Inilah yang membuat kita melihat orang yang gajinya sudah teramat besar sekalipun, masih mau melakukan tindak korupsi, yang secara tidak langsung menyatakan bahwa ia masih merasa "tidak cukup" dengan apa yang ia miliki. Berbagi pun dilakukan bukan karena kesadaran pribadinya, melainkan supaya uang "hasil kejahatan" tadi dapat bermanfaat bagi orang lain yang tidak tahu apa-apa soal uang tersebut, dalam artian money laundering secara tidak langsung.Â
Realitas seperti inilah yang coba dikritik oleh lagu tersebut, sehingga kehadirannya mampu menjadi moodbooster bagi setiap mereka yang sudah pesimis, bahkan apatis, terhadap kondisi saat ini. Sajian lirik yang mudah dicerna, serta musik yang easy listening, membuat lagu ini menjadi lagu yang melekat, bahkan mampu dihidupi oleh setiap pendengarnya baik secara sadar maupun tidak.Â
Sudah sepatutnya lagu-lagu seperti ini kembali dikembangkan, bahkan merajai tangga lagu di Indonesia, karena bangsa ini sudah mengalami "krisis bersyukur" yang sangat parah.Â
Sudah sepatutnya juga kita, sebagai orang yang mungkin pernah mendengar lagu ini, mencoba mencari "kebahagiaan" serta "keutuhan hidup" lewat bersyukur dan berbagi kepada sesama kita secara tulus, tanpa pamrih supaya kita tidak hanya mampu mengumpulkan kekayaan secara material, namun juga mampu mengumpulkan kebahagiaan yang memampukan kita tidak hanya untuk "hidup bahagia" saja, tetapi juga "mati bahagia".Â
Kini hatimu terasaÂ
Semua lebih sempurnaÂ
Karena kau hidupÂ
Dengan seutuhnyaÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H