Pernikahan Kontrak

Dikisahkan oleh :

Nabila

     Aku mengendap endap, berusaha seminimal mungkin suara yang aku timbulkan, lalu aku menyelinap di pepohonan dan rerumputan dengan melepas sandalku. Sambil menyincingkan dasterku bagian depan agar tidak terkena cipratan dari genangan air.
Malam itu gelap pekat karena masih diselimuti mendung sehabis hujan.
Sesampainya aku dirumah belakang, aku melihat ke dalam melalui jendela. Dari sela sela korden tampaklah aku..... astagafirullah allazim.  Aku terkejut bukan main. Aku membalikkan badan dan lari kembali ke rumah induk.
Seumur hidup aku baru melihat hal seperti ini. Aku gemetaran, pikiranku sudah tidak dapat normal lagi. Ketakutan yang amat sangat aku alami malam itu.  
Hal itu terjadi, dan harus terjadi menimpaku seijin Allah.  Memang berat tapi Allah selalu melindungi aku.

Awal kisahku.

Baca juga: Hargamu Tak Sebanding

     Aku menikah dengan pemuda pilihanku, mas Syafeii. Usiaku lebih muda empat tahun. Awal menikah memang keuangan kami sangat sangat sulit.
Kami hidup dengan berpindah pindah kontrakan. Tapi mas Syafeii orangnya tekun dan gigih.

     Akhirnya,  tiga tahun pernikahan kami, keuangan mulai membaik dan terus membaik, namun kami tidak dikaruniai anak. Secara medis sel telurku kurang bagus kualitasnya, kata dokter kandunganku. Tapi kami tidak menjadi masalah akan hal itu.
Secara finansial di tahun ke lima, kami sangat mapan. Memiliki tiga rumah,  2  bidang tanah kosong dengan luas diatas lima ratus meter persegi. Kami telah naik haji. Memiliki 3 mobil kesukaan mas Syafeii.

     Rumah tangga kami tidak pernah diterpa masalah negatif seperti perselingkuhan, KDRT dan lainnya. Mas Syafeii orangnya setia, romantis dan memanjakan aku. Kami sudah banyak melakukan perjalanan keluar negeri. Antaranya : Qatar, Saudi Arabia, Perancis, Inggris dan lainnya. Semuanya harmonis, damai dan indah. 

     Di tahun ke delapan, malapetaka timbul. Mas Syafeii sakit yang aneh.
Kami telah ke dokter, beberapa di Indonesia hingga Singapura dan Malaysia, namun selalu di nyatakan sehat tanpa ada penyakit yang berarti.
Kami diberitahu oleh beberapa orang pintar serta ustad yang dapat melihat hal yang tidak tampak nyata.
Suamiku, mas Syafeii ternyata di bikin orang. Sehingga aku hentikan berobat ke banyak dokter, aku hentikan minum obat dan hanya herbal serta memohon pada Alloh.
Namun hanya berjalan lima bulan suami menghembuskan nafas tanpa rasa sakit yang parah.
Saat tiduran dipangkuan ku dan kami seperti sore sore yang lain, kami bercengkrama, bercanda dan diskusi.
Tiba tiba mas Syafeii seperti tercekik sesuatu hingga matanya melotot, karena menahan cekikan dilehernya, aku buru buru mengambilkan air minum, namun terlambat badannya seperti di putar. Keadaan badannya seperti aku memeras pakaian cucian.
Kakinya tumpang tindih mengerikan. Aku berteriak sejadi jadinya.

Baca juga: Selingkuh

     Itulah kisah perjalanan pernikahanku dengan mas Syafeii selama delapan tahun.
Setelah suamiku berpulang, seluruh bisnis suami, aku ambil alih. Untung suami banyak mengajak aku saat meninjau perusahaanya, mendiskusikan semua bisnis dia. Aku tidak buta sama sekali. Aku pelajari selama tiga bulan dan bangkit lagi, sehingga growth di tahun berikutnya, cukup tinggi.

Baca juga: Perjalanan ke Jogjakarta

     Singkatnya, aku berkenalan dengan Iskandar, seorang pemuda lajang. Orangnya hampir mirip dengan mas Syafeii, ganteng, gagah, muda dan pembawaannya lebih sopan. Karena aku masih ada bayangan mas Syafeii, maka Iskandar langsung mengenai hatiku.
Setahun lebih tiga bulan kami melangsungkan pernikahan.
Iskandar usianya dibawahku 2 tahun, dia dari awal sudah mengatakan bahwa bila menikah ada 2 hal yang menjadi syarat.
Yakni, tidak memiliki anak dan setiap malam Jumat dia akan menyendiri dari selepas magrib hingga setelah magrib keesokan harinya.
Akupun tidak keberatan akan semua syaratnya. Aku minta, aku fokus di perusahaan mas Syafeii.
     Catatan, Iskandar tidak memiliki pekerjaan tetap, pernah sebagai sales di beberapa perusahaan, namun selalu gagal mencapai hasil sehingga beberapa kali dia pindah perusahaan.

    Saat Iskandar menikah dengan aku, seluruh hidupnya aku tanggung. Kini dia masuk menjadi kepala produksi di perusahaan mas Syafeii. Aku menilainya secara pribadi memang tidak ada kemampuan, kapasitasnya belum memenuhi syarat.
Karena aku pemiliknya, maka aku berikan seorang asisten yang sebenarnya lebih menguasai dibanding Iskandar. Semua sebagai kamuflase untuk menaikkan derajat Iskandar secara jabatan.
Kehidupan rumah tangga ku dengan Iskandar baik dan tanpa permasalahan yang berarti. Setiap malam Jumat dia menghilang dan aku sudah menerimanya.