Dikisahkan oleh :
LarasÂ
   Langkah kakiku terhenti di bawah pohon sakura di taman Shinjuku Gyoen. Kelopak bunga berwarna pink muda yang berjatuhan bagaikan tarian indah di bawah sinar mentari pagi. Aku terhanyut dalam keindahan alam Jepang yang mempesona, melupakan sejenak kesibukan dan kegalauan yang menghantui.
Tanpa kusadari, aku menabrak bahu seorang pria yang sedang berjalan di belakangku. "Auh, maafkan!" Aku secepatnya meminta maaf dengan membungkukkan badan.
Pria itu tersenyum dan tatapan kami bertemu. Seketika, aku terpaku. Mata berwarna cokelat gelap pria itu bagaikan pusaran yang menarik aku masuk ke dalamnya.
Pria itu masih tersenyum padaku, dia, tiba tiba mengulurkan tangan "Namaku Akira."
Aku tersadar dari lamunan sejenak ku, aku juga memperkenalkan diri.
Percakapan singkat pun terjalin. Akira, seorang pengusaha muda asal Jepang, sedang dalam perjalanan menuju meeting. Aku katakan bahwa aku mahasiswi dari Indonesia.
Meskipun pertemuan kami singkat, aku merasakan ada getaran aneh di hatiku. Ada sesuatu yang menarik dari Akira yang membuat aku jadi penasaran.
   Hari-hari berikutnya, Aku tak henti-hentinya memikirkan Akira. Senyumnya, tatapannya, dan suaranya terus terngiang di benak ku. aku menjadi sadar bahwa aku mulai jatuh cinta pada Akira.
Namun, aku juga dihantui keraguan. Luka akibat percintaanku sebelumnya masih terasa perih. Aku tidak siap untuk kembali terluka.
Kata orang, jodoh memang tak kemana.
   Suatu hari, aku dan Akira secara tak terduga bertemu kembali di sebuah pameran seni. Aku sungguh terkejut tapi ada rasa senang dan bahagia.
Akira pun wajahnya tampak kaget, tapi langsung menyembunyikan dengan senyumannya yang menarik hati. Kami kembali masuk dalam Percakapan yang mengalir, kami jadi akrab, penuh tawa dan hangat. Seolah-olah teman lama yang baru ketemu lagi.
Akira memberanikan diri untuk mengajak aku makan malam. Aku tiba tiba ada rasa tak ingin kehilangan kesempatan bersama dia. Aku mengangguk tanda menerima dengan senang hati.
   Makan malam itu menjadi awal dari kisah cinta. Akira dan aku menghabiskan waktu bersama, menjelajahi keindahan Jepang dan berbagi cerita tentang kehidupan kami masing masing.
Cinta mulai tumbuh dan berkembang di bawah naungan pohon sakura. Keindahan bunga sakura menjadi saksi bisu kasih sayang dan cinta kami yang tulus dan penuh gairah.
   Namun, kebahagiaan kami tak berlangsung lama. Keluarga Akira, yang terobsesi dengan status sosial dan tradisi, tidak menyetujui hubungan Akira dengan aku.
Bagi mereka, aku bukan wanita yang pantas untuk Akira. Perbedaan budaya dan jarak geografis menjadi alasan utama penolakan mereka.
Akira dihadapkan pada pilihan yang sulit. Di satu sisi, dia mencintai aku dengan sepenuh hati. Di sisi lain, dia tidak ingin mengecewakan keluarganya.
Cinta kami diuji oleh berbagai rintangan. Akira berusaha untuk meyakinkan keluarganya tentang ketulusan cintanya kepadaku. Aku juga berusaha mencintai budaya mereka, berusaha untuk beradaptasi dengan budaya Jepang.
   Akira minta waktu untuk tidak bertemu denganku dan akan terus berjuang meyakinkan keluarganya. Setelah tiga hari kami tidak bertemu.
Aku mendapat surat dari Akira. Aku membaca pesan dari Akira, dengan perasaan bergetar, "Aku tidak bisa melawan keluargaku.
Maafkan aku, Laras. Aku tetap mencintaimu. Tulis Akira singkat, tapi menyengat perasaanku. Aku menangis sejadinya. Seperti itu kah akhir perjuangannya ?
Hatiku hancur berkeping-keping. Pria yang aku cintai, pria yang pernah aku impikan untuk hidup bersama, telah selesai dengan kekalahan dalam perjuangan nya. Rasa sakit dan kekecewaan menyelimuti hati dan perasaanku.
Aku tetap akan berjuang, walau sendirian. Aku memutar otak untuk agar aku tetap diterima mereka. Semua perasaan dan hatiku sudah terlanjur mencintai Akira.
Aku sudah merasa nyaman, cinta kami sudah menyatu. Semakin berkobar hatiku, semangatku mulai bangkit. Untuk membuktikan semua ini. Aku yakin aku bisa, akan aku buktikan.
   Aku belajar bahasa Jepang serta dialek dialek Jepang. Aku mempelajari lebih dalam lagi budaya Jepang.
Perjalananku memang tak mudah, banyak masalah, membutuhkan waktu dan pemikiran, Namun, aku tak pernah putus asa, aku terus berusaha dengan keyakinan aku bisa.
   Aku mempelajari beberapa seni, seperti seni tari, seni lukis dan ikut sandiwara tradisional Jepang.
Aku mencari peran peran menantang. Mulailah namaku diperhitungkan di kancah seni tradisional.
Suatu hari, aku mendapatkan undangan untuk menunjukkan suatu peran dalam sandiwara tradisional Jepang di sebuah perayaan seni bergengsi. Di pentas itu, aku all-out memerankannya dan syukurlah aku berhasil memukau para pengunjung.
Kebetulan, keluarga Akira hadir menonton pertunjukan sandiwara tradisional Jepang tersebut. Mereka melihat aku, dan tidak menyangka pemerannya adalah aku, Laras, yang dari Indonesia bukan orang Jepang, bukan berdarah Jepang. Rasa kagum dan respek mulai tumbuh di hati mereka.
Namaku mulai melambung, banyak stasiun televisi, dan media sosial membahas tentang aku. Mereka mengapresiasi karena aku bukan berdarah Jepang.