Adanya diskriminasi tersebut, tidak lepas dari fatwa-fatwa pemuka agama bahkan MUI yang kurang bijak dalam memahami keberagaman yang asal memberi fatwa sesat terhadap kelompok tersebut. Menurut penulis, fatwa sesat tersebut perlu ditinjau kembali dan lebih mengutamakan pendekatan yang humanis dan dialogis terhadap kelompok madzhab yang minoritas.
Ketiga, dalam aspek kebudayaan, juga perlu dibaca ulang kembali. Sudah menjadi hal yang masyhur bahwa negara Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya. Tetapi seiring berjalannya waktu, kebudayaan Indonesia, seperti kesenian, adat istiadat semakin tergerus oleh modernitas.
Dilangsir dari Badan Pusat Statistika Nasional bahwa penduduk Indonesia yang masih terkonsentrasi di Pulau Jawa dengan luas wilayah 7% dan dihuni oleh 151,59 Juta jiwa atau 56,10 % penduduk.Â
Cukup menjadi perhatian karena komposisi masyarakat Indonesia juga masih didominasi oleh generasi muda milenial rentang usia 24-39 tahun dengan persentase 25,87% dan gen Z rentang usia 8-23 tahun dengan prosentase 27,94%.
Hal yang perlu diperhatikan bahwa 43 % baik dari generasi muda milineal 24-39 Tahun dan generasi Z 8-23 Tahun, masih belum peduli terhadap kebudayaan Indonesia. Hal tersebut kalau tidak betu-betul diperhatian tentunya kebudayaan Indonesia akan semakin tergerus oleh modernitas.
Dalam paparan yang penulis utarakan. Biar pembaca menyimpulkan sendiri, apakah negara tercinta kita ini bangkit, atau semakin terpuruk?!
