. Seperti yang saya sebutkan dengan entry level dimulai dari 4 juta maka menjadi karyawan sebuah startup tidak lagi pilihan yang buruk. Mendirikan startup sudah menjadi alternatif yang baik kalau anda tidak ingin masuk menjadi karyawan dan jika startup anda sukses mendapatkan funding maka memilih karyawan pun sudah tidak menjadi masalah karena di kota Yogyakarta sudah tersedia banyak talent yang berkualitas.
Tapi, kondisi ini bukan berarti tidak memiliki masalah. Menurut mas Putro, karena startup yang dibackup funding besar tidak memikiki tim HR yang berasal dari orang lokal Yogyakarta sehingga memiliki masalah untuk masuk ke kampus-kampus lokal, pilihan untuk membajak talent berkualitas sudah menjadi pilihan logis.
Jadi kondisi terkini adalah, para pelaku entry level bekerja di startup pemula dan membuat produk. Dalam kurun waktu 1-2 tahun mereka berpindah dari satu startup ke startup lainnya. Dan pada akhirnya, ketika portofolio mereka sudah bagus, mereka pindah ke startup berfunding besar, tentu dengan permintaan gaji yang besar juga.
Burukkah kondisi itu kepada ekosistem secara keseluruhan.
Menurut mas Adit kondisi itu tidak akan berdampak buruk. Malah akan membentuk kelas-kelas tersendiri. Karena selain startup lokal dan startup funding besar, ada juga jenis startup lain yang unik yaitu startup asli khas Jogjakarta alias software house. Jenis ini sudah dikenal jauh lebih lama bahkan sebelum industri startup marak di tanah air. Anda mungkin pernah mendengar jargon: Buat aplikasi gampang sama anak Jogja. Harganya murah tapi berkualitas.
Yang membahagiakan saya dan teman-teman mentor lainnya adalah perubahan yang terjadi saat ini sangat positif. Tidak ada perlambatan yang mengganggu pertumbuhan startup di lokal Yogya. Malah perebutan talent semakin terasa dan marak disana-sini. Sama seperti nature dari dunia startup yaitu kompetisi dan survival, maka sudah sewajarnya kompetisi menjadi teman para pelaku di industri startup tersebut. Tidak perlu dicemaskan berlebihan.
Â
Referensi tambahan: Jogja Digital Valley
Illustrasi: http://yfsmagazine.com/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H