Dikisahkan oleh :
Helen.
   Aku Helen, tiga puluh tahun. Aku tinggal di Jakarta.
Aditya suamiku, saat ini sedang  berdiri dan membuka medsos ku, di ponselku. Aku duduk dibawahnya sambil packing barang dagangan yang besok akan aku kirim. Wajah Aditya berubah, aku sudah hafal dengan perubahan seperti ini. Aditya temperamennya mulai naik. Aku berdiri dan siap menghindar, tapi kecepatan tangan Aditya lebih cepat dari langkahku. Ponselku dilemparkan ke kepalaku, untung aku sempat menunduk. Ponselku menghantam tembok di kiri depanku. Hancurlah ponselku. Secepat kilat aku lari kedalam dan masuk kamar anakku. Aku kunci dari dalam, sambil terengah engah. Jantungku berpacu. Anakku sudah tidur, untung tidak terganggu dengan suara gaduh.
   Aku kenal Aditya saat aku kuliah di Jogjakarta. Aditya merupakan tetangga kost ku, dia berasal dari Blora, Jawa Tengah. Prestasinya luar biasa, nama Aditya dikenal dikalangan angkatan kami. Aditya sebenarnya orangnya sombong. Teman teman diskusinya selalu bercerita mengenai gaya Aditya yang selalu mau nya menang sendiri.
   Namun, aku sendiri tidak tahu, saat Aditya mendekati aku, saat itu ada rasa bangga. Lalu banyak cerita Aditya mengenai kehidupan masa kecilnya yang suram. Ayahnya yang mudah menghajar dia, walau kesalahannya kecil. Adiknya berpencaran entah kemana. Semua itu membuat aku menjadi iba padanya. Aditya juga merasa nyaman karena aku mendengarkan semua cerita melo nya saat kecil hingga remaja. Dia merasa ada yang menerima, memperhatikan, sehingga kami berlanjut terus. Teman temanku pun heran, namun aku yakinkan pada mereka Aditya beda dan bisa aku ubah kelak jika kami menikah.
   Awal kami menikah, semua berjalan dengan baik. Aku kosong cukup lama, saat itu Aditya mulai menyalahkan aku, kata katanya mulai menyakitkan. Namun saat aku ingatkan, dia minta maaf dan semua baik kembali. Beberapa terulang lagi. Hingga sempat kami mulai adu mulut. Tapi aku tiba tiba hamil. Semua menjadi tenang kembali. Kebahagiaan kembali kami jalin hingga 4 bulan.Â
   Saat itu aku disuruhnya berhenti bekerja. Aku menolak, aku kuat dan akan menjadi kejenuhan luar biasa bila saat hamil muda sudah dirumah.
Aditya marah melebihi batasnya.
Awalnya aku heran dengan sifatnya itu. Namun setelah itu kejadian demi kejadian terus berlangsung. Aditya mulai mengekang hidupku. Aku telah berhenti bekerja sejak kehamilan memasuki bulan ke 5. Semua sosmed ku diawasi dengan ketat. Pulang kerja yang dilakukan pertama adalah meneliti sosmed ku. Bila ada balasan chat-ku pada teman pria, marahlah dia.
Kebebasanku tidak ada sama sekali.
Aditya jadi pengekang kebebasanku. Aku pernah ditegur gara gara berbicara dengan tukang bakso langganan. Sifatnya semakin berubah, Aditya menjadi pencemburu yang melebihi batasan normal. Seolah aku tidak boleh bertegur sapa dengan lawan jenis, apa lagi berbincang bincang. Kehamilanku telah semakin besar, saat terjadi peristiwa yang menyayat hatiku.
Kejadiannya, saat Aditya kerja dan tertinggal ponselnya. Aku coba buka dan aku menemukan kata kata rayuan pada seorang wanita, wanita tersebut sudah jelas jelas menolak dan cuek, tapi Aditya seperti merajuk.
Malamnya pecah perang mulut, Aditya tetap bertahan bahwa itu hanya jokes, lucu lucuan dan lainnya yang tidak masuk diakal sehatku. Tidak pernah Aditya meminta maaf atau merasa bersalah. Selalu dia yang benar, yang salah adalah orang lain.
Saat itu aku sudah merasa kewalahan, teoriku saat sebelum menikah salah total. Aku dikuasainya, dicengkeramnya. Apalagi kini aku berbadan dua. Aditya tahu, aku tidak berdaya.
   Aku mulai Googling, dan menemukan sifat yang Aditya miliki adalah NPD atau Narcissistic Personality Disorder, dalam bahasa Indonesia berarti Gangguan Kepribadian Narsistik.
Narsistik adalah, mencintai diri sendiri dengan terlalu berlebihan. Diambil dari legenda Yunani Narcissus. Legenda ini menceritakan tentang seorang pemuda yang sangat tampan bernama Narcissus. Ia begitu terobsesi dengan penampilannya sendiri sehingga ia jatuh cinta dengan bayangannya sendiri di kolam.
NPD memiliki sifat, superioritas pada dirinya sendiri dan merendahkan orang lain. Haus akan pujian dan menentang kritik terhadap dirinya.
Aku menangis saat itu juga, semua sudah terlambat.
   Aku melahirkan dengan usia kehamilan yang belum mencukupi. Anakku masuk inkubator saat lahir. Namun semua akhirnya berjalan baik, dan anakku tumbuh sehat.
Mulai kelahiran hingga usia anakku dua tahun, aku menahan dan memendam tindakan tindakan kasar yang dilakukan Aditya padaku.
Aditya semakin menjadi jadi. Sering membanting barang dan main tangan. Aku hanya menelannya dalam dalam. Bila keributan terjadi, aku lebih baik diam supaya tidak berkepanjangan.
   Namun semua itu ada batas ketahanan dan kesabaran ku.
Tiga tahun usia anakku, Aditya semakin menjadi hantu bagiku. Ketidaknyamanan ku sudah memuncak. Terjadilah suatu peristiwa yang mirip dengan yang pernah aku temukan pada ponselnya. Dia merayu seorang wanita yang menolaknya, kali ini dia marah dan memaki maki perempuan itu. Saat aku tanyakan bukan jawaban kata yang aku dengar, namun fisik yang menjawab.
Dengan laporanku ke polisi dan visum dari rumah sakit, aku gugat cerai. Aditya tidak menyangka. Lalu dia memohon padaku untuk membatalkannya.
Namun aku sudah merasa cukup sabar dengan kondisi yang menyayat hati ku. Ketenanganku dirumah saat sendiri jauh lebih indah, dibanding saat Aditya pulang kerja, atau Aditya libur kerja.
Aku bawa anakku dan aku kembali ke jakarta kerumah orang tuaku, untuk melanjutkan kehidupanku, dan meraih kebebasanku kembali.
Seseorang yang memiliki sifat NPD, ciri ciri nya sebagai berikut,.