Mohon tunggu...
Syam
Syam Mohon Tunggu... Penulis - Syamsulhadi

Sublimasi hidup

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Gejolak Asmara Thomas dan Gagalnya Menjadi Filosof

21 Mei 2021   18:07 Diperbarui: 22 Mei 2021   10:28 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: seruni.id

Malam sudah terlalu larut, sampai fajar kadzib, mulai menunjukan kedustaanya. Thomas masih menatap dinding-dinding kamarnya dengan tatapan yang kosong. Oh, apa yang terjadi ? apakah ada hal yang membuat pikiranya terganggu? Sungguh nampak sikap aneh yang muncul pada diri Thomas. Tidak seperti biasanya, Thomas yang dikenal tetangga, kerabat dekat dan teman-temanya yang selalu melontarkan senyum, kini berubah 85 drajat, menjadi seorang yang introvert, hah?, cukup menggelikan sekali sebenarnya. Banyak pesan Whatsapp yang masuk, tak lain dari teman-teman organisasinya mengajak ia keluar, nongkrong ngopi dan aktivitas lainya, tapi tidak ia hiraukan.


Thomas masih saja meratapi kejadian satu bulan yang lalu, masih teringat jelas di otaknya “Kita sudahi saja hubungan ini, kita jalan sendiri-sendiri, kamu sudah sering mengecewakanku, kamu sudah tidak menghargai ku, kamu lebih memproritaskan hal yang lain dari pada hubungan kita ini, kita sudah tidak sejalan lagi,” begitulah kata-kata yang dilontarkan Hilma kekasihnya satu bulan yang lalu. Itulah yang membuat seolah-olah mental Thomas terganggu, ia juga menyadari, sikapnya itu terlalu lebay, kayak anak ABG gara-gara putus cinta jadi seperti ini. Tapi apalah daya, memang seperti itulah yang ia rasakan.


Memang pokok permasalahan dari hubungan mereka adalah, Thomas terlalu sibuk dengan aktivitas kesukaannya, ia sering kesana kemari hanya untuk mengunjungi tokoh-tokoh sastrawan, sejarawan, filosof hingga ilmuan. Berdiskusi dengan komunitas-komunitas literasinya, sebetulnya hanya itu. Bukan karena ada orang ke tiga. Tetapi di sela kesibukannya Thomas juga menyempatkan diri, untuk menghubunginya walaupun lewat via Whatsapp, walaupun akhirnya pesan Whatsapp Thomas tidak ia balas, mungkin ia sudah terlalu kecewa, sudah menyimpulkan bahwa ia sudah tidak menjadi prioritas Thomas lagi dan merasa dirinya tidak dihargai, Thomas tidak mencintainya lagi, padahal anggapan seperti itu Salah besar. Yah, Mungkin Hilma memiliki prespektif yang berbeda, memiliki pola fikir yang berbeda, mempunyai pertimbangan yang berbeda pula, sehingga ia berani menyudahi hubungannya.


Ketika Hilma menyudahi hubungan asmaranya bersama Thomas, bukan tanpa pembelaan pada diri Thomas, seolah meniru perkataan Najwa Shihab “ Kalau soal cinta jangan mencari pembenaran dari akal, tidak akan ketemu, tidak ada cocoknya, kalau cinta itu pembenaran dari hati. Kita bisa kok memperbaiki semua ini,” itulah salah satu kata-kata yang diucapkan Thomas dari sekian pembelaan. Namun, semuanya buntu, piramida yang selama ini dibangun bersama-sama selama 8 tahun yang ujung lancipnya belum selesai, runtuh pada hari itu, teringat perjalanan panjang yang begitu terjal, kadang ada badai, petir dan hujan dilalui bersama. Tetapi badai yang satu ini sudah tidak terbendung lagi. Mereka terjatuh, bedanya Hilma terjatuh, dibawah sudah ada sosok lelaki yang siap menolongnya dan menyelamatkannya, sedangkan Thomas? Ia tetap terjatuh ke jurang yang cukup dalam dan hampir tidak berujung. Mungkin itulah analogi yang cocok untuk hubungan mereka yang runtuh itu.


Sebelum Thomas mengetahui, bahwa Hilma sudah berada di dekapan orang lain, Thomas selalu bersikap positif, hati Thomas masih ada Hilma sepenuhnya. Thomas percaya Hilma adalah seorang perempuan yang tidak diragukan kesetiaannya, ia tidak mungkin begitu mudah melupakan sosok pria yang pernah mengisi kehidupannya, Thomas juga percaya Hilma pasti masih mencintainya. Dengan keyakinan cinta yang bersarang di hati Thomas, sampai ia mau mempersiapkan berbagai hal, menata hidupnya, mencari pendapatan dari hobinya yaitu menulis dan berbagai aktivitas lainya, serabutan, tetek mbengek. Ketika sudah siap semua Thomas akan mendatangi kedua orang tuanya. Begitulah rencana Thomas.


Tetapi semua niatan Thomas runtuh seketika, setelah mendengar kabar yang tidak diragukan lagi kebenarannya, ibarat ilmu hadist, statusnya Mu’tabar. Ternyata Hilma sudah berada di dekapan orang lain, yang lebih gagah dari pada Thomas. Yah, lebih mapan dari pada Thomas. Ibarat sudah sakit, tersambar petir pula, mungkin itu yang dirasakan Thomas, “ Kok secepat itu?” tanya Thomas dalam hati. Hati Thomas hancur berkeping-keping, mungkin terlalu hiper bola untuk mendeskripsikan apa yang dirasakan Thomas. Namun lebih dari itu, sangat sakit sekali.
Hidup Thomas nampak berbeda sekali, dia terus mengingat-ngingat masa-masa indah dulu ketika bersama Hilma yang justru membuat hati Thomas merasakan perih.

Mungkin itulah risiko orang yang suka dengan sejarah, sulit sekali melupakan kejadian yang lalu. Yah, wajar, Thomas pasti ingat perkataan Goete penyair sekaligus filosof Jerman “Orang yang tidak belajar atau bahkan melupakan dari masa tiga ribu tahun, berarti dia tidak memanfaatkan akalnya.”Ia sambil tersenyum sinis, menyimpulkan bahwa, alasan yang di utarakan Hilma saat meninggalkan Thomas hanya omong kosong belaka. Tak lain Hilma meninggal kan Thomas karena sudah ada orang baru. Hilma kini sudah seperti layaknya pemerintah, membangun narasi A untuk menutupi fakta B. 

Mulai dari pengalaman tersebut Thomas mulai berfikir bahwa ia, tidak akan mudah jatuh cinta lagi sebelum semuanya siap, terutama batin dan materi. Materi yang dimaksud bukan filsafat Hegel maupun pisau kritik sistem ekonomi Karl Marx terhadap Adam Smith yaitu Matrealisme Historis, melainkan materi kebutuhan anak istri ketika meniti bahtera rumah tangga suatu hari nanti. Di tengah lamunan, Thomas melihat Gedgetnya dan tidak sengaja melihat Story Whatsapp temanya posting video Andika Mahesa “ Ketika perempuan datang ke cowok yang sudah punya mobil, punya rumah, enak banget tinggal nikmatin hasilnya tanpa menemani prosesnya. Kalau gitu cowok juga mau,” kata andika “ Jangan pernah menolak cowok yang belum mapan, karena kalau sudah mapan seleranya bukan kamu,” tandas Andika. Thomas tersenyum kecut melihat video itu. Dengan perasaan yang saat ini hancur lebur Thomas berlahan-lahan bangkit dari keterpurukannya dan menghela nafas sambil berkata “ Cintaa-cinta,” menggeleng-gelengkan kepala.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun